✦ S1 | marah

1.6K 210 28
                                    

gentar memarkirkan motor nya kembali pada garasi mobil, solar pun turun dengan eksperesi sedikit tegang akibat teringat saat mereka di pantai terakhir kali nya dengan sopan yang menelpon gentar.

"jangan takut, gue bakal bilang kalo gue yang ngajak. jadinya lo ga bakal dimarahin." celetuk gentar sambil menghela nafas pelan, memang Ini salahnya karena mengajak solar juga pada masalah nya.

lagian Ia juga lupa kalo sopan menaruh pelacak ke ponsel nya, Ia mengerutkan keningnya lalu merasa sedikit jengkel. bukannya adek nya Itu terlalu berlebihan?

gentar melirik ponsel nya dan ada satu pikiran yang terlintas di benak nya, apa sekalian Ia hancurkan saja ponselnya agar pelacak nya mati?

"kak jean!" mereka berdua menoleh ke arah sopan yang terlihat lega saat melihat mereka berdua sudah pulang, gentar kembali menghela nafas lalu menaruh ponsel nya dalam kantong celana nya.

sopan langsung memeluk pinggang gentar dengan erat seakan tidak akan pernah melepaskannya, gentar terlihat sedikit kaget namun menepuk pelan punggung adek bungsu nya Itu.

solar hanya menyimak mereka berdua dengan wajah polos, seperti nya sopan Itu sangat manja dengan gentar ya? padahal mereka juga ga pergi terlalu lama.

"kamu kenapa sih, alver? kita pergi ga lama." ucap gentar dengan wajah malas, lama-lama Ia merasa adek nya Itu terlalu posesif. mana sampe pasang pelacak.

herannya gentar bisa tak tahu tentang hal tersebut, Ia tahu jika adek nya itu masih trauma dengan kejadian yang menimpanya dulu, tapi sekarang Ia sudah baik-baik saja.

"kak.. aku khawatir, lagian Itu buat kebaikan mu sendiri." balas sopan dengan pelan sambil tetap memeluk kakak nya Itu, Ia sadar bahwa Ia terlalu posesif atau semacamnya.

tapi kejadian dulu yang menimpa kakaknya Itu membuatnya trauma hingga sekarang.

solar terlihat sedikit canggung, jadi Ia memutuskan untuk diam-diam pergi dari sana. mereka sepertinya akan bertengkar sedikit lagi, jadinya Ia memutuskan untuk tidak ikut dalam masalah mereka.

"apa maksud mu kebaikan? jadi memasang pelacak maksud mu kebaikan? kamu tahu kan kalo aku ga suka kalo dikekang." marah gentar sambil sedikit menaikkan nada nya, wajahnya yang tadi tenang juga mulai terlihat kesal.

pada akhirnya emosi gentar menjadi sedikit tidak stabil ketika mendengar ucapan sang adek, kebaikan? bukankah itu lebih ke dalam menguntit atau semacamnya?!

meskipun gentar merasa takut dengan sopan, namun Ia tidak bisa menahan rasa jengkel nya. Ia pikir adek nya Itu harus move on dengan masa lalu nya Itu.

gentar menepis tangan sopan yang berada di pinggang nya lalu mendorongnya sedikit kasar, dan berjalan menjauh darinya. wajahnya terlihat menggelap, sebenarnya Ia tidak tega memperlakukan sang bungsu dengan begitu. namun kelakuan nya kali Ini membuatnya sangat marah.

sopan menatap gentar yang menjauh dari pandangannya dengan raut eksperesi tidak bisa dijelaskan, berlebihan. ya?

tangannya perlahan mengusap wajahnya, Ingatannya perlahan memutar balik kejadian dulu, beberapa tahun yang lalu. dimana kakaknya Itu masuk rumah sakit hingga koma beberapa bulan.

masih ingat jelas ingatannya, gentar yang terkapar di tidak berdaya di lantai gudang sekolah dengan tubuh nya yang penuh luka sayatan pisau, sedangkan wajahnya babak belur akibat dipukuli.

"...ga, ga boleh." gumam nya secara perlahan sambil menghela nafas pelan, mencoba menyingkirkan perasaan aneh yang bergejolak di hati nya.

'kak leno udah bangun ga ya?' batinnya mencoba menenangkan hati nya yang sedikit panik karena gentar marah padanya, jarang untuk gentar untuk marah pada siapapun apalagi saudaranya.

Sunshine And His Six Brother [DISCONTINUE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang