tatapan solar blank ketika Ia keluar dari panti asuhan sambil membawa sebuah tas dipundak nya, otak nya juga masih mencerna apa yang terjadi pada nya sekarang.
"ayo, solar." celetuk amato dengan raut wajah santai sambil membukakan pintu mobil untuk solar masuk ke tempat duduk penumpang, sedangkan solar masih terdiam namun tetap mengangguk dan masuk pada mobil.
"barang mu cuman sedikit?" tanya amato sambil perlahan menjalankan mobil nya, dia menyadari bahwa barang bawaan anak angkat nya tersebut cuman sebatas tas yang biasanya digunakan untuk sekolah.
"uh.. ya, memang sedikit." sahut solar dengan wajah masih mencerna situasinya sekarang, jadi orang- maksudnya, ayah nya. beneran mengadopsi dirinya, Ia pikir cuman main-main karena simpati semata, ternyata beneran njir.
"...begitu, nanti kamu beli aja barang-barang yang kamu butuhin sama kakak mu." ujar amato sambil masih fokus mengendarai mobilnya menuju ke rumah baru untuk solar.
solar mengerutkan keningnya sejenak ketika mendengar kata 'kakak' baginya Itu sebuah kata asing mengingat Ia tidak pernah memiliki saudara maupun keluarga.
di panti asuhan saja Ia lebih sering sendiri daripada berbaur dengan yang lain, singkatnya saja Ia itu orang yang Introvert selain Itu anak di panti tergolong dikit karena kebanyakan sudah diadopsi oleh orang lain.
solar cukup khawatir jika saudara nya tidak menyukai dirinya, bagaimana jika Itu seperti di cerita-cerita yang Ia lihat pada novel? keringat dingin mulai muncul pada dahinya.
muncul bayangan pada pikiran solar seperti kakak barunya Itu menyuruh nya mengepel hingga melakukan semua pekerjaan rumah membuat wajahnya sedikit memucat, oke. sepertinya Ia kebanyakan membaca novel.
solar menggelengkan kepalanya mencoba menghilangkan pikiran buruk nya tentang saudara nya, mungkin mereka Itu baik? solar tidak yakin sih.
"sudah sampai." ucap amato memecahkan keheningan sambil memarkirkan mobilnya dalam parkiran rumahnya, solar terlonjak kaget dan mengerjapkan matanya terbangun dari lamunan nya.
'ANJIR?' teriak histeris solar dalam hati nya ketika melihat rumah yang akan Ia tempati sekarang, mulutnya terbuka lebar. solar tahu jika amato orang kaya tapi ga gini juga!
terlihat dari kaca mobil terdapat sebuah rumah tingkat tiga dengan cat dominan putih, serta disini adalah perumahan rumah elit terlihat dari beberapa rumah disampingnya juga tidak kalah mewah.
solar mengusap-usap matanya untuk memastikan dirinya tidak salah lihat, panggil Ia kampungan. cuman wajar aja lah, Ia cuman anak panti asuhan bukan orang kaya.
"solar? kamu baik-baik aja?" solar tersentak kaget ketika tiba-tiba amato sudah berada di depan pintu mobilnya dan membukakan pintu untuk dirinya keluar.
"gapapa kok pak."
"panggil ayah saja."
solar hanya bisa tersenyum canggung lalu mengangguk, Ia perlahan keluar dari mobilnya dengan perasaan getir merasa sedikit seperti orang miskin dihadapan orang- maksud nya ayah nya.
mereka pun perlahan berjalan lalu amato mengetuk pintu rumah tersebut yang berwarna coklat muda dengan bahan kayu kualitas bagus, solar bisa melihatnya dengan sekali lihat.
CKLEK!
"oh? ayah?" laki-laki yang membukakan pintu tersebut terlihat lebih tua darinya, memiliki rambut coklat dan sehelai rambut putih seperti amato serta terlihat good looking membuat solar diam-diam meringis dalam hatinya.
"gempa." solar tetap terdiam dan berdiri disamping amato terlihat gugup dan sedikit takut jika boleh jujur, meskipun sang laki-laki terlihat seperti orang baik karena tampangnya yang baik dan seperti orang yang dewasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine And His Six Brother [DISCONTINUE]
Short Storyapakah ini keberuntungan atau kesialan yang menimpa solar? entahlah, tidak ada yang tau. ⎙ warning : ⟩ just pure brotherhood. ⟩ a few harsh word. ⟩ this is just a fanfiction! author note : this book is discontinue for a personal matter.