Sembilan Belas

746 38 5
                                        

Luna menunduk dalam. enggan melangkah memasuki kediaman kedua orang tua nya.
Matanya masih menatap kosong. pikirannya masih berkecamuk. Alfa yang menyadari itu. merangkul Luna cepat dan memaksa Luna ikut berjalan bersamanya. sampai mereka memasuki kediaman nya.

kedua orang tuanya lengkap dengan Mia sudah berdiri disana dengan ekpresi yang beragam. tapi satu yang menarik perhatiannya. Ekpresi Keras yang Raka tunjukkan.

Ana melangkah cepat. mengambil Luna dari rangkulan Alfa membuat Alfa mendesis bahaya. tapi pertanyaan Momynya selanjutnya sanggup membuatnya menatap khawatir kearah Luna.

' sayang. kamu kenapa?" Luna diam. matanya masih menatap ana kosong. hatinya berdenyut sakit. saat matanya kembali menatap Ana di antara mereka.

" Al.. berapa kali momy bilang. jangan menakuti Luna. kamu membuatnya sampai seperti ini" Alfa mencoba mendekat.

dia tahu. Ana tidak tahu dengan obsesinya. Raka menyimpannya dengan begitu rapat. dia harus bersyukur untuk itu. dengan begini hanya Raka yang akan menjadi penghalangnya.

" sudah!" Ana melotot tajam. membuat Alfa kembali terdiam ditempat. raut bahagianya sedari tadi sudah hilang. sejak Ana muncul dan menyadarkannya tentang keadaan Luna.

" Sudah sana. kamu persiapkan saja pertunangan kamu. Luna juga harus bersiap untuk kuliahnya. Jangan terlalu keras pada Luna, Al. Dia adikmu"

adik ya

adik yang sudah  dia hamili.

Alfa tersenyum sinis. kemudian menatap Ana yang membalasnya dengan pelototan tajam wanita itu.

"Alfa menyayangi Luna mom. mana mungkin Alfa menyakitinya" Ana menghela nafas lelah. selalu saja begitu. tapi sekalinya Luna dia tinggal dengan alfa. selalu saja ada hal Aneh yang terjadi.

dia pernah menemuman lebam-lebam ditubuh Luna. saat Dia bertanya Luna hanya berkata kalau dia terjatuh.

Pernah sekali dia mendapati Luna menangis dalam diam. Tapi saat dia bertanya Luna hanya berkata kalau dia sedih dengan hasil ulangannya yang tidak memuaskan.

bagaimana dia tidak curiga dengan perlakuan Alfa selama ini kepada Luna. karena nyatanya putrinya begitu takut kepada Alfa.

"Kita kekamar sayang" Luna masih diam. membiarkan Ana membawanya ke kamarnya.

Sampai  bertanya beberapa hal kepadanya dia hanya diam. dia mendengarkan semuanya . tapi sayangnya dia tidak bisa menjawabnya. pikirannya kosong.

Ana kembali menghela nafas panjang. dia tidak pernah melihat Luna dalam keadaan seperti ini.  dengan berat hati. Ana kembali keruang Tamu dan mendapati Mia dan juga Raka masih berada disana dengan  Alfa yang menatap keduanya tidak minat.

" Apa yang sudah kamu lakukan Al" Ana menatap berang putranya ini.  Dia benar-benar khawatir. Luna terlihat seperti mayat hidup sekarang. dengan  wajah pias dan kedua mata menatap kosong sekelilingnya.

" Apa maksud momy" Alfa Menatap datar Ana yang mencampuri urusannya.

" Apa kamu tidak sadar. sejak Luna kembali bersama mu. Luna terlihat begitu kacau. sebenarnya apa yang telah terjadi" Mia terdiam ditempat. dia mendengarkan.  tidak akan ikut campur kalau itu membahayakan posisinya sebagai calon tunangan Alfa.

" Tidak terjadi apapun. semuanya baik-baik saja. Luna hanya terlalu lelah. Momy tidak perlu khawatir" Alfa berjalan cepat melewati kedua orang tuanya menuju kamarnya. Tiba-tiba saja rasa mual itu kembali menderanya. membuat perut nya bergejolak tidak menyenangkan dengan rasa pening yang tiba-tiba mendera kepalanya.

" Jangan membuat Dady marah Al"  Alfa terdiam di ujung tangga. bibirnya tertarik Keatas membentuk senyum sinis yang begitu kentara.

" Aku masih putra terbaik Dady. Karena aku Alfa " Raka telonjak kaget. kata-kata itu.

Alfa & Luna (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang