Ia tiba tiba berniat menelepon seseorang dengan telepon kantor yang ada dihadapannya saat itu.
Ketika nomor sudah ditekan dan telepon tersambung, Andrew berkata.
"Saya perintahkan kalian untuk menyelidiki dari mana Alika bisa menemukan suami barunya itu, termasuk juga dengan latar belakang keluarga, pekerjaan dan pendidikannya, saya yakin ada yang tidak beres dengan ini. Saya tunggu kabar dari kalian secepatnya." ucap Andrew langsung menutup teleponnya dan tersenyum menyeringai.
"Lihat saja Al, kamu akan membayar harga sepadan dari apa yang pernah kamu tuai." lanjutnya lagi.
Di kantor Alika's group.
Menghabiskan waktu berjam jam Alika untuk menghadiri meeting yang diadakan di beberapa tempat dan lantai di kantor tersebut dalam waktu serentak.
Sesudah beranjak dari lantai 1 lalu ia pergi ke lantai 3 kemudian pergi lagi ke lantai 6 dan 19 untuk menghadiri berbagai macam meeting yang diselenggarakan itu.
Setidaknya saat ini Alika sudah bisa menarik nafas lega, karena jadwal meetingnya untuk hari ini akan segera berakhir kini. Tujuannya sekarang adalah lantai 19, tujuan akhirnya.
Alika yang sedang berada didalam lift tampak memundurkan dirinya beberapa langkah ke belakang lift, ia tempelkan punggungnya ke dinding belakang lift seraya menghela nafas panjang.
"Ah baru jam segini saja aku sudah lelah Al." ucap Alika mengeluh pada Albert yang berada didepannya, yang seluruh pandangan datarnya tertuju lurus pada Alika.
"Sepertinya anda sangat menikmati malam pertama anda semalam, bu direktur." ucap Albert, Alika balas menatapnya dengan pandangan sama datarnya meskipun pada akhirnya ia tersenyum.
"Sangat amat menikmati, hingga saya terlelap tidur dalam keadaan tidak berpiyama." balas Alika.
Albert menatapnya, berpikir sebentar lalu berkata.
"Yang cukup saya tangkap dari perkataan anda barusan, sepertinya anda tidak benar benar melakukan permainan yang dilakukan antara suami istri itu. Oh saya tahu, apakah itu bagian dari perjanjian kontrak juga? yang dilarang berkontak fisik satu sama lain kecuali didepan orang orang penting?" tanya Albert langsung dijawab cepat oleh Alika.
"Tepat!"
"Sebenarnya saya memang sudah tahu jawaban anda akan seperti itu. Saya hanya mengetes anda saja, bu direktur." ucap Albert dengan wajah datar dan senyuman tipis yang terkesan meremehkan. Alika geram, ia pun dengan spontan injak kaki kanan Albert dengan heels lancipnya. Namun sayangnya Albert tak merasakan apapun.
"Untungnya saya sudah mengganti sepatu yang dipakai dengan sepatu anti injakan heels. Seringnya saya melihat anda yang hobi menginjak kaki mantan suami anda jadi membuat saya melakukan banyak persiapan." ucap Albert.
Alika yang baru akan melepas heelsnya untuk menggetok kepala Albert, mendadak menghentikan niatnya itu karena pintu lift terbuka dan memasukkan beberapa karyawan masuk ke dalam lift.
Mereka terlihat sangat menghormati Alika dan menyapanya dengan ramah. Alika hanya tersenyum menyapa mereka balik dan berbisik pada Albert.
"Elijah akan mati ditanganku." bisik Alika kesal, coba mengancam kucing kesayangan Albert yang sudah dianggapnya seperti paduka raja ketika dirumah.
Satu jam kemudian setelah meeting hari melelahkan hari ini benar benar telah usai, Alika pun berjalan masuk ke dalam ruang kerjanya, ia dekati meja kerjanya lalu duduk di kursi putarnya.
Alika rebahkan punggungnya menempel pada kursi hitam tersebut seraya menatap ke langit langit atap, melepas lelahnya setelah setengah harian dihabiskan waktunya untuk ke berbagai lantai menghadiri meeting. Ia angkat sebentar tangan kanannya, pandang jam tangan yang ada di pergelangan tangannya.
Tak terasa sudah jam 12 siang sekarang, Alika jadi kepikiran dengan niatnya ingin membalas budi Yustaf dengan cara mentraktirnya makan siang.
Apakah mungkin sekarang saja ya? dirinya mengajak Yustaf makan siang? tapi apakah Yustaf sekarang sudah pulang dari interview kerja?
Dia lolos tidak ya?
Alika yang tak mau lama lama bertanya tanya didalam benaknya seputar Yustaf pun segera menelepon Yustaf menggunakan telepon kantornya.
Tak lama setelah Alika menekan nomor telepon Yustaf, telepon pun tersambung dan terdengar suara Yustaf mengatakan halo.
"Halo Yus ini aku Alika, kamu sudah selesai belum interviewnya? bisa bertemu sebentar?" tanya Alika, Yustaf pun membalasnya.
"Oh yasudah. Sudah selesai interviewnya. Mau bertemu dimana?" tanya Yustaf.
"Di..."
Lima belas menit berselang, Alika berjalan masuk ke dalam restoran italia mewah dengan membawa tas bahunya. Ia tampak menjadi pusat perhatian beberapa karyawan restoran maupun pelanggan disana karena kecantikannya.
Alika berkeliling mata, mencari dimana kursi kosong yang masih tersedia disana, tak menunggu waktu lama pun Alika sudah menemukan mana tempat yang tersedia dan cocok dengan seleranya.
Alika duduk di kursi makan nomor 7, di sebelah kiri dekat kaca transparan yang menyuguhkannya pemandangan luar restoran, keramaian orang yang berlalu lalang dan mobil-mobil yang terparkir.
Alika melihat ke jam tangan mewahnya, ternyata sudah lima belas menit berlalu dari sejak dirinya mengajak Yustaf untuk makan siang bersamanya.
Ia pergi ke restoran itu seorang diri, tidak dengan Albert karena pria itu sedang beristirahat, Alika hanya tidak ingin mengganggu jamnya istirahat.
Alika terus melihat ke kaca disebelah kirinya. Ia berharap Yustaf tiba tiba muncul disana dan melihatnya, tapi nyatanya hingga sepuluh menit setelahnya, Yustaf masih belum datang juga.
Alika pun menopang dagunya dan menghela nafas kecil. Ia coba lihat ponselnya berniat menghubungi Yustaf namun tiba tiba saja tercium wangi parfum laki laki yang terasa familiar di hidung Alika.
Wangi parfum yang sangat enak dicium, parfum yang selalu melekat di orang itu. Alika pun tersadar dan langsung mendongak ke depannya dari posisinya yang sedang menundukkan wajah menatap layar ponsel.
Alika tersentak saat melihat lelaki dihadapannya. Yustaf!
Pria itu langsung duduk didepan kursi Alika. "Maaf ya tadi susah mencari ojek onlinenya, kamu nunggu lama?" tanya Yustaf. Alika menggeleng dan tersenyum.
Entah kenapa Alika tidak berkenan untuk memarahi pria dihadapannya ini karena telah menyita waktunya, mungkin karena sikap baik yang Yustaf lakukan selama ini padanya... terlebih... dia tampan.
Bagaimana bisa dirinya memarahi pria setampan artis luar ini?! "Tenang saja, saya juga baru kok disini." ucap Alika berbohong. Ia langsung mengalihkan topik.
"Bagaimana dengan hasil interview kamu Yus?" tanya Alika penasaran.
Yustaf tampak gugup. "O,oh itu. Hasilnya masih belum ketahuan sekarang. Mungkin sekitar tiga atau empat hari ke depan." ujar Yustaf, Alika mengohkan perkataannya.
"Kamu bisa tadi mengerjakannya?" tanya Alika. Yustaf mengangguk "Bisa." balasnya seakan sedang diinterogasi.
Alika tersenyum manis."Aku doakan supaya berhasil ya." ucap Alika, Yustaf balik tersenyum. "Oh iya, alasan kamu mengajak saya kesini mau apa? ada hal penting yang ingin dibicarakan?" tanya Yustaf.
"Aku ingin mentraktirmu makan siang. Aku yakin kalau saat di telepon tadi aku bilang ke kamu, mau neraktir kamu, pasti kamu nolak. Makanya aku bilang ingin kita ketemuan." ucap Alika ceria.
Yustaf memandang wanita dihadapannya seakan tak berkedip, baru saja Alika berkenan menyadarkannya, Yustaf sudah berbicara duluan.
"Kenapa... kamu berpikir seperti itu?" tanya Yustaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Main cantik denganmu, Mas (END)
General FictionAlika Soedirja seorang pengusaha yang melakukan aksi balas dendamnya kepada mantan suami yang berselingkuh dengan cara melakukan permainan cantiknya dengan mencari seorang pria yang bisa dijadikannya suami di salah satu biro jodoh terkenal di jakart...