Empat

1.5K 71 0
                                    



****

sudah dua hari. Raka dan ana pergi ke bandung. dan sejak dua hari itu pula. Alfa selalu memaksanya memasak apapun yang lelaki itu ingin. dengan alasan agar dia lebih berguna untuk lelaki itu padahal dia tidak pandai  memasak. yang bisa dia buat hanya nasi goreng dengan telur dadar ekstra tomat. salat sayur. dan jus. tapi jus bukan termasuk masakan bukan. Luna menghela nafas jengkel. seperti sekarang. Alfa dengan sengaja memindahkan semua perkerjaan lelaki itu ke rumah. saat tahu sekolahnya diliburkan hari ini. karena ada rapat dewan guru.

"masak apa kamu?" bisakah Alfa berucap lebih lembut padanya.

pagi-pagi dia sudah dipaksa memasak. padahal Luna sudah menyiapkan roti isi keju untuk kakaknya itu dan segelas kopi. tapi Alfa masih juga ingin dia memasakkan yang lain untuknya. membuatnya semakin sakit kepala melihat setumpuk bahan didalam kulkas.

"emm. nasi goreng. kakak mau?" Luna berucap ragu. dia tidak yakin Alfa akan setuju.

"emm" namun diluar prediksi. Alfa malah mengangguk pelan. sambil masih menatap ponsel ditangannya. sambil menghabiskan gigitan terakhir rotinya.

"baiklah" Luna berseru pelan. mencoba menyemangati dirinya sendiri. berharap Alfa tidak akan berakhir di rumah sakit setelah memakan masakannya kali ini .

setelah memilihkan beberapa bahan yang dia perlukan. Luna mulai mencincang dan menghaluskan beberapa bumbu dengan telaten. tidak sadar dengan Alfa yang sekarang sedang memperhatikannya penuh minat. sebuah senyum manis menghiasi wajah Alfa yang tenang. matanya masih menatap Luna yang sepertinya memang tidak sadar sedang dia perhatikan.

Gadis itu mulai memasukkan beberapa bumbu dan nasi kedalam wajan. bahkan di sana dia bisa melihat beberapa telor yang sudah gadis itu keluarkan dari lemari pendingin tergelak begitu saja di dekat potongan bumbu lainnyaa.

Aroma nasi goreng yang sangat menggugah selera. menyeruak masuk kedalam indra penciuman Alfa. membuat lelaki itu tanpa sadar malah mengusab perutnya pelan.

"kak Alfa suka pedas atau biasa ya.. ah biasa aja" Alfa terkekeh lucu. melihat tingkah Luna yang sedang berdialog dengan dirinya sendiri. padahal gadis itu bisa bertanya padanya. tapi sepertinya Luna masih khawatir dia akan marah.

apa dia semenakutkan itu. padahal semua wanita diluar sana tidak ada yang takut padanya. lalu kenapa Luna harus.

Alfa mulai berpikir tidak tahu diri.

" Tara sudah siap" Luna tersenyum senang. meletakkan dua piring nasi goreng dengan asab yang masih mengepul didepan Alfa dan dirinya.

"selamat makan" Alfa menatap nasi goreng didepannya dan menatap wajah Luna bergantian. kapan gadis itu belajar memasak. ah nanti saja memujinya sebaiknya dia merasakan hasil masakan gadis ini dulu.

Luna menunggu dengan ekpresi tegang. saat sesendok nasi goreng masuk kedalam mulut Alfa. seperti slow motion. bahkan gerakan mengunyah Alfa saja terasa begitu lambat dimatanya.

"Emm. lumanyan" Luna menghela nafas lega. akhirnya kakaknya tidak marah.

"belajar dari mana?" Luna yang sedang mengunyah makanannya langsung meminum segelas air sebelum menjawab cepat pertanyaan Alfa.

"dari mama kak" Alfa mengangguk mengerti. Luna kembali memakan nasi gorengnya gelisah. takut Alfa akan marah. kalau lelaki itu tidak suka dengan keberadaanya disini.

"besok kamu sekolah?" Luna kembali mengangguk cepat. bahkan dia tidak sadar kapan nasi dipiring Alfa habis.

dia memang libur. karena ada rapat dewan guru. sedangkan kakaknya tidak. lelaki itu masih harus bekerja. bahkan tadi malam. dia melihat Alfa bergadang dikamar nya. entah karena apa. Alfa malah membawa semua perkerjaannya kekamarnya semalam. membuatnya semakin gelisah. takut Alfa akan menyakitinya.

"bersiap-siaplah. hari ini temani kakak dikantor". Alfa memijit kepalanya pelan. sebelum akhirnya bangun dan melangkah pergi menuju kamar lelaki itu.

Luna mengangguk pelan. walaupun sebenarnya dia ingin menggeleng. tapi apa gunanya Alfa tidak melihatnya juga.

dengan enggan. Luna melangkah pelan menuju kamarnya. dia perlu mandi dan juga bersiap-siap.

mungkin hari ini dia menggunakan sesuatu yang bewarna hitam. hanya untuk menunjukkan dia kuat.. dan juga banyak hal yang ingin dia sembunyikan sendiri.

dia menyukai warna itu. sama halnya seperti putih. yang melambangkan sebuah kesucian.

setelah beberapa lama berkutat dikamar masing-masing. Alfa akhirnya keluar lebih dulu. dan langsung menuju depan rumahnya melihat seorang pekerja rumahnya yang sedang memanaskan mobilnya.

setelah beberapa saat. Luna akhirnya keluar juga. sebuah sepatu hitam dengan tinggi 5 cm melekat indah dikakinya. celana panjang bewarna senada membungkus indah kaki jenjangnya.

seolah memang dia ingin memakai warna tersebut. hanya bajunya saja yang tidak ada sedikitpun corak warna hitam disana. sedangkan tas bahkan aksesoris yang gadis itu kenakan bewarna sama.

Alfa yang melihat Luna sudah duduk disampingnya langsung mengusap pelan rambut Luna. membuat gadis itu menegang seketika.

Alfa mengulas senyum tipis.. gadisnya manis sekali. saat ketakutan seperti ini.

seharusnya gadis ini sudah menjadi miliknya. tapi sebelum itu dia harus menentang papanya bukan.

Raka benar-benar menentang keinginannya yang satu itu.

"kamu cantik" Luna menunduk dalam. membuat senyum diwajah Alfa semakin lebar.

" terimakasih" Luna meremas tangannya kuat. Saat Alfa bukan hanya memujinya tapi juga kembali mendaratkan satu kecupan di pipinya yang terasa begitu lama.

"kita berangkat" tidak perlu mengatakan padanya bukan.

Alfa semakin tersenyum lebar. saat menangkap raut wajah kesal bercampur takut diwajah Luna.

sangat menggemaskan.

kalau seperti ini. mana mungkin dia bisa bersabar lebih lama lagi.

Sebentar lagi, sebentar lagi. Gadis ini akan menjadi miliknya.

***

Alfa & Luna (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang