16

3.1K 132 1
                                    

"Apa?" tanya Yustaf heran.

"Aku ingin memberikanmu hadiah." ucap Alika. Yustaf penasaran, apa sebenarnya hadiah yang akan diberikan padanya? Yustaf diam diam tersenyum memandang punggung Alika.

Entah kenapa ia merasa sangat senang saat itu.

Tak lama setelahnya, mereka pun sampai didepan pintu.

Yustaf terkejut saat melihat sebuah motor matic berwarna hitam keluaran tahun ini terparkir didepan teras rumah. "I-ini?" tanya Yustaf tidak menyangka.

"Gimana Yus? kamu suka warnanya gak? tadinya aku mau nanya ke kamu, sukanya warna apa. Tapi takutnya nanti kamu curiga lagi aku mau beliin motor. Aku kan dari awal niat kasih kamu hadiah ini." ucap Alika.

"Sebenarnya kamu enggak perlu membelikan saya hal semacam ini Al." ucap Yustaf.

"Tuh kan, pasti kamu selalu bilang kayak gitu deh. Enggak apa apa sih, eh atau kamu kecewa karena aku enggak belikan mobil?" tanya Alika. Yustaf langsung menyangkal.

"Enggak... enggak gitu maksudnya. Saya tidak mau dibelikan apapun Al." ucap Yustaf. Alika langsung mencubit pinggang Yustaf hingga lelaki itu merasa geli.

"Ish, kamu nih Yus. Harusnya kamu sudah dibeliin seperti ini tuh ngucapin alhamdulillah. Bukan seperti itu responnya." protes Alika yang langsung mengambil kunci yang menggantung di stop kontak motor tersebut. Lalu ia berikan kuncinya pada Yustaf.

"Ini. Coba dulu motornya." pinta Alika. Yustaf tidak memiliki pilihan selain menerimanya. Tapi ia tampak ragu untuk mencobanya.

"Tapi Al, saya benar benar enggak perlu ini." ucap Yustaf kekeh.

"Enggak perlu gimana? kamu kan kesana sini suka naik ojek terus dan ketika disuruh numpang mobil aku, kamu enggak mau. Oh atau kamu sebenarnya enggak bisa naik motor ya?!" ujar Alika.

"Bisa. Cuma... ini terlalu berlebihan aja menurut sa--" belum selesai bicara, Yustaf sudah ditarik tangannya dan bawa mendekati motor. Ia dipaksa duduk ke jok motornya.

Alika mengambil kembali kunci motornya dari Yustaf dan nyalakan stop kontak motornya. Alhasil motor itu pun hidup, ketika itu juga Alika langsung naik ke jok belakangnya.

"Ayo pak ojek kita jalan hehehe." ucap Alika, Yustaf geleng geleng meskipun ikut tertawa melihat kekehnya sang istri.

"Yasudah. Pegangan yang kuat ya.. istri." ucap Yustaf mulai menjalankan motornya. Alika yang dipanggil seperti itu diam diam tersenyum.

Entah kenapa mendengarnya mengucap panggilan itu padanya membuat Alika senang.

Motor matic berwarna hitam itu melaju di jalan beraspal dengan kecepatan 40 kilometer perjam.

Alika baru kali ini dibonceng motor oleh seorang lelaki yang bukan tukang ojek. Selama ia menjadi istri Andrew dulu, dirinya tidak pernah dibonceng motor karena pria itu tidak memiliki kendaraan selain mobil mewah.

Alika merasa sangat nyaman ketika angin malam terasa sangat sejuk dan segar, bahkan sampai menyelusup masuk ke celah baju atau ketiaknya.

Yustaf menjalankan motornya mengitari area perumahan tersebut. Semakin sepi jalannya, maka semakin kencang ia mengendarainya.

Alika tampak meremas pinggang suaminya itu, karena takut dirinya tiba tiba menabrak sesuatu.

"Yus jangan kencang kencang!" pekik Alika cemas.

Namun tiba tiba saja tangan kiri Yustaf tarik tangan kanan dan kiri Alika lalu satukan didepan perutnya. Seolah olah kini Alika jadi sedang memeluk Yustaf dari belakang.

Main cantik denganmu, Mas (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang