Yustaf segera menoleh ke arah Alika setelah menerima kembalian dari kasir. Ia bertanya pada Alika karena wanita itu terus memandangnya curiga.
"Ada apa? kamu marah ya saya yang bayarin?" tanya Yustaf
Alika tak menjawabnya. Ia coba mengabaikan hal itu dan mengambil struk tagihan dari tangan Yustaf. Ia buka dompet yang sudah ada ditangannya dan berikan pada Yustaf uang sejumlah total yang ada di struk tagihan tersebut.
"Aku mengajakmu kesini bukan untuk dibayari. Ini." ucap Alika dingin. Yustaf merasa Alika tampak kesal dengannya, apakah mungkin dia benar benar marah sekarang?
Alika segera meninggalkannya, berjalan keluar mendahului Yustaf yang tampak tertinggal dibelakang.
Saat berada diluar restoran, Yustaf coba mengimbangi jalan Alika yang terus melaju menuju tempat parkir.
Sepertinya dia memang benar benar berniat meninggalkannya begitu saja. Yustaf coba meraih dan meraih tangan Alika, hingga akhirnya dapat.
Yustaf memegang tangan kanan Alika erat dan membuatnya menghentikan laju jalannya. "Kamu marah dengan saya Al?" tanya Yustaf cemas.
Alika terdiam memutus kontak mata dengannya dan lebih cenderung melihat ke arah lain.
"Saya ingin bertanya satu hal dan kamu tolong jawab jujur." pinta Alika yang kini menatapnya lurus.
"Iya."
"Kenapa ada kartu black card di dompetmu?" tanya Alika. Yustaf tersentak, apakah mungkin Alika barusan melihat isi dompetnya? jeli sekali wanita ini!
"I-itu.." Yustaf menggantungkan jawabannya, sedikit gugup. Alika masih mengernyitkan dahinya memandang Yustaf.
"Itu bukan punya saya. Kamu salah paham, itu punya teman saya. Kebetulan dia adalah anak dari kalangan berada." jelas Yustaf.
"Lalu kenapa kamu punya uang sebanyak itu untuk membayar tagihan makanan tadi? Bukannya kamu tidak memiliki pekerjaan saat ini." tanya Alika mencecarnya.
"Itu sebenarnya adalah uang sisa tabungan saya, semasa saya masih bekerja di salah satu perusahaan." ujar Yustaf.
Alika yang sejak awal sangat percaya dengan Yustaf pun menerima penjelasannya barusan. Entah kenapa ia sangat yakin jika Yustaf tidak mungkin berbohong padanya.
"Oh, kirain kamu membohongiku. Maaf ya sudah menuduh kamu yang bukan bukan." ucap Alika tersenyum manis. Yustaf mengangguk.
"Iya enggak apa apa." balasnya tersenyum.
Alika langsung melihat ke jam tangannya.
"Yus, aku harus kembali ke kantor. Ayo aku antar kamu pulang dulu." ajak Alika.
"Enggak, kamu kembali aja ke kantor. Saya bisa pulang sendiri naik ojek online. Dan juga saya ingin membeli sayur dan lauk mentah untuk dimasak nanti malam. Kamu mau dimasakkan apa saja?" tanya Yustaf.
Alika menatap Yustaf dan merasa sedikit tidak enak dengannya.
"Maaf ya, seharusnya aku cepat cepat mempekerjakan pembantu di rumahku. Supaya kamu tidak selalu direpotkan dengan perkara seperti ini. Sejujurnya aku malu menyuruh seorang laki laki untuk mengerjakan tugas perempuan." ucap Alika.
"Tidak masalah bagi saya Al, jikapun kamu mempekerjakan pembantu, lalu untuk apa kamu meminta kriteria suami kontrak yang bisa memasak?" tanya Yustaf.
Alika merasa ragu, tapi ia merasa sangat ingin menjawabnya, agar tidak muncul kesalahpahaman.
"Sebenarnya.. ada alasan kenapa aku menginginkan suami yang bisa memasak." ucap Alika serius, Yustaf melihat betapa seriusnya raut wajah Alika dan perkataan barusan yang menggantung pun jadi membuatnya berbalik penasaran hingga terus terusan menatap wajah wanita dihadapannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Main cantik denganmu, Mas (END)
General FictionAlika Soedirja seorang pengusaha yang melakukan aksi balas dendamnya kepada mantan suami yang berselingkuh dengan cara melakukan permainan cantiknya dengan mencari seorang pria yang bisa dijadikannya suami di salah satu biro jodoh terkenal di jakart...