Setelah pulang sekolah, Fiki dan kedua temannya memutuskan untuk ngumpul dirumah Fiki untuk sekedar ngobrol ringan untuk mengisi waktu luang. mereka saling berseru sambil berjalan menuju pintu utama. Di perjalanan menuju pintu utama, mereka sontak saling menatap saat mendengar suara mama yang menolak tegas. Tentang permasalahan yang mereka juga tidak mengerti maksudnya.
"Anak saya bukan dukun!" Terdengar suara tegas dari dalam rumah
"Tapi saya cuma mau minta bantuan sama anak ibu, buat bantu orang tua saya" mohon seorang perempuan
"Engga! Sekali saya engga, tatap engga. Jangan pernah maksa anak saya buat bantu anda!" Tegas mama
"Ayo!!" Ajak Fiki kepada kedua temannya saat mendengar perdebatan dari dalam ruangan
Fajri dan fenly juga ikut berlari kedalam saat melihat Fiki lebih dulu berlari.
"Tapi saya mohon ibu, saya__"
"Pergi kamu! Keluar dari rumah saya!" Usir mama
"Mama" panggil Fiki yang berlari menghampiri
Satu ruangan yang mendengar suara Fiki sontak menatap Fiki dari arah luar yang di ikuti oleh kedua temannya.
"Fik, tolong bantu kakak" seorang perempuan itu langsung menghampiri Fiki dengan berlutut dihadapan Fiki
"Kak, berdiri kak" titah Fiki agar seorang perempuan itu terdiri "Fiki akan bantu kak naya kok, kakak tenang dulu ya" tutur Fiki lembut
"Fiki!"
"Mah, please. Kak naya Lo yang bantu Fiki selama ini kalau sewaktu Fajri dan fenly gak ada, kak naya banyak berjasa buat Fiki, mah boleh yaa?" Ujar Fiki sambil merayu sang mama
Mama menghembuskan nafas kesel, dengan menahan emosi mama memalingkan wajahnya.
"Mah, biarin aja" sahut papa membuka suara
"Iya mah, lagian Fiki gak sendirian. Ada Fajri sama fenly yang bantu masalah ini, Shandy yakin mereka pasti bisa" nimbrung Shandy yang ikut merayu sang mama
"Kita saling jaga kok tante" kata fenly
"Iya, teman gaib Fiki juga bisa bantu kita, banyak orang bukan lebih mudah kan Tan, lagian kita belum tentu bantu mahluk halus kan, kak naya cuma mau minta Fiki lihat kan orang tuanya, di rumah sakit jiwa. itu ganggu dari mahluk atau orang tuanya belum ikhlas kepergian dari adek nya kak naya" bals Fajri
Mendengar penjelasan Fajri, mama langsung menatap Naya iba, perlahan mama berjalan menghampiri Naya dengan memeluk nya dengan begitu erat.
"Kenapa kamu gak ngomong, ibu kan jadi gak enak, udah ngusir kamu. Ibu gak mau anak ibu berhubungan dengan mahluk astral lagi" tutur mama
"Gak papa Bu, saya tau kok gimana rasanya jadi ibu, ibu juga sebagai orang tua khawatir terhadap anaknya. Tapi makasih banget, ibu udah izinin Fiki buat bantu saya" bals Naya tersenyum senang
"Iya, udah kenapa gak ada bergerak. Ayo berangkat" gesak mama saat melihat satu ruangan itu tidak ada yang beranjak
"Yaudah Fiki berangkat dulu, assalamualaikum!!" Ucap Fiki sambil menyalami orang tuanya
"Iya iya, waalaikumsalam, hati hati" pesan mama
"Iya!!"
"Kita juga pamit Tante om" pamit Naya Kepada kedua orang tua Fiki, di ikuti oleh Fajri dan fenly
"Iya, hati hati ya. Fenly Fajri"
"Oke Tan" bals Fajri dan fenly bersamaan
Mereka langsung beranjak menuju ruang sakit jiwa.
=
=
Tiba di rumah sakit jiwa, mereka berempat berjalan menelusuri koridor rumah sakit untuk menemukan kamar yang di tempati oleh orang tua Naya.
"Kita tanya aja gak sih kak? sama pengurus disini, kalau kita cari satu satu susah memunya" usul Fajri
"Benar kata Fajri, kak" sahut fenly menyetujui perkataan Fajri
"Tapi, tanggung mau putar balik. Satu lorong ni aja lagi" bals Naya
"Tapi kok jauh banget ya, kayak di ujung banget" ujar fenly binggung dengan tempat yang suster rumah sakit jiwa meletakkan kepada orang tua Naya
"Ehh, Fiki mana?" Tanya fajri merasa sejak tadi Fiki tak mengeluarkan suara "Fik! Fiki!" Pekik Fajri saat melihat hanya mereka bertiga di koridor itu
"Ish, Kemana lagi tu anak. Orang tua kak naya aja belum nemu, ini lagi ni anak hilang" dumel fenly
"Sabar fen" bals Fajri
"Gini aja, Fajri, Lo cari Fiki sama fenly biar gue cari ruang orang tua gue" ujar Naya memberi saran
"Gak, gini aja. Biar Fajri nemani kakak, aku cari Fiki. Aku bisa kok cari sendiri. Nanti kalau udah ketemu kabari ajanyaa" tolak fenly dengan halus
"Tapi kamu gak papa?" Tanya Naya
"Gak papa, santai kak. Yaudah aku cari Fiki dulu" pamit fenly langsung berjalan berbalik arah
Fajri yang melihat fenly meninggalkan mereka berdua langsung beranjak berjalan menuju ruangan orang tua naya.
=
=
Fiki tak sengaja melihat sosok yang ia kenali di salah satu ruangan rumah sakit jiwa, ia sontak kaget melihat interaksi sosok itu kepada pemuda berkacamata dan tatapan murung. Secara melihat sosok itu Fiki terus bergerutu dalam hati, apakah pemuda itu juga sama seperti dirinya?? Yang memiliki kemampuan lebih.
Fiki dengan memberanikan diri, beranjak masuk kedalam ruangan itu, tapi gerak gerik Fiki terlihat oleh fenly yang sejak tadi mencari keberadaan dirinya, fenly sempat sontak binggung melihat tingkah laku Fiki, tapi fenly cepat mengikuti arah Fiki yang masuk kedalam ruangan di tempati pemuda berkacamata tersebut.
"Tira, ngapain kamu kesini??" Suara Fiki membuat orang di dalam ruangan itu sontak terdiam dengan obralan nya
Seorang perempuan yang mirip dengan sosok teman gaib Fiki mengerut kening binggung, sedangkan pemuda berkacamata itu hanya terdiam dengan lamunan nya dengan tangan memegang selembar kertas foto.
Fenly yang melihat seorang perempuan itu menatap Fiki binggung, langsung lancang masuk untuk menghentikan mereka.
"Malah diam, gue ngomong!" Kesel Fiki
"Kamu siapa??" Tanya seorang perempuan itu menatap Fiki binggung
"Maaf, Mbak. Teman saya salah orang. Permisi!!" Pamit fenly mengajak Fiki keluar dari ruangan itu
"Engga!" Tegas Fiki yang tidak mau pergi dari ruangan itu
"Lo apa sihh Fik, gak lihat muka nya binggung gitu" bisik fenly
"Lo bisa lihat??" Tanya fiki
"Hah??" Fenly terbelalak binggung "apa sih?"
"Lo bisa lihat dia?" Tanya Fiki lagi
"Ya bisalah, udah ayo keluar" paksa fenly lagi untuk keluar dari ruangan
"Bentar!" Cegah Fiki terus menerus seorang perempuan itu dengan detail
Seorang perempuan itu terus menatap Fiki binggung
"Kayak....??" Ujar Fiki terus mengingat
Fenly dan seorang perempuan itu hanya terdiam mendengar pernyataan yang keluar dari mulut Fiki, setelah pemuda berkacamata itu terus saja menatap foto yang ada di tangan nya.
=
=
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO || FIKI UN1TY || ENDING
Horrormahluk hidup bukan manusia saja tanpa kita sadari!! tumbuhan, hewan dan bahkan mahluk tak kasat mata juga makhluk yang harus kita hargai. mereka sama seperti kita, hanya saja kita tak dapat melihat mereka. hanya orang spesial yang bisa melihat dan b...