13

3.1K 123 0
                                    

"Karena aku udah tahu sifat kamu. Pasti kamu akan langsung menolak jika aku mentraktirmu makan." ucap Alika langsung dibalas oleh Yustaf.

"Tidak sih, saya tidak akan menolak jika kamu mengajak saya makan." ucap Yustaf sedikit memalingkan matanya, Alika tersentak.

"O,oh? beneran? aku kira kamu tipikal orang yang kayak gitu hehe." ucap Alika tertawa kecil, ia merasa jika Yustaf pasti berpikir jjika dirinya adalah orang yang sok tahu, Alika menyadari jika sifatnya bahkan bisa disamakan psikolog amatir..

Berbeda dengan Yustaf yang justru sedang membatin sesuatu.

"Bagaimana mungkin saya menolak ajakan wanita yang setengah harian ini saya pikirkan?" batin Yustaf.

Alika yang tidak ingin berlama lama membiarkan kesunyian menghantui suasana diantara mereka pun langsung memanggil seorang waitress dan menyuruhnya mendekatinya.

Sembari melihat daftar makanan, Alika sesekali bertanya pada Yustaf tentang makanan apa yang ingin ia pesan lalu katakan pada waitress tersebut.

Tak lama setelah sang waitress pergi dari sisi mereka, suasana kembali berlangsung canggung diantara Yustaf dan Alika. Mereka sama sama tidak saling berbicara.

Sebenarnya ada alasan kenapa Yustaf tidak berbicara, ternyata ia sedang menahan rasa gugupnya ketika berhadapan dengan Alika saat ini.

Alika yang tidak ingin mendengar bunyi suara jangkrik ditelinganya lebih lama pun segera mengajak Yustaf berbicara.

"Oh iya, apa kamu sedang kuliah sekarang?" tanya Alika.

"Tidak, saya sudah lulus kuliah dua tahun yang lalu." ujar Yustaf.

"Beneran? wah aku tidak menyangka. Hebat kamu Yus, pasti kamu membiayai sendiri ya kuliahmu itu? Kamu memang pekerja keras ya. Aku semakin kagum denganmu." puji Alika, Yustaf tersenyum tipis.

"Aku mengira kamu masih kuliah, soalnya wajah kamu enggak kelihatan setua itu sih hehe, sebenarnya kalau kamu masih kuliah pun saya siap kok menanggung seluruh biaya kamu. Jangan khawatir, saya melakukan ini tulus kok tanpa imbalan, ini adalah bentuk apresiasi saya terhadap kamu. Dan saya juga ingin menjadi lebih dekat dengan kamu, menganggapmu sebagai teman dalam urusan bisnis." ucap Alika.

"Teman ya?" ujar Yustaf yang kini memandang lurus Alika dengan serius. Alika yang ditatap seperti itu perlahan alihkan kedua matanya ke arah lain seraya membatin.

"Kenapa dia menatapku seperti itu sih? dan apa maksud kalimat menggantung yang ia lontarkan barusan? seakan akan ia tidak terima dengan perkataanku itu." batinnya.

TIba tiba saja seorang pria berhoodie dan topi hitam berjalan cepat ke dekat mereka dan akhirnya tersandung lalu menubruk bahu Alika cukup keras hingga akhirnya pria itu terjatuh ke lantai bawah meja mereka.

Alika merasakan tangan kirinya cukup sakit akibat singgungan barusan. Yustaf pun cemas, ia langsung pegang tangan Alika. "Kamu enggak apa apa?" tanya Yustaf.

Alika mengangguk. "Iya Yus, enggak apa apa."

Yustaf langsung menatap kesal ke arah pria berhoodie itu. "Pak, anda harus lebih hati hati saat berjalan." tegur Yustaf.

Pria itu pun langsung bangkit dari lantai dan berdiri, ia terlihat bersalah dan meminta maaf pada mereka berdua lalu pergi, duduk ke kursi dibelakang mereka.

Alika yang tidak ingin Yustaf terus menatap tajam ke arah pria dibelakangnya langsung menarik tangan Yustaf, memastikannya menatap lurus ke arahnya.

"Udah Yus, enggak usah dipikirin. Aku enggak apa apa kok. Dia enggak sengaja itu, aku cuma kaget aja tadi." ucap Alika yang setelahnya langsung tersadar jika tasnya tidak ada di atas pahanya.

"Loh? tasku mana?" tanya Alika bingung.

Yustaf ikut mencari ke sekitar, termasuk ke bawah meja. Lelaki itu langsung menemukannya. "Itu, dibawah meja." tunjuk Yustaf.

"Oalah, gara gara ketabrak barusan kali ya?" ucap Alika yang segera mengambil ke bawah namun Yustaf mencegahnya.

"Biar saya aja." ucap Yustaf yang langsung membungkukkan badannya ke bawah meja.

Ia segera mengambil tas bahu milik Alika, namun ketika itu matanya berpapasan dengan sebuah alat recorder yang menempel dibawah meja tersebut.

Bentuknya bahkan sangat kecil dan berkedip kedip memancarkan setitik sinar merah yang menandakan jika recorder itu sedang merekam suara apapun yang ada diatasnya.

Termasuk pembicaraan mereka berdua saat ini!

Siapa sebenarnya yang menempelnya---
Apa mungkin waktu lelaki berhoodie itu menabrak dan jatuh ke bawah mejanya...!

Main cantik denganmu, Mas (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang