35

2.6K 89 1
                                    

Api semakin membumbung tinggi, asap hitam semakin pekat. Seluruh ruangan itu diselubungi oleh dua macam itu.

Semakin banyak asap yang dihirup oleh Alika. Pun semakin memperparah kondisi pernafasan Alika saat itu.

Alika coba menghubungi berkali-kali Albert ataupun Lucas. Akan tetapi satupun dari mereka tidak ada yang menjawab teleponnya.

Alika semakin kesulitan untuk bernafas, asapnya terlalu pekat, hingga pada akhirnya ia pun jatuh pingsan saat itu juga.

Tiba-tiba pintu didobrak oleh Albert dan seketika ia langsung masuk ke dalam ruangan marketing itu yang mengepul asap pekat.

Dirinya melihat dihadapannya sudah ada Alika tergeletak pingsan. Ia merasa sangat cemas melihat Alika seperti itu. Ia pun dengan cepat memangku Alika dan segera pergi dari sana.

Untunglah dirinya cepat-cepat menyadari jika Alika tidak ada dibelakangnya tadi. Albert merasa sangat kecewa dengan hal ini.

Esok paginya di rumah sakit. Albert masih dalam keadaan terlelap tidur di depan terbaringnya Alika dikasur.

Itu dilakukan Albert karena upayanya untuk memastikan bosnya itu baik-baik saja disana, seperti apa yang dititah oleh Lucas kemarin.

Setidaknya Albert sudah memberitahu pada Lucas kemarin mengenai kebakaran yang terjadi setelah gempa di ruang marketing, kantor perusahaannya.

Alika membuka kedua matanya dan melihat sekeliling ruangan serba putih itu. Ia segera membangunkan dirinya dan melihat ada Albert didepannya.
Ia tersenyum melihatnya terlelap seperti itu.

"Baik sekali sih dia. Pasti menungguku dari kemarin." ucapnya setelahnya ia coba gerak-gerakkan tubuhnya termasuk kaki, akan tetapi sakit sekali rasanya.

Pasti karena luka yang didapatnya kemarin dari reruntuhan puing atap yang menimpanya ketika gempa.

Alika mengecek ponselnya dari saku. Ia terkejut saat melihat banyak misscall dari Lucas. Alika tersenyum, ia tampak terharu dan semakin gemas dengan suaminya itu. Dia pasti khawatir.

Alika juga melihat ada chat menumpuk masuk dari Lucas. Ia dengan semangat pun mengechat balasan chatnya.

Tiba-tiba Albert terbangun. Ia mendapati wanita dihadapannya juga telah terbangun. "Anda sudah bangun?" tanya Albert.

"Siapa yang tertidur sambil duduk?" Alika balik tanya.

"Sepertinya anda sangat senang setelah kemarin hampir saja terpanggang." ucap Albert.

"Kamu menganggapku barbeque heh?" tanya Alika.

"Anda yang menyebutnya. Bukan saya." ucap Albert tidak mau disalahkan. Alika menggeleng, coba mengacuhkan hal itu dan kembali mengetik.

"Seberapa banyak pun anda mengirim pesan, suami anda tidak akan kesini." ucap Albert. Alika menatapnya datar.

"Aku tahu itu. Tidak usah terlalu jujur, terkadang perkataanmu bisa menagih pertanggung jawaban." ucap Alika.

"Lalu saya harus mengucapkannya seperti apa?" tanya Albert.

"Seperti suamiku sangat khawatir mungkin." ucap Alika.

"Tidak mungkin. Suami anda mungkin sudah mengucapkannya di chat. Apakah saya harus membuat anda mendengarnya dua kali?" tanya Albert.

"Bilang saja tidak mau." ucap Alika mencebik.

"Hanya mengutarakan pendapat." ucap Albert.

"Belikan bubur dong, aku lapar tahu." ucap Alika.

"Dimana--" belum selesai bicara langsung dipotong Alika.

Main cantik denganmu, Mas (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang