satu

2.8K 110 6
                                    

Typo bertebaran. Hati2 guys 🤗

And happy reading ya

***

hati yang terluka mulai mencoba mencari penawarnya. mencoba tetap kuat diantara tekanan yang dia berikan. sebuah kenyataan kembali menghantamnya keras. masih mencoba berdiri tegap. diatas guncangan yang dia tidak tahu kapan akan berhenti.
~'¤♡¤'~

Seorang gadis berusia 15 tahun menatap penuh minat pada layar telivisi yang sedang menayangkan  Film kesukaanya. sesekali tangannya menepuk dengan semangat saat seorang dokter didalam film yang Dia tonton kembali menyelematkan seorang pasien .

"wah dokternya hebat" kembali rasa kagum itu Dia suarakan. tidak peduli tatapan dingin yang dilayangkan lelaki yang sedang berjalan angkuh mendekat kearahnya.

" Luna mau jadi dokter ah" lagi dan lagi Dia kembali menyuarakan keinginannya. saat kembali menonton hal yang sama.

"hn?" tubuhnya tersentak kaget. dengan cepat Dia balikkan badannya.  dan menatap aneh lelaki dalam balutan kemeja putih di depannya.

"kak Alfa baru pulang?"

"hn" Luna tersenyum kecil sudah biasa dengan respon Alfa yang selalu dingin.

Dia sudah biasa. itu lebih baik dari pada Alfa marah padanya. kakaknya itu menakutkan.

"kak. kalau Luna jadi dokter bagaimana?" Luna bertanya antusias. saat matanya menatap Alfa yang sudah duduk Disampingnya memepet tubuhnya dengan kasar.

"Hmm" Alfa menyandarkan kepalanya dibahu kecil Luna. membuat Luna dengan susah payah menahan bobot tubuh Alfa yang seolah memang sengaja lelaki itu timpakan padanya.

" Kata Mama dan Papa. Luna  pasti akan jadi dokter yang baik. karena itu Luna mau jadi dokter". Luna kembali menyuarakan keinginannya. tidak merasa terganggu lagi dengan Alfa yang sudah merengkuh tubuhnya erat.

kakaknya ini pasti kelelahan karena menjalani aktivitasnya sebagai mahasiswa. dia memakluminya. dia tidak akan marah. bahkan saat Alfa dengan kasar merengkuh tubuhnya Semakin erat saja.

"untuk apa jadi dokter?" Luna tersenyum sumbringah. kakaknya akhirnya meresponnya dengan benar.  walau masih sama datarnya.

"untuk mengobati orang kak. nanti Luna  bisa obatin semua orang dan membuat mereka sembuh"

"sembuh ya" Luna mengangguk antusias. Alfa segera menjauhkan tubuhnya dari Luna.   Didepannya Luna masih tersenyum senang menatapnya.  yang hanya bisa Dia balas dengan tatapan dingin tak minat.

"siapa bilang kamu akan jadi dokter" Luna masih tersenyum senang. membuatnya semakin ingin meremukkan senyum gadis didepannya dan mengangantikannya dengan tangisan tiada henti.

"papa sama mama.  LUNA akan berusaha jadi Dok---"

"Tidak pantas" Potong Alfa cepat. membuat senyum didepannya seketika lenyap. Alfa menyeringai sadis. dengan kasar di cengkramnya dagu Luna membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Siapa yang izinin kamu jadi dokter"  cerca Alfa tak peduli dengan mata memerah didepannya menahan tangis.

"kata Mama--"

"kakak  bilang gak boleh!" Lagi Alfa memotongnya cepat.

"tapi kenapa Hikss" Alfa tersenyum senang. melihat kristal kristal berbentuk air mulai tumpah tak terbendung.

"Anak angkat seperti mu. hanya bisa menyusahkan orang tuaku saja" Luna menangis tersedu. memang apa salahnya. dia hanya ingin menjadi dokter. dia akan berusaha keras untuk mendapatkan biasiswa. kakaknya tidak perlu khawatir dia tidak akan menyusahkan orang tua mereka.

"Luna akan  Hikks.. belajar kak. hikss Luna akan dapat beasiswa" Alfa tertawa keras. sekeras cengkraman tangannya di dagu Luna yang semakin kuat.

"Beasiswa Eh" Ucapnya dengan senyum mengejek. dengan susah payah  Luna mengangguk mengiakan.

"kamu mau membuat Mama sedih HAH"  Alfa berteriak keras di depan wajah Luna. membuat Luna tersentak kaget dengan tangis yang semakin tergugu.

"kamu mau buat Mama berpikir tidak sanggup membiayai Kamu Hah?. Nilai pas-pasan mau coba ikut beasiswa.. Bodoh!" iya, Dia memang bodoh.  tidak perlu diperjelas. kenapa kakaknya begitu menentang keinginannya.

"Tapi Luna mau jadi dokter" Alfa membuang Kasar wajah Luna membuat gadis itu membentur sandaran sofa dengan keras.

"seharusnya kamu dirumah saja. tidak perlu  bermimpi jadi dokter segala. anak angkat sepertimu. seharusnya jangan menyusahkan" Luna menangis keras,  apa salahnya. kenapa kakaknya begitu membencinya.

"Kau tahu" Alfa mengusab pelan wajah yang sudah sembab didepannya.

"bisa sekolah saja. seharusnya kau bersyukur"

"kenapa hikss kakak jahat" Alfa terkekeh pelan.

" Bodoh. kau hanya bisa menyusahkan saja"  kenapa kakaknya begitu jahat.

"Nanti hikss setelah  Lulus, Luna hikss akan berkerja" Alfa mendesis marah. berkerja. apa yang gadis ini ucapkan. berkerja. apa dia ingin membuat Mamanya semakin sedih. Alfa mendelik marah. tangannya yang sedari tadi diam. terangkat mengusap pelan surai hitam adiknya. sebelum-

"Aaa. kak hikss sakitt" Alfa menarik kasar  rambut Luna yang sudah berantakan.

"kau mau membuat MAMAKU sedih hah"

"dasar GAK guna" Luna menutup rapat bibirnya. kepalanya sakit.  kenapa kenapa ini harus terjadi padanya.

kenapa kakaknya membencinya. sebenarnya apa yang boleh DIA lakukan.

"Lalu hikss apa yang boleh hikss LunA lakukan" Alfa tersenyum hangat membuat Luna menatap lelaki itu semakin  takut. tubuhnya sudah bergetar hebat.  dengan air mata tak mau berhenti mengalir.

"turuti semua yang aku mau Adik kecil" Luna mengangguk pelan. membuat Alfa tersenyum senang. tangannya yang bebas segera mengambil tisu  dan menghapus jejak air mata dipipi Luna. saat didengar suara langkah kaki yang mulai mendekat  kearah mereka.

"Diam. turuti semua yang ku perintahkan" Luna mengangguk patuh. sesekali dia masih sesengutan.  Alfa segera mendekap  tubuh kecil Luna. membawanya tenggelam dalam  pelukan hangatnya.

"kamu sudah pulang Al" Alfa tersenyum hangat. menatap Ana yang berdiri anggun didepannyA.  ANA membalas senyum putranya  hangat. sebelum matanya menatap punggung Luna yang sedikit bergetar dalam pelukan Alfa.

"IYA mama" Ana mengernyit heran. menatap Luna dalam pelukan Alfa. menyadari hal itu. dengam cepat Alfa mengusab pelan punggung Luna.membuat gadis itu menengang seketika.

"Luna kenapa Al?"

"habis nangis MA. baru nonton Drama sedih"alasan yang sangat bagus. Ana langsung melangkah mendekat dan mengambil tempat disamping Luna.

"kok nangis sayang. " Luna semakin sesengutan.

"DIA terlalu menghayati MA" Alfa terkekeh kecil menyempurnakan SANDIWARAnya didepan ana. membuat Luna semakin menangis tersedu-sedu.

"jangan sedih ya sayang. kan cuma film" Luna mengangguk mengerti. tidak ingin merasakan cengkraman kasar Alfa di pinggangnya semakin keras. Luna menjawab lemah.

"iya ma . Luna Gak nangis lagi" Ana tersenyum hangat. tangannya yang bebas  mengusab pelan surai coklat putrinya.

"ini baru anak Mama" Luna mengangguk lemah.

"ya sudah mama istirahat dulu ya".

" iya ma" Alfa menjawab cepat yang dibalas senyum hangat  ana. tidak merasa curiga sedikitpun dengan sikap kedua putra putrinya.

"Ck! menyusahkan" Luna bergetar hebat.

Alfa semakin merapatkan tubuh mereka. membuat gadis itu semakin merasa sesak didadanya karena terhimpit keras dada kakaknya.

****

Alfa & Luna (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang