Tiga Puluh

702 47 8
                                        

Milik ku. Hanya milikku.
~
^Alfa Manu Herminton^°

Luna menatap aneh beberapa wanita yang sibuk menawarkan gaun pengantin padanya, disampingnya Alfa terus mengintrupsi mereka. Berkata ini tidak cocok itu tidak cocok, terlalu terbuka, bahkan terlalu tertutup.

Dia bingung, sebenarnya Alfa mau nya apa. Ingin membuka suara, tapi dia terlalu malas.  Beberapa orang yang diundang Alfa ke kediaman mereka mulai menunjukkan raut kebingungan serta lelah. Dia tahu mereka pasti bingung dengan keinginan Alfa.

Dia juga sama.

"Apa pak Alfa bisa memberi tahu kami seperti apa gaun yang bapak mau" seorang wanita yang sepertinya penanggung jawab diantara mereka mulai angkat bicara memberikan beberapa contoh gaun dalam buku sketsa kepada Alfa.

Alfa menerimanya. Matanya sibuk meneliti satu persatu gaun yang ada disana.

"Terlalu terbuka" masih komentar yang sama. Wanita yang tadi memperkenalkan diri sebagai Nadin memijit kepalanya pening.

Lelaki ini banyak maunya sekali. Ingin memaki dia tidak berani. Bos nya pasti akan memakinya kalau dia berani membuat pelanggan istimewa mereka ini  membatalkan pesanannya.

"Saya pilih yang ini"

Akhirnya. Nadin bernafas lega.

"Katakan pada bos kamu, saya ingin dibagian ini diganti terlalu polos saya kurang suka. Untuk modelnya sudah boleh.  Kalau dia bingung mau mengubahnya bagaimana. Saya akan batalkan pesanan ini" Nadin mengangguk mengerti.

Bersyukurlah dia. Sempat merekam ucapan terakhir Alfa dengan tab recorder di saku celananya.

Ini bagus.  Bos nya tidak akan memakinya. Kalau dia salah.

"Baik pak. Saya mengerti. Apa jas untuk bapak ada yang perlu bapak tambahkan" Alfa mengangkat tangannya tanda cukup. Nadin kembali mengangguk paham

"Baiklah, kalau begitu kami pamit undur diri. " Alfa mengangguk sebagai izin. Membiarkan mereka membereskan semua barang didepannya. Dan pergi

"kamu suka dengan gaun pilihan kakak sayang" setelah mereka pergi baru Alfa bertanya padanya.

Hebat sekali.

"Kakak masih bertanya padaku" Luna mendelik sinis. Dia sudah bagaikan patung, duduk bersandar di bahu Alfa sedari tadi.

Alfa mengusap pelan Surai Indah calon istrinya. Kemudian menatap lembut kearah Luna.

"Jangan ngambek sayang, kakak tidak mau kamu banyak pikiran, karena itu kakak saja yang pilih kan gaunnya" Alasan yang bagus sekali. Tapi dia tahu, itu hanya alasan Alfa saja, Alfa sudah terbiasa mengontrol semuanya. Bahkan mengontrol hidupnya.

Semuanya dalam kendali Alfa. Dia tahu Alfa selalu tidak ingin dibantah.  

Hari berganti hari. Luna tidak tahu kenapa semuanya berjalan begitu cepat, dia ingin mengulang waktu. Menghindari momen yang akan membuatnya semakin jatuh cinta pada lelaki dalam balutan jas putih didepannya.

Kenapa terlihat sangat serasi dengannya. .

SAHH

Padahal itu bukan teriakan. Tapi dia tersentak kaget. Telinganya masih tidak percaya apa yang dia dengar hari ini

Alfa dengan lancar menyebut namanya. Membuat sang penghulu tidak perlu mengulang beberapa kali hanya untuk ijab kabul.

"Selamat ya"

"Thank bro" Dimas terkekeh pelan. Akhirnya sahabatnya yang satu ini menikah juga. Dengan wanita yang selama ini selalu tak dianggap kehadirannya oleh Alfa.

Alfa & Luna (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang