16

679 95 33
                                    

Di pagi hari yang cerah, para penghuni malah mendapat kabar duka. Gilseop di temukan meninggal dunia dalam kondisi sedang tertidur. Setelah kemarin para penghuni kehilangan Jieun, Byeongil dan seorang penghuni lainnya, kini mereka harus kehilangan Gilseop.

Para penghuni kini sedang berkumpul di area pemakaman massal, Yikyung sedang menggali lubang untuk menguburkan Gilseop dan Byeongil. Tapi Yikyung malah menemukan sebuah pintu bungker.

"Pak Ahn menemukannya" Yikyung

Eunhyuk yang melihat pintu bungker itu kini mengalihkan pandangannya ke arah Gilseop yang menutup matanya dengan tenang.

"Istirahatlah dengan damai." Eunhyuk

"Oh! Turun salju" Yeongsu

Terlihat butiran salju turun masuk ke dalam kawasan pemakaman massal karena lubang di atapnya. Melihat itu para penghuni langsung mengalihkan pandangannya ke atas untuk melihat salju yang masuk ke dalam.

Tak ingin menghancurkan suasana hatinya, Yuna memilih untuk pergi dari tempat pemakaman itu. Kini Yuna pergi menghampiri Hyunsu di ruang karantina.

Pintu ruang karantina tidak terkunci, Yuna langsung mendorong pelan pintu tersebut lalu berjalan masuk. Mendengar suara pintu terbuka, Hyunsu menolehkan pandangannya ke arah Yuna.

Yuna tersenyum ke arah Hyunsu, lalu mengambil posisi duduk tepat di samping Hyunsu. Lalu Yuna mengeluarkan tisu basah dari saku jaketnya, dan mulai membersihkan wajah dan tangan Hyunsu.

"Bagaimana kabarmu?" Yuna

Hyunsu hanya terdiam melihat perilaku Yuna, ada rasa takut yang tiba tiba muncul saat melakukan kontak mata dengan Yuna, tapi di sisi lain Hyunsu merasa nyaman bersama Yuna.

Dari semenjak ia terbangun kemarin sore, Hyunsu tidak mengingat semua hal yang telah terjadi, tapi saat melihat ke arah Yuna, Hyunsu dapat langsung mengingat siapa wanita yang ia lihat.

"Tidak sopan mengabaikan orang yang bertanya" Yuna

Hyunsu yang awalnya melamun sembari melihat Yuna pun tersadar.

"Kurasa..." Hyunsu

"Hm? Apakah kau merasa baik baik saja? Atau tidak?" Yuna

Entah apa yang terjadi, tapi mendengar pertanyaan dari Yuna membuat air mata Hyunsu keluar. Hatinya sakit tapi Hyunsu tidak tahu alasannya.

"Aku..." Hyunsu

Air mata yang awalnya membendung di mata Hyunsu kini membasahi wajahnya. Yuna merasa iba melihat Hyunsu, bagaimana pun, pria di depannya masih seusia anak sekolah. Yuna tak tahu pasti kronologi kehidupan Hyunsu tapi Yuna tahu rasanya ada di posisi Hyunsu.

Tanpa aba-aba, Yuna langsung menarik  Hyunsu kedalam pelukannya, dan mengusap rambut Hyunsu.

"Tak apa, keluarkan saja" Yuna

"Memendam semuanya bukanlah jalan keluar yang terbaik" Yuna

Mendengar ucapan Yuna akhirnya membuat Hyunsu menangis, punggung Hyunsu sangat bergetar. Yuna rasanya ingin ikut menangis melihat nasib Hyunsu tapi Yuna tahu jika ia ikut menangis, itu lebih memperburuk suasana hati Hyunsu.

"Jika kau tidak ingat, dulu kau berkorban banyak untuk kami" Yuna

"Sekarang... giliran kami yang berkorban untukmu" Yuna

"Maafkan aku" Hyunsu

"Maaf..." Hyunsu

Yuna hanya diam dan fokus mengelus rambut hyunsu dan menepuk pelan punggung Hyunsu.

Sweet Life¿ | SWEET HOME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang