41. How Can I Forget You?

5 2 10
                                    

Hari semakin hari, Jungkook dan Shierra semakin dekat. Ketika mereka lulus kuliah, Jungkook memutuskan untuk bekerja dengan Jimin. Jungkook sengaja melakukannya, ia sampai membeli rumah sendiri dengan hasil kerjanya. Laki-laki itu hanya ingin menjauh dari sang ayah yang sibuk berkampanye untuk meraih sebuah jabatan di pemerintahan.

Hari itu, hujan deras. Setelah pemakaman sang ibu. Jungkook pulang ke rumah. Laki-laki itu merasa hancur. Ia ditinggal ibunya yang sudah lama sakit leukimia. Mungkin Tuhan sangat menyayanginya, sehingga sang ibu diminta untuk kembali ke langit terlebih dahulu.

Orang satu-satunya yang memperhatikan Jungkook adalah ibunya. Jungkook benar-benar kehilangan sosok yang menjadi alasannya hidup di dunia ini.

Laki-laki itu baru saja sampai di rumahnya untuk mengambil barang-barang miliknya. Ia berniat akan segera pindah hari ini juga.

"Kau benar-benar akan keluar dari rumah ini?"

Jungkook melirik ayahnya dengan sinis. Ia tak menjawab sama sekali.

"Baguslah, bawa juga anak menyusahkan itu. Saya sudah nggak sudi lagi dan muak dengan kalian."

Mendengar hal itu, Jungkook menjadi marah. Laki-laki itu melempar vas bunga ke sembarang tempat. "Berhenti nyebut Mingyu kaya gitu!"

Pak Kim melotot, pria itu menghampiri Jungkook lalu meninju tepat di wajahnya. Jungkook pun tersungkur ke lantai.

"Kamu sama seperti ibumu. Pembangkang! Pantas saja wanita itu mati!"

"SIALAN!" Jungkook meninju balik ayahnya, membuat pria itu semakin marah. Pak Kim lalu meminta kedua laki-laki bertubuh besar yang merupakan bawahannya itu untuk datang dan menahan Jungkook. Sementara itu, pak Kim mengambil cambuk.

Ketika pria itu sampai. Kedua laki-laki besar itu memutar tubuh Jungkook hingga membelakangi pak Kim. Dengan teganya, pak Kim memecut cambuknya ke arah tubuh anak kandungnya sendiri.

"Beraninya kau memukulku, anak kurang ajar?!"

Satu pecutan dilayangkan ke punggung Jungkook.

"Kamu benar-benar tidak berguna!"

Dua pecutan dilayangkan lagi. Jungkook mulai meringis perih. merasakan darah yang mengalir akibat cambuk yang terus dilayangkan ayahnya itu.

"Pergi dan jangan pernah kembali! Mulai sekarang kau bukan anakku lagi!" seru Pak Kim. Setelah puas mencambuk Jungkook, laki-laki itu lalu pergi meninggalkan Jungkook sendirian.

Jungkook menahan bendungan air matanya. Ketika tetesannya keluar, laki-laki itu segera mengusapnya. Ia membereskan semua barang-barangnya.

Jungkook mengecek ponselnya. Ada 13 panggilan tak terjawab dari Mingyu. Jungkook memang meminta Mingyu untuk menunggu di halte.

Jungkook melirik sebungkus tisu kecil yang masih utuh di atas meja. Tisu itu adalah pemberian Shierra pada saat mereka bertemu pertama kali. Dan, Jungkook sama sekali tidak pernah memakainya.

Laki-laki itu mengambil tisu itu dan memasukkannya ke dalam tas, setelahnya ia pergi dari rumah itu.

Jungkook jalan seorang diri dengan membawa tas ranselnya. Ia sengaja tak membawa payung dan membiarkan tubuhnya terkena air hujan. Jungkook berharap, orang-orang tidak akan melihat tangisannya.

Belum sampai di halte, masih beberapa langkah ia sampai. Jungkook melihat Mingyu sendirian. Mingyu terlihat khawatir sembari menatap layar ponselnya. Dia sambil sesekali menelfon dan benar saja, panggilan itu tersambung ke ponselnya. Jungkook pun segera sembunyi. Untuk saat ini, ia benar-benar tak ingin bertemu Mingyu dengan keadaan lusuh. Jungkook hanya tidak ingin membuat sahabat sekaligus saudaranya itu khawatir. Ia juga tidak suka dikasihani.

Apple Sweet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang