"heheh, ga sabar buat baca." terlihat seorang remaja laki-laki sedang tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila, terdapat sebuah buku tebal dalam genggamannya.
matanya tak terhenti-henti melirik buku tebal, lebih tepatnya buku yang berisi kamus-kamus matematika khusus pelajar sma, padahal sekarang solar masih kelas 3 smp.
alasannya adalah agar Ia bisa belajar giat untuk mendapatkan beasiswa, solar tidak bisa berharap lebih pada panti asuhan untuk membiayai nya masuk sma pilihan.
jadinya Ia bergantung pada kepintarannya serta keberuntungan nya, Ia berjalan di pinggir jalan sambil memegang erat bukunya, manik nya memperhatikan orang-orang yang berjalan disana.
"...!?" solar melebarkan matanya ketika melihat sebuah pria yang sudah berumur terlihat fokus menelfon seseorang dan sedang menyebrang di dekat lampu merah, tidak menyadari ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi.
"PAK AWAS!" teriak solar secara reflek dan berlari sekencang mungkin menuju ke arah pria yang sudah berumur tersebut lalu mendorong bapak-bapak tersebut ke arah pinggir jalan sementara dirinya juga ikut terjatuh bersama bapak-bapak Itu.
BRUK!
"aduh.. sial.." erang nya ketika kepalanya terhantuk ke tanah, solar merasa tubuh nya lecet akibat terjatuh secara keras serta kulitnya yang bergeser dengan tanah.
"dek! kamu gapapa?" solar menoleh ketika merasa ditanyai oleh orang-orang asing yang berkumpul disekitar nya, mereka terlihat khawatir ketika melihat seorang remaja menyelamatkan seseorang bahkan mempertaruhkan nyawa nya juga.
"saya gapapa kok." balas solar sambil tersenyum canggung, Ia berdiri sambil menepuk-nepuk baju dan celana nya yang terkena debu.
"makasih ya, nak." Ia membalikkan badannya untuk melihat bapak-bapak tadi yang Ia selamatkan, sang bapak terlihat seperti orang penting mengingat Ia menggunakan sebuah kemeja serta dasi yang rapi.
"sama-sama pak, lain kali hati-hati ya." nasehat nya dengan sopan, kalo tadi Ia tidak menyelamatkan bapak-bapak Ini mungkin udah beda lagi.
"ah, ya. nama saya amato, sebagai permintaan terimakasih, mau Ikut saya ke sebuah restauran? saya yang traktir." ajak bapak-bapak tersebut atau bisa dipanggil sebagai amato, solar terlihat berpikir sejenak, makan gratis? di restauran pula.
"boleh pak, makasih ya. eh- buku ku?" Ia berterimakasih lalu menerima tawaran amato lalu tersentak ketika menyadari bahwa keberadaan buku nya sedari tadi tidak ada, maniknya mencari ke arah sekitar mereka.
"bentar, pak." celetuknya sambil berjalan disekitar sana mencoba untuk mencari bukunya, perlahan keringat jatuh dari keningnya merasa panik sekarang.
"..."
mulutnya terbuka lebar ketika menyadari keberadaan buku nya sekarang sudah terjatuh ke sebuah got disekitar sana, buku nya terombang-ambing dalam air yang kotor tersebut, sudah tidak layak untuk dibaca.
matanya berair, mungkin bagi orang lain Itu hanya sebuah buku yang berisi rumus matematika saja, namun Ia mengumpulkan uang sendiri untuk membelinya.
apalagi mengingat di panti asuhan hanya diberikan uang jajan sedikit dan terbatas, jadi Ia harus menabung cukup lama untuk membelinya.
"...nak?" amato memanggil nya dari belakang lalu matanya melihat ke arah sebuah buku yang sudah berada dalam selokan, amato mengerutkan keningnya sejenak lalu perlahan tersenyum tipis, bocah laki-laki Ini sepertinya seseorang yang pintar.
"apa kamu mau aku menggantikan buku mu?" tawar amato sambil menepuk rambut solar secara pelan seperti mencoba menenangkannya, sang empu masih terdiam namun perlahan beranjak berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine And His Six Brother [DISCONTINUE]
Short Storyapakah ini keberuntungan atau kesialan yang menimpa solar? entahlah, tidak ada yang tau. ⎙ warning : ⟩ just pure brotherhood. ⟩ a few harsh word. ⟩ this is just a fanfiction! author note : this book is discontinue for a personal matter.