END #3

1.3K 117 58
                                    

Di kehidupan ketiganya, Junkyu lebih sial. Tidak, bukan karena ia kesulitan mencari Jihoon, mereka justru lahir di kota yang sama di Kerajaan Aleesa, hanya saja mereka tinggal di bagian kota yang berbeda dan Junkyu baru bertemu dengan Jihoon ketika usianya sudah memasuki pertengahan dua puluh, dan hal itu bukan bagian sialnya. Karena yang lebih sial adalah ia bertemu Jihoon saat Jihoon sudah menikah dengan orang lain.

Ya, Junkyu bertemu dengan Jihoon di sebuah sekolah tempatnya bekerja dan Jihoon juga bekerja di sana sebagai seorang guru sama seperti dirinya, setelah sedikit perjuangan mendekati Jihoon untuk dapatkan kembali hatinya, baru Junkyu tahu bahwa Jihoon sudah menikah setahun yang lalu. Benar-benar setahun sebelum mereka bertemu dan Jihoon sendiri yang mengakuinya pada Junkyu karena mungkin Jihoon sadar bahwa Junkyu memiliki niat lain saat mengakrabkan diri dengannya.

Hatinya benar-benar hancur saat mengetahui hal itu. Junkyu benar-benar galau sampai akhirnya harus izin tidak bisa pergi bekerja karena sakit; sakit di hatinya membuat fisiknya ikut menderita. Apalagi saat ia kembali bekerja dan bertemu dengan Jihoon, dan Jihoon justru dengan perhatiannya menanyakan keadaannya dan membuatnya kian merana dalam menerima kenyataan pahit.

Junkyu jadi banyak melamun. Pernikahan Jihoon sudah tidak bisa dibatalkan seperti di kehidupan sebelumnya saat Jihoon hampir menikah dengan Jeno, jika ingin merebut maka yang bisa Junkyu lakukan adalah menunggu sampai suami Jihoon mati atau hancurkan rumah tangga mereka. Tapi sayangnya Junkyu pun tak sehebat itu dalam membuat skandal untuk menghancurkan rumah tangga Jihoon karena ia tak begitu mengenal siapa suami Jihoon; belum pernah bertemu lebih tepatnya.

Apalagi Jihoon terlihat menikmati dan bahagia atas pernikahannya.

Bugh!

Junkyu tersentak keluar dari lamunannya saat bahunya ditabrak. Buku-buku berhamburan di lantai dan Junkyu hanya menatap kesal pada laki-laki yang kini sedang memunguti buku-buku tersebut. Moodnya sedang jelek sekali. "Hei, tidak bisakah kamu melihat—" bibirnya kelu sedetik setelah laki-laki itu mengangkat kepala. Laki-laki itu juga tampak kesal walau nyatanya dialah yang salah telah menabrak Junkyu yang hanya berdiri diam di samping rak buku.

Bahkan ketika laki-laki itu berdiri dan menatap sinis pada Junkyu, Junkyu tetap tak bisa berkata apa pun dan membiarkan laki-laki itu pergi begitu saja. Pandangannya mengikuti kemana laki-laki itu pergi, dan melihatnya menghampiri seseorang yang rupanya sudah menunggunya di luar pintu perpustakaan.

"Jihoon?" bibirnya berbisik begitu melihat Jihoon di luar sana menggandeng laki-laki yang tadi menabraknya lalu pergi meninggalkan perpustakaan.

"Junghwan...."

Ya, walaupun ingatannya sedikit kabur mengenai bagaimana rupa putranya itu ketika beranjak dewasa, tapi ia jelas kenali bagaimana tatapan penuh benci itu dilemparkan padanya. Junkyu kehabisan kata, kehilangan setiap emosi yang tadi memenuhi kepalanya begitu sepasang netra bening itu menatapnya bengis.

Kenapa? Apakah bahkan setelah ratusan tahun berlalu, kebencian Junghwan padanya masih ada? Atau apakah sekarang pun Junghwan lahir dengan masih membawa kebenciannya dari kehidupannya yang sebelumnya?

Ia tidak mengerti. Seharusnya Junghwan tidak mengingatnya tapi kenapa Junghwan bersikap seolah dia benar-benar membencinya saat mereka berpapasan tadi? Dan yang paling membuat Junkyu bingung adalah, ada hubungan apa antara Jihoon dan Junghwan? Apakah suami Jihoon itu Junghwan?

Junkyu segera menggeleng hilangkan setiap kemungkinan buruk dari kepalanya. Ia tak bisa terus berperasangka, ia harus mencaritahu kebenarannya secepatnya.

Lagipula bagaimana mungkin orang yang dulunya lahir sebagai ibu dan anak, di kehidupan sekarang justru jadi suami dan istri? Hal ini terlalu tak bisa diterima oleh Junkyu.

Cadar [ kyuhoon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang