02(2)

590 86 2
                                    

Saat sudah hampir sampai di depan perkarangan apartemen, tiba tiba seorang tentara yang Eunyu ancam menggunakan pistol berjalan mendekati Eunyu dan Yuna.

Yuna yang melihat itu langsung bersiap siaga, Yuna tahu tentara di depannya pasti memiliki dendam atas perilaku Eunyu yang membuatnya harus menjauh dari area kamp penampungan.

"Wanita jalang!"

Pergerakan yang sangat cepat dan mendadak tak dapat Yuna imbangi, rambut Eunyu di tarik lalu badan Eunyu di dorong ke samping. Melihat itu Yuna langsung mengambil salah satu pistol yang tersimpan di tas kecil di pinggangnya dan bersiap menyerang tentara di depannya.

Tentara itu hendak menarik rambut Eunyu tapi tangan tentara itu langsung di tarik oleh Yuna, Yuna langsung meloloskan satu tembakan ke arah bahu tentara tersebut.

"Berani menyentuhnya untuk kedua kali, aku pastikan tanganmu tidak akan bisa berfungsi lagi" Yuna

Tentara itu kini dalam posisi memegangi bahunya yang tertembak, tentara tersebut kini hanya tertawa kecil melihat yuna yang menodong kan pistol ke arahnya.

"Kau bahkan tak bisa mengarahkan pistol itu dengan benar"

"Aku masih punya hati nurani untuk bajingan sepertimu" Yuna

Tanpa basa basi, Tentara itu langsung menyerang Yuna. Yuna dapat menghindar dengan baik.

"Shibal, kau seharusnya bersyukur dapat di selamatkan!"

"Manusia tak tahu diri!"

Sebuah pukulan hendak meluncur ke arah wajah Yuna, tapi Yuna langsung menahan tangan tentara tersebut. Yuna tersenyum ke arah tentara tersebut.

"Aku tak pernah meminta untuk di selamatkan" Yuna

Setelah itu, Yuna langsung menendang area vital tentara di depannya. Tentara itu langsung terjatuh kesakitan. Lalu, Yuna membantu Eunyu untuk berdiri dan menuntun Eunyu untuk berjalan dari belakang.

"Pak! Disini ada mayat unit gagak!"

Sopir mobil yang tadi tak terlihat mengikuti senior nya itu kini memperliharkan batang hidungnya.

"Tubuhnya masih hangat, ini belum lama terjadi."

"Bisa jadi... ada monster di sekitar sini"

Yuna hanya diam menyimak apa yang tentara itu ucapkan, lalu Yuna berjalan menjauh dari dua tentara itu. Tentara senior berjalan mendekat menuju mobil dengan pelan.

"Ikat mereka, kita kembali ke kamp penampungan"

"Namun, mereka penyintas-"

Ucapan tentara sopir itu langsung di potong oleh seniornya.

"Apa nampak begitu?"

"Aku bisa bunuh mereka sekarang, tapi aku menahannya."

"Kalian beruntung masih hidup"

"Jika kalian mati, anggap itu takdir"

Tentara senior itu berbicara sembari menodongkan pistol ke arah para penyintas. Merasa dirinya di rendahkan, Yuna langsung menembak pistol yang ada di genggaman tangan tentara itu

"YA! SHIBAL BERANINYA KAU!"

"Masih bisa mengomentari kalau aku tak bisa mengarahkan pistolku dengan benar?" Yuna

"Jika di antara kita semua akan ada yang mati, akan kupastikan kau adalah orang pertama" Yuna

"SHIBAL!!"

Tentara itu langsung masuk ke dalam mobil.

"Tunggu apa? ikat mereka lalu pergi!"

Tentara sopir kini hanya diam, bagaimana pun ia masih memiliki hati nurani sebagai manusia.

Sweet Life¿ | SWEET HOME Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang