22

3.2K 131 0
                                    

Alika segera mengeluarkan sesuatu dari dalam paperbag tersebut. Yustaf penasaran hingga kedua matanya terus tertuju lurus pada tangan Alika yang kini berangsur mengeluarkan sesuatu itu dari paperbag.

Alika taruh diatas meja, saat itu juga kedua mata Yustaf langsung terbelalak. Alika tersenyum menatap sang suami. Itu adalah... parfum berwarna biru muda yang biasa dirinya pakai!

Lalu kenapa bisa ada di tangan Alika?! apakah mungkin Alika sudah tahu jika itu adalah parfum yang biasa dirinya pakai? Bagaimana bisa?!

Alika mencecar suaminya yang tampak gugup ini dengan sebuah tatapan lurus.

"Kamu tahu kan parfum ini?" tanya Alika. Yustaf memalingkan matanya coba memutus kontak mata dengannya.

"Sekarang kamu bisa jelaskan, kenapa kamu bisa memiliki parfum seharga tiga puluh juta ini." ucap Alika. Yustaf kembali menatap ke arahnya dan tampak tersenyum tipis.

"I-itu adalah parfum yang diberikan oleh teman saya. Kamu mungkin sudah tahu, dia adalah pemilik black card yang waktu itu ada didompet saya. Dia adalah pimpinan perusahaan saya." ucap Yustaf.

Alika menatapnya dengan curiga.

"Bener? enggak bohong kan? terus kenapa teman kamu itu rela memberikan parfum seharga tiga puluh juta itu sama kamu? setahu aku kamu tidak pernah kelihatan sedang chat ataupun teleponan dengan temanmu itu. Kalian tidak kelihatan begitu dekat bahkan aku tidak tahu siapa namanya." ucap Alika curiga.

"Y-ya kan kita sering ngobrol di kantor. Kita memang jarang telponan kalau dirumah, kalau ada perlu pun selalu membicarakannya di kantor bukan dirumah. Lagian teman saya itu laki laki. Masa saya telponan terus sama dia sih? nanti istri beneran marah lagi." dalih Yustaf.

Alika menatapnya lama. "Bener ya? kalo kamu ketahuan bohong awas saja." ancam Alika.

Yustaf tersenyum dan memegang tangan Alika. "Enggak kok sayang." ucap Yustaf.

Waitress pun mendekati mereka dengan membawakan beberapa piring makanan ke atas meja mereka. Alika bantu menaruh beberapa piringnya ke hadapan sang suami.

Yustaf terus melihat ke arah Alika, seolah ada yang benar benar mengganjal pikirannya saat ini, ia kembali berkata.

"Memang kalau misalkan saya anak orang kaya, kamu akan marah? atau ilfeel dengan saya Al? tanya Yustaf penasaran.

"Entah kamu kaya atau miskin aku tidak pernah sama sekali mempermasalahkannya. Karena yang aku cintai adalah sikapmu selama ini, bukan background kamu. Tapi ada satu hal yang harus kamu tahu dari diriku. Aku ini orangnya tidak suka dibohongi, karena sekali orang itu berbohong maka akan muncul kebohongan lainnya. Jadi, kalau tadi kamu bilang, kamu adalah orang kaya. Aku akan sangat kecewa karena kamu telah membohongiku. Aku tidak suka dengan orang yang suka berbohong." ucap Alika.

Yustaf terdiam memandangnya lama, bahkan hingga tidak sempat berkedip sekalipun. seolah ia benar benar memikirkan hal rumit didalam kepalanya.

Alika yang terus dipandang lama oleh sang suami pun terheran.

"Apa? ada yang salah dengan wajahku?" tanya Alika seraya menyuap makanannya.

"Tidak." jawab Yustaf tersenyum sekilas lalu memalingkan matanya ke arah lain. Ternyata memang benar benar ada sesuatu yang rumit didalam pikirannya.
Yang sama sekali tidak disadari oleh Alika...sekalipun.

Tak lama kemudian, Alika sudah kembali lagi ke kantor. Ia duduk diruang kerjanya dan membuka laptopnya, tekan tombol power.

Laptop pun hidup, pandangannya perlahan teralihkan dengan sebuah ketukan pintu didepan ruang kerjanya. Ternyata itu adalah Albert yang perlahan masuk ke dalam dan mendekati mejanya.

Main cantik denganmu, Mas (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang