6

4.8K 181 1
                                    

Alika mendadak gugup dan memerah wajahnya hingga menyebabkan ia spontan memalingkan wajahnya ke arah lain.

Berbeda jauh dengan Andrew dan Rachel yang tampak sangat kesal dengan kemesraan mereka saat itu, hingga akhirnya niat mereka yang ingin salaman dengan sang pengantin baru pun terlupakan begitu saja.

Mereka pergi meninggalkan altar, menjauh... sejauh mungkin, dengan perasaan yang sangat malu.

Setelah itu pun Alika merasa sangat lega karena dua makhluk astral itu sudah pergi dari sana. Namun disatu sisi ia merasa sangat senang dan puas karena telah mempermalukan dua orang itu. Ini semua berkat Yustaf!

Alika pun langsung memegang tangan Yustaf, ia merasa sangat berhutang budi padanya.

"Makasih banget ya. Aku benar benar enggak nyangka kamu seberani itu, beneran deh! Aku bener bener puasss banget! Haha! Pokoknya habis ini aku bakal traktir kamu makan!" ucap Alika.

Yustaf tersenyum, meskipun ada hal yang ingin ia tanyakan saat itu.

Alika kembali mengajak Yustaf duduk disampingnya, lelaki itu pun menurutinya. Ada sesuatu yang mulai mengganjal pikirannya sekarang.

"Oh iya Al." ucap Yustaf masih ingin membahas apa yang jadi pertanyaan dikepalanya barusan.

"Kenapa?" tanya Alika meski matanya terus melihat ke arah para tamu undangan ataupun teman sekantornya yang sibuk makan.

"Tadi itu... siapa?" tanya Yustaf.

"Yang barusan? Mantan suamiku." ucap Alika. Yustaf mengohkan perkataannya lalu memalingkan wajahnya...terdiam... memikirkan sesuatu.

Beberapa waktu lalu, Alika bahkan berkata jika tadi adalah waktunya membalas dendam.

Jadi itu alasan kenapa Alika ingin menikah cepat hingga akhirnya menikahinya... pasti karena mantan suaminya yang menjengkelkan itu.

Tapi... apakah mungkin Alika melakukan semua balas dendam ini karena dia masih....

Mencintai...

Lelaki itu?

Kedua orang tua Alika yang sejak tadi juga hadir disana, duduk di kursi yang telah disediakan di altar pernikahan tampak saling berbisik.

"Pah, eta liat si Alika.. suaminya kasep pisan sih pah. Beruntung banget deh tuh anak. Liatnya aja gak bosen bosen." bisik Ratna yang memakai kebaya putih dengan rambut disanggul dan wajah yang medok dengan make up. Rudi yang mendengar langsung tertawa mentah.

"Mama kok ngomong gitu sih didepan papa? Emang mama enggak takut papa cemburu apa?!" tandas Rudi yang langsung dicubit oleh Ratna.

"Dih, udah tua aja masih pake cemburu cemburuan. Inget umur pah! Enggak usah gaya gayaan ngikutin anak muda atau siapa tuh sugar sugar eta." balas Ratna.

"Sugar daddy? Dih nyambung ke sugar daddy sih mah? Ngomong A malah dijawab Z, pasti mama kalo lagi begitu terus ditanyain mau buang air di WC atau di baskom, pasti milih baskom." ujar Rudi dan langsung dicubit oleh Ratna karena dianggap ngawur.

"Tapi asa bukan kawinan beneran ya pah?" tanya Ratna yang langsung memicu kernyitan di dahi Rudi.

"Bukan kawinan beneran maksudnya gimana?" tanya Rudi heran.

"Ya kedua orang tua si Yustaf enggak ada." ujar Ratna.

"Loh, kedua orang tuanya kan udah meninggal Mah, makanya dia diwakilkan sama saudara dekatnya. Masa harus dibahas lagi sih?" ujar Rudi.

"Iya pah, mama tahu. Kasihan juga sih si Yustaf udah jadi yatin piatu semenjak SD." ujar Ratna prihatin.

"Nah maka dari itu mama sebagai mertua yang baik dan tidak sombong harus bersikap baik dan enggak galak sama Yustaf, nanti jatuhnya kayak film tersanjung episodenya sampai ribuan. Anggap aja dia sebagai anak kandung kita, sama kayak kita menganggap Alika selama ini." ujar Rudi.

Main cantik denganmu, Mas (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang