rabu, 16 maret 20xx.
terlihat disebuah kafe yang dipenuhi dengan suara orang bercengkrama serta suara kendaraan yang berlalu lalang melewati jalanan, dan dengan terik sinar matahari yang panas membuat solar menggerutu karena panas yang menganggu.
"kamu ga makan, solar?" celetuk seorang gadis yang duduk di depannya yang sedang mengunyah makanan nya dengan lahap, solar melirik ke arah piring milik nya yang masih utuh tidak tersentuh.
"bentar lagi." gumam nya dengan pelan sambil melanjutkan kembali pekerjaan nya, berkutat dengan laptop milik nya. sebenarnya suasana yang berisik akibat mereka di kafe ini membuatnya tidak berkonsentrasi, namun bagaimana lagi.
[name] terdiam sejenak sebelum memperhatikan penampilan solar yang terlihat sedikit berantakan, rambut yang acak-acakan dan tidak tertata rapi. serta kantung mata yang menghitam tidak lupa kemeja putihnya yang dibaluti blazer hitam sedikit kusut.
sepertinya solar sedang sibuk mengerjakan skripsinya yang membuatnya kurang istirahat dan tidak memperhatikan penampilannya, padahal biasanya dia yang paling utama jika terlihat rapi.
"makan dulu bentar, nanti lanjut lagi waktu di perpustakaan kampus." ujar [name] sambil perlahan menutup laptop milik solar dengan tangannya membuat sang empu tersentak pelan lalu mengusap wajahnya yang terlihat pucat.
solar tidak menjawab, dia terdiam sejenak lalu menghela nafas pelan dan memutuskan untuk menuruti calon istrinya. lagipula otak nya juga tidak bisa bekerja dengan benar jika tubuhnya lemas seperti ini.
perlahan solar meletakkan kembali laptop nya pada tas miliknya dan akhirnya memakan makanan nya yang sedari tadi tidak tersentuh membuat [name] tersenyum tipis melihatnya.
sejenak hanya ada keheningan dengan suara dentingan sendok dan garpu dari mereka berdua yang sedang fokus dengan makanan masing-masing.
disekitar meja mereka juga di duduki oleh mahasiswa seumuran mereka yang juga sedang makan siang, kafe ini memang saat jam makan siang dipenuhi oleh mahasiswa sekitar kampus mereka karena lokasinya yang lumayan dekat dan strategis.
"gimana kabar ayah?" tanya [name] memecahkan keheningan disekitar mereka, solar melirik ke arahnya sejenak sebelum akhirnya menjawab dengan suara tenang.
"baik, kaya biasanya." balas solar dengan singkat, [name] hanya berdehem pelan sebelum melanjutkan memakan makanannya. satu kata untuk situasi mereka, canggung.
tapi [name] tidak mengeluh untuk itu, lagipula Ia paham jika solar sedang lelah dan membutuhkan waktu untuk sementara.
solar mengalihkan pandangannya pada ke arah bawah bangunan kafe yang dipenuhi oleh orang-orang yang berjalan di pinggir jalan, kebetulan meja mereka ini di pojok. jadi mudah baginya untuk melihat situasi dibawah kafe.
tepat setelah itu, tiba-tiba manik abu-abu nya menangkap siluet laki-laki berambut coklat di kerumunan orang membuatnya membeku sejenak serta wajahnya berubah menjadi pucat.
solar terdiam, tubuhnya mematung. laki-laki tersebut terlihat berhenti berjalan dan menoleh ke atas, tepat pada arahnya. membuat pandangan mereka bertemu, nafasnya terasa tertahan detik itu.
"solar?" panggil [name] ketika melihat solar yang melamun menatap ke arah bawah kafe membuatnya heran, ada apa dengannya?
Ia tersadar dari lamunan nya dan menoleh ke arah [name] dengan eksperesi pucat pasi seperti telah melihat hantu membuat gadis di depannya terlihat bingung.
"[name], aku melihat kak kavandra tadi!" ujar solar dengan nafas memburu serta keringat dingin di dahinya, manik abu-abu nya terlihat bergetar. tidak mungkin kan Ia salah lihat? manik ruby nya yang sangat khas itu.
"solar.. mungkin kamu salah liat." balas [name] dengan eksperesi khawatir, sepertinya solar terlalu lelah sampai berhalusinasi melihat halilintar yang sudah tidak ada.
"tidak! aku memang melihatnya, tolong percaya aku!" ucap solar dengan raut wajah frustasi serta tangannya yang bergetar, mengapa dia tidak mempercayai nya? itu tadi pasti halilintar, kakaknya.
"...solar, kak kavandra sudah tiada." jelas [name] dengan pelan serta menggunakan nada lembut mencoba memberitahunya, solar melebarkan matanya sebelum akhirnya pandangannya berubah menjadi teduh.
"maaf, aku terlalu bereaksi berlebihan." lirih nya dengan pelan mencoba mengabaikan rasa sesak di dada nya ketika [name] mengatakan fakta yang masih Ia sulit terima hingga saat ini, Ia mungkin hanya terlalu lelah.
solar menatap ke arah langit biru yang cerah pada hari siang ini, serta awan-awan putih yang menghiasi di atas sana. nafasnya masih sedikit tertahan, entah mengapa Ia merasa perasaan nya tidak tenang.
apa benar Ia salah lihat? atau itu hanya orang yang kebetulan mirip dengan halilintar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine And His Six Brother [DISCONTINUE]
Short Storyapakah ini keberuntungan atau kesialan yang menimpa solar? entahlah, tidak ada yang tau. ⎙ warning : ⟩ just pure brotherhood. ⟩ a few harsh word. ⟩ this is just a fanfiction! author note : this book is discontinue for a personal matter.