Jangan Lupa Tinggalkan Jejaknya guys...
happy Reading
****
***
**
*Rasa sesak itu semakin menderanya. pelukan yang semakin erat di tubuhnya membuatnya bahkan untuk bergerak saja tidak bisa.
entah itu siapa yang melakukannya padanya. tapi hanya satu nama yang sejak satu jam lalu saat dia tersadar walaupun masih enggan membuka mata. Alfa. ya hanya Alfa.
lelaki yang sejak kejadian itu dia diamkan. tapi tetap saja rajin menagih haknya. dia sudah bagaikan jalang yang akan pasti di buang saat lelaki ini mulai enggan dengannya. tidak ada yang bisa dia banggakan lagi.
dulu . dia menaruh harapan Alfa akan menyayanginya lagi. tapi hasilnya lelaki ini malah melecehkannya.. dia juga pernah menaruh perasaan pada Alfa saat lelaki itu mengkliem bahwa dia adalah milik Alfa. Dia adalah kekasih Alfa. tapi nyatanya itu hanya bualan semata sebelum dia dihancurkan.
dulu ataupun sekarang. Alfa membencinya. dia hanya anak Angkat dikeluarga ini. bukankah alfa sudah menegaskan Hal itu.
"engg" Alfa melenguh pelan. saat lagi Luna mulai melenggorkan paksa pelukannya ditubuh Luna.
Mendengar itu. Luna menggeram jengkel.
muak. tentu saja. kalau memang Alfa membencinya. kenapa Alfa seolah peduli padanya
Menjemputnya. seolah selalu membutuhkannya.
Ah dia lupa. Alfa hanya tidak ingin dia Lari sebelum Kakinya di patahkan. Alfa itu membencinya..
Luna menatap Nanar keluar jendela besar didepannya yang setengahnya tidak tertutup gorden.
masih gelab. mungkin masih jam 5. Tapi dia merasa seolah sudah jam.7 saja.
ah iya. dia juga harus kesekolah hari ini. padahal tubuhnya masih sedikit berdenyut nyeri.
Lagi dia berusaha menggerakkan tubuhnya. tidak berhasil. Alfa malah semakin menggeratkan pelukannya.
dengan kasar Luna mencakar Lengan Alfa yang membelit erat tubuhnya. membuat lelaki itu meringis kesakitan.
"Shhhhh. " Luna bisa merasakannya. nafas yang semakin memburu menerpa leher belakangnya. dan seketika. tubuhnya di balikkan dengan mudah.
di depannya di bisa melihat netra kelabu Alfa yang menatapnya tajam.
"Jangan Nakal Sayang"
"Ck!!" tidak sadar dia malah berdeck kesal. membuat Alfa menatapnya sinis.
"sudah berani eh" Alfa menariknya semakin merapat. sampai wajah mereka benar-benar dekat.
dia sudah muak. kenapa Alfa tidak peduli.
Luna menatap jijik. dia sudah sangat jijik.
Melihat itu. Alfa menghela nafas berat. dia memang sudah keterlaluan..memang tidak seharusnya dia melakukan itu. tapi sadarkah Luna. dia saat itu terlalu emosi hanya untuk berpikir tenang. kenapa Luna tidak bisa memahaminya.
"aku lelah sayang" Alfa menarik tangan Luna ke keningnya. dan menekannya pelan. memberikan isyarat pada Lunanya untuk memijitnya pelan.
"tadi malam. aku pulang telat. di kantor kerjaan Aku lagi banyak"
untuk apa Alfa melapor padanya. dia tidak peduli. dia tidak peduli. benar-benar tidak peduli.
dengan Kasar Luna menarik tangannya dari kening Alfa. tapi sayangnya. Alfa yang menyadari itu malah menarik tangannya menuju bibir lelaki itu.
Cup
Luna melotot tajam. ingin menarik. tapi genggaman Alfa terlalu kuat. Melihat itu Alfa terkekeh pelan.
"Lunanya Alfa tidak boleh nakal" Dia bukan anak kecil yang tidak paham apa maksud kakaknya.
Nakal. Ck! dia sadar Alfa ingin dia selalu Patuh pada Alfa.
"Lepas!" Alfa menggeleng cepat. Luna yang sudah muak. menarik tubuhnya mundur walaupun susah. tapi hal itu sukses membuat Alfa kesal
"kamu jadi berani melawanku sayang" luna tidak peduli. dia tidak ingin diganggu. dia membenci Alfa.
"Aku benci kamu kak" Alfa terkekeh geli.
"benci eh" Ucapnya dengan senyum mengejek.
Luna menggeram kesal. emosinya dianggap remeh oleh Alfa. keinginannya bahkan memang tidak dianggap sedikitpun oleh lelaki ini.
"Lepas!" Alfa menggeleng dengan seringai meremehkan diwajahnya.
Luna muak
"Aku tidak ingin melihatmu lagi"
"seorang budak tidak boleh mencaci Majikannya" Alfa menyeringai licik. menikmati setiap emosi yang ditampilkan wajah Lunanya.
'Aku bukan budak mu' Luna marah. tentu saja..dengan kasar dipukulnya dada Alfa kuat. walaupun dia tahu itu pasti tidak akan berefek apapun pada tubuh kekar Alfa.
Alfa yang melihat itu hanya membiarkannya. membiarkan Lunanya lelah dengan emosi wanita itu yang tidak berguna.
apapun yang lunanya lakukan. disini dialah yang menentukan. Sudah dia katakan bukan. Luna itu budaknya.
"Hiks hiks " Lelah. Luna Lelah secara emosi dan fisik. dia lelah.
Kenapa Alfa tidak.mengerti. kenapa Alfa begitu senang melihatnya putus asa disetiap langkahnya. kenapa Alfa begitu membencinya.
padahal dia mencoba menerima setiap perlakuan kasar yang alfa berikan. tapi Alfa malah menghancurkannya.
"hy hy kenapa menangis" Alfa mengusab pelan wajah sembab didepannya.
"padahal hari ini kamu harus ikut ujian lo" Alfa merenggangkan pelukannya. menyadari Hal itu Luna segera bangun hendak beranjak pergi. sebelum alfa kembali mendekap tubuhnya dari belakang dalam posisi duduk diaras ranjang.
"emm. cepat banget mau perginya" kalau bisa dia bahkan ingin pergi dari dulu.
"jangan nangis.. nanti orang tua aku nanyain lo. kenapa Lunanya Alfa menangis" dan itu karena Alfa. Apa luna bisa meneriakkan setiap kebejatan yang lelaki itu lakukann.
Luna menggigit keras bibir bawahnya. berusaha kembali tenang dan kembali memasang wajah datar seperti kemarin kemarin.
"Ssshhh. jangan menangis sayang. nanti kalau momy dan dady sudah pergi lagi. aku janji akan membuat kamu menangis sepuasnya"
Brengsek
Alfa Brengsek
Luna menahan kuat-kuat emosi di dadanya. mengatakan pada dirinya sendiri. sebentar lagi dia pasti akan bebas. dia akan kuliah jauh dari jangkauan Alfa. dia akan berusaha lulus dengan nilai terbaik. sehingga nanti Dadynya dengan senang hati akan mengirimnya jauh dari jangkauan alfa.
iya benar.. dia pasti bisa. sebaiknya sekarang dia berusaha lepas dari kukungan Alfa dan segera bersiap ke sekolah.
sebentar lagi.
iya sebentar lagi.
dan Alfa tidak perlu melihat wajahnya lagi.
tidak perlu
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Alfa & Luna (END)
RomanceDia terlalu memikat. membuat kaum hawa terjerat. bagaikan iblis penggoda, dia bagaikan magnet yang tak bisa di tolak. aura kekuasaan menguar pekat di tubuhnya. siapa yang akan sanggup menolak. " Kakak. kak Alfa" Seorang laki-laki dewasa yang terpau...