7

4.5K 144 0
                                    

Alika menunggu perkataan yang akan diucapkannya.

"Saya pernah mengalami kecelakaan parah yang menyebabkan ibu saya meninggal. Jadi itulah yang membuat saya sedikit ketakutan saat menaiki mobil. Tapi tenang aja, saya bisa kok naik mobil. Trauma itu juga sudah menghilang lima tahun yang lalu, cuma aja satu tahun yang lalu saya pernah mengalami kecelakaan ketika menyetir mobil dan itulah yang membuat saya kembali lagi bisa merasakan trauma itu." ucap Yustaf yang langsung membelakakkan kedua mata Alika.

"A-apa? Kenapa... kenapa kamu gak bilang! Yaudah kamu duduk di sebelah saya aja, saya yang nyetir!" ucap Alika yang langsung menggeser Yustaf dan duduk di kursi setir. Yustaf pun menurut dan duduk disamping kirinya.

Mobil mulai berjalan sesuai kendali setir Alika. Sepanjang perjalanan mereka saling terdiam. Tidak ada satupun dari mereka yang bicara, dibanding sebelum-sebelumnya.

Yustaf terus melihat ke jendela sebelah kirinya yang memamerkan langit gelap yang ditaburi bintang dan satu bulan purnama sangat indah.

Disamping melihat itu semua, ternyata yang membuat Yustaf terus diam adalah... ia sedang memikirkan sikap Alika tadi, ternyata wanita ini.... benar benar mengkhawatirkannya...

Perasaan aneh, kenapa juga karena hal ini dirinya jadi semakin tidak nyaman dengan perasaannya... ada rasa kepuasan tersendiri jauh didalam hatinya namun ada juga rasa khawatir didalam hatinya, jika... ia beralih jadi orang yang... terlalu berharap atas perasaan anehnya ini...

Ia hanya khawatir jika dirinya tidak mampu menepati janji yang ia buat sendiri didalam surat kontrak.

Mereka akhirnya tiba di rumah baru Alika yang letaknya bersebelahan dengan rumah ibu dan ayahnya (Ratna dan Rudi).

Alika yang sudah selesai memarkirkan mobilnya di garasi pun segera mematikan mesin mobil dan cabut kunci dari stop kontak.

Yustaf yang merasa ini saatnya untuk segera turun dan keluar membuka pintu mobil tiba tiba langsung dicengkeram tangannya oleh Alika.

"Yus! Tunggu!" ucap Alika yang terlihat seperti sedang menahan sesuatu.
Yustaf yang melihat Alika tidak bisa bergerak langsung cemas.

"Kamu kenapa Al?" tanya Yustaf panik.
Alika terus mencengkeram tangan Yustaf merasakan kedua kakinya yang tidak bisa digerakkan.

"Yus.. gimana ini.. kakiku.. kakiku Yus!" ucap Alika tidak kuasa.

Yustaf bertambah panik. Ia langsung berkata.

"Apa? Apa yang terjadi sama kaki kamu?!" tanya Yustaf khawatir.

"Kakiku... enggak bisa bergerak Yus!" ucap Alika.

"K-kok bisa?! Kita ke dokter ya sekarang?" tanya Yustaf takut.

"Enggak perlu." ucap Alika, Yustaf heran.

"Kenapa memangnya?!" tanya Yustaf masih panik.

"Karena... ini kesemutan. Bukan penyakit aneh lain." ucap Alika sedikit merasa tidak enak mengatakannya karena sudah terlanjur membuat Yustaf panik. Lantas hal itu pun langsung membuat Yustaf menepuk dahinya.

Rasanya barusan jantungnya hampir dibuat copot karena perkataan ambigu yang diucapkan Alika. Ia bahkan mengira jika Alika kenapa napa!
Sungguh.. baru kali ini Yustaf merasa sepanik itu.

Yustaf pun menghela nafas, mencoba untuk memaklumi perkataan Alika barusan. "Lalu, apa yang harus saya lakukan sekarang?" tanya Yustaf.

"Apa kamu bisa... emm.. anu.. menggendongku sampai ke kamar?" tanya Alika sedikit memalingkan wajah malunya. Yustaf tersenyum.

"Baiklah, kalau itu yang kamu mau." ucap Yustaf menuruti permintaannya.

Ia pun segera keluar dari mobil dan berbalik berganti arah, menuju kursi mobil Alika yang berada di kursi sebelah kanan.

Main cantik denganmu, Mas (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang