Di restoran. Alika dan Lucas saling duduk berhadapan. Mereka kembali melanjutkan pembicaraan tadi di mobil.
"Semenjak kematian ibu dan ayah saya, beliau memang awalnya menganggap kami sebagai anak. Akan tetapi lama kelamaan kami semakin tahu bagaimana isi hatinya sebenarnya. Bahkan kami pernah melihat bukti pembayaran racun yang dibelinya di sebuah toko. Bahkan di resi pembayaran itu terlihat tanggal berapa racun itu dibeli, tanggal yang sama persis dengan hari kematian ayah saya." ucap Lucas, Alika tidak percaya dengan itu.
"M-masa sih? Itu beneran racun buat membunuh orang? Bisa saja kan itu racun yang digunakan untuk meracuni serangga atau apapun?" tanya Alika.
"Awalnya juga saya mengira begitu, tapi masa iya ibu saya membeli racun itu dengan alasan untuk meracuni tikus? Padahal kan itu pekerjaan pembantu, bukan pekerjaan ibu saya. Ya tidak etis saja jika seorang majikan mengurusi hal semacam itu, selagi ada pembantu disisinya." ucap Lucas.
"Iya juga sih ya. Apalagi orang super sibuk kayak ibumu." ucap Alika.
"Makanya. Ini aneh banget." ucap Lucas seraya mengambil makanan yang diberikan oleh waitress untuk ditaruh ke depan mereka. Sembari mengobrol mereka lantas memakan makanannya.
"Jadi itu alasan kenapa kamu membencinya." ucap Alika.
"Itu hanya satu dari sekian ribu alasan saya membencinya, ada beberapa alasan lagi yang perlu kamu tahu. Pertama, beliau pernah mengatakan kalau saya dan Angela tidak boleh selalu mengandalkan harta warisan ayah saya. Bahkan perkataan itu didukung oleh paman, tante dan bibi saya. Dan setelah saya selidiki mereka memang berniat ingin merebut harta warisan yang akan jatuh ke tangan saya termasuk perusahaan." ucap Lucas seraya terus mengunyah makanannya.
"Serius? Apa paman dan tantemu itu juga ikut bersekongkol dalam kematian ayahmu?" tanya Alika.
"Sepertinya begitu. Makanya kami harus menyelidiki kasus ini lagi, tapi sayangnya keburu kasusnya ditutup." ucap Lucas.
"Kok bisa?" tanya Alika.
"Karena sudah kelamaan, itu sudah sepuluh tahun kayaknya. Apa enggak kelamaan kalau enggak ditutup?" Lucas balik bertanya.
"Terus udahan gitu aja? Pelakunya enggak ketahuan siapa gitu?" tanya Alika.
"Enggak, enggak ada yang mau ngaku. Saya juga dulu masih terlalu muda, enggak mengerti hal semacam itu." ucap Lucas.
"Lalu alasan keduanya apa?" tanya Alika menagih tentang alasan kenapa Lucas membenci Beatrice.
"Alasan keduanya ya itu tadi, beliau bersekongkol sama paman, tante dan bibi saya untuk melakukan rencana pembunuhan, alasan ketiganya beliau berniat ingin menguasai harta warisan termasuk perusahaan sepeninggal ayah saya." ucap Lucas.
"Kok gitu sih? Serius deh ini beda banget sama yang dibicarain sama ibu kamu tadi." ucap Alika.
"Siapapun termasuk ayah dan nenek saya sering tertipu sama beliau. Segala hal tentangnya itu jebakan." ucap Lucas.
"Hmm.. tapi aku masih bimbang sih. Antara mau percaya dirinya atau enggak. Enggak mau nyalahin dulu karena belum ada bukti apapun." ucap Alika.
"Iya enggak masalah sih." ucap Lucas.
Di lain tempat, Albert dan Angela saling duduk bersebelahan di kursi kantin."Emang makanan disini enak ya? Saya belum pernah makan disini." ucap Angela seraya menyuap nasi dan lauk didepannya.
"Enak karena gratis. Mungkin kalau berbayar masih enakan di restoran." ucap Albert tersenyum samar. Angela terkekeh mendengarnya. "Yaiyalah."
"Tapi maaf ya karena saya kamu makannya jadi ada temannya." ucap Angela.
"Tidak masalah selama anda tidak mencuri makanan saya." ucap Albert, Angela menatapnya datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Main cantik denganmu, Mas (END)
General FictionAlika Soedirja seorang pengusaha yang melakukan aksi balas dendamnya kepada mantan suami yang berselingkuh dengan cara melakukan permainan cantiknya dengan mencari seorang pria yang bisa dijadikannya suami di salah satu biro jodoh terkenal di jakart...