30

3.2K 106 0
                                    

Albert yang melihat hal itu tampak geram ketika menyadari kalau Alika baru saja dipukul oleh seorang pria berjaket, masker dan topi abu-abu. "Kau!!"

Albert berniat mengejar pria misterius itu yang mencoba kabur, akan tetapi Albert khawatir jika terjadi apa-apa dengan Alika.

Ia harus sesegera mungkin membawa Alika ke rumah sakit.

Beberapa saat kemudian Albert sedang termenung didepan ruang unit gawat darurat.

Mengingat kondisi Alika yang masih belum sadar dan suaminya belum kunjung datang. Ia bertekad akan terus menunggunya disana.

Akan tetapi seorang pria segera datang menghampirinya, membuyarkan semua lamunannya.

Dia Lucas. Dia tampak berkeringat saat itu, mungkinkah dia habis lari-larian demi untuk memeriksa keadaan istrinya disini?!

"Bagaimana keadaannya? Kenapa kamu tidak masuk ke dalam?" tanya Lucas.

"Istri anda masih belum sadarkan diri, beberapa luka juga sudah dijahit. Tidak ada kepastian sampai kapan istri anda tidak sadarkan diri. Kata dokter ditunggu saja dan jangan lupa berdoa." ucap Albert.

Lucas tampak cemas saat itu. Dirinya bahkan terlihat masih memegang tas kerjanya, sepertinya ia langsung memilih pulang dan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Alika.

"Yasudah, kamu bisa pulang sekarang. Mulai sekarang saya yang akan menunggu Alika sampai dirinya sadar." ucap Lucas.

"Anda benar tidak apa-apa saya tinggal? Bukankah anda harus pulang ke rumah, mandi dan berganti baju? Anda juga belum makan, kan?" tanya Albert.

"Sudahlah, ngapain mikirin saya. Sendirinya saja belum kan?" Lucas balik tanya. Albert tersenyum samar. "Baik kalau begitu, saya pamit." ucap Albert segera mempermisikan dirinya pergi dari sana.

Esok paginya Alika membuka kedua matanya, ia terkejut saat melihat Lucas tertidur dalam keadaan terduduk disampingnya seraya memegang tangannya.

Alika memegang perban yang melilit dikepalanya, seraya coba bangun dan terduduk, meski masih merasa sangat pusing.

Seingatnya kemarin dirinya dipukul oleh seseorang hingga membuatnya tidak sadarkan diri. Siapa gerangan orangnya? Oh iya! Tulisan teror kemarin, apakah ada sangkut-pautnya dengan ini?!

Bahkan orang yang pertama kali terlintas di pikiran Alika sekarang adalah dua orang itu, Rachel dan Andrew. Pasti mereka! Siapa lagi orang yang rela melakukan apapun untuk menghancurkan dirinya?! Itu pasti mereka!

Tiba-tiba Lucas terbangun dan tersadar jika Alika sudah bangun.

"Oh kamu sudah sadar ya. Saya punya satu pertanyaan sama kamu." ucap Lucas.

"Apa?" tanya Alika mengernyit heran.

"Ini tambah ini berapa?" tanya Lucas menunjukkan jari telunjuk kanannya dan telunjuk kirinya.

"Sebelas?" tanya Alika terkekeh.

"Yah, amnesia deh. Sudahlah, alamat tidur di lantai ini mah." ucap Lucas terkekeh. Mereka saling tertawa saat itu.

"Setidaknya masih ditemani guling." ucap Alika masih mengekeh.

"Kamu baik-baik aja kan? Masih ada yang sakit?" tanya Lucas.

"Punggung dan belakang kepalaku terasa sakit dan pusing juga." ucap Alika.

"Yasudah yang sabar ya, kamu istirahat aja yang banyak. Supaya cepat sembuh." ucap Lucas.

"Yang aku heranin kenapa hal itu bisa terjadi bersamaan?" tanya Alika.

"Maksudnya?" tanya Lucas.

"Kemarin ada yang nulis ancaman teror di ruang meetingku. Tulisannya ini adalah hari kematianmu. Aku yakin pelakunya pasti orang yang memukulku kemarin, atau bisa jadi mereka satu komplotan." ucap Alika.

Main cantik denganmu, Mas (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang