Benang berdarah
***
"pembunuh"
"Kau pembunuh" Alfa menatap sekelilingnya, hanya ada warna merah dari darah yang terus keluar dari luka pada tubuh Luna di depannya.
Kembali berlari mendekati Luna.
Alfa menjambak rambutnya frustasi.
Luna menjauh, tubuh Luna menjauh. Lunanya sedang terluka. Dia harus membawa Luna kerumah sakit segera. Tapi kenapa ?. Kenapa dia tidak bisa menggapai tubuh Luna.
Alfa kembali memacu kakinya. Sebelum tubuhnya ambruk dan tatapan tajam Luna menjadi penutup sebelum genangan darah menenggelamkannya.
"Pembunuh" kedua netra Alfa membesar, sosok anak kecil dalam balutan baju putih dengan pita cantik di dadanya dengan tangan berdarah menggenggam tangan Luna dan menarik Luna semakin jauh.
Tangan anak kecil itu terulur, menunjuk kearahnya.
"Pembunuh" kembali bibir kecil itu mengucapkan hal yang sama. Siapa? Siapa? Siapa anak kecil itu, apa itu anaknya, Alfa berusaha bangun, tapi kaki nya tidak bisa dia gerakkan lagi.
Alfa mencoba mengulurkan tangannya, berharap ada yang membantunya sekarang. Sampai tubuhnya benar-benar tenggelam. Luna dan anak kecil itu benar-benar hilang dari pandangannya.
"Luna"
"DOKTER DOKTER" Bent berteriak panik saat monitor menunjukkan detak jantung Alfa yang tiba-tiba meningkat.
Tuannya belum juga sadar setelah hampir seharian di pindahkan dalam ruangan. Bent benar-benar panik. Bahkan saat Dimas berlari bagaikan orang kesurupan kedalam ruangan Alfa. Bent malah memakinya kasar.
"Kau kemana, TUAN, TUAN ALFAA BUTUH LO" Bent menjambak rambutnya frustasi. Dia tidak bisa membiarkan Alfa berakhir seperti ini. Dimas mengabaikannya. Tangan dimas dengan cekatan memeriksa Alfa. Beberapa perawat yang setia mengikuti Dimas mendorong Bent sedikit menjauh.
Dimas juga panik. Dia tahu Alfa masih di bawah alam sadar. Tapi Dimas tidak menyangka Alfa akan seperti ini, apa yang Alfa lihat, Apa yang Alfa mimpikan.
Tapi satu nama yang dia tahu pasti selalu mengusik Alfa.
"Luna baik-baik saja. Dia nunggu lo bangun Al" dan dia berbohong sekarang, Luna belum sadar, Tantenya juga Sarah ada di ruangan Luna mengecek kondisi Luna. Setelah operasi selesai, nyatanya Luna masih belum di bilang baik-baik saja
Memang Luna tidak jatuh terlalu tinggi. Nyatanya saat keduanya bertengkar, posisi Luna dan Alfa sudah berada di tengah tangga. Tapi benturan di perut Luna_
Dimas mengusap wajahnya frustasi. Memang Kondisi Alfa mulai kembali stabil. Tapi Apa yang akan terjadi kalau sampai Alfa tahu, bayi yang selama ini Alfa harapkan tidak bisa mereka selamatkan.
Apa yang akan terjadi pada sahabatnya.?
"Dia sudah baik-baik saja" Bent tidak menjawab. Tubuhnya langsung mendekati Alfa. Dimas melihat itu, Jejak air mata yang masih basah di pipi Bent.
Dia tahu Alfa sangat penting untuk Bent. Alfa juga beharga untuknya. Mereka sama-sama tidak ingin kehilangan Alfa dengan cara seperti ini.
"Kalian boleh keluar" Dimas mengusir beberapa perawat yang mengikutinya tadi. Dia harus memeriksa keadaan Alfa untuk beberapa waktu kedepan. Dia takut hal seperti tadi terulang lagi.
Kedua perawat itu saling tatap. Tapi melihat wajah lesu dokter mereka yang tidak pernah mereka lihat membuat keduanya memilih undur diri. Karena sekarang yang bisa mereka lakukan hanya membantu dokter mereka menyelesaikan beberapa tugas lainnya agar dokter mereka bisa lebih lama berada disini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alfa & Luna (END)
RomanceDia terlalu memikat. membuat kaum hawa terjerat. bagaikan iblis penggoda, dia bagaikan magnet yang tak bisa di tolak. aura kekuasaan menguar pekat di tubuhnya. siapa yang akan sanggup menolak. " Kakak. kak Alfa" Seorang laki-laki dewasa yang terpau...