Dua

2K 97 4
                                    

sebuah hati yang ingin mengelak. mencoba membangun benteng pertahanan untuk melindungi diri. dia yang kokoh tidak akan membiarkannya. karena disini dia lah pemegang kendali.
dia absolut
~¤☆¤~

***

Sudah dua tahun berlalu. namun tidak ada yang berubah dari sikap Alfa. entah karena alasan apa. lelaki itu tidak pernah memperlakukan Luna dengan semestinya. hanya di depan kedua orang tua mereka saja. Luna akan melihat sosok kakaknya seperti saat dia berumur 10 tahun. dulu sekali. kakaknya sangat menyayanginya. dulu sekali. dia bahkah tidak akan ingat siapa dia. hanya karena kakaknya yang selalu berkata bahwa dia adalah adik satu-satunya Alfa.

Tapi sekarang, semuanya berbeda. tidak ada senyum hangat. yang ada hanya seringai keji yang Dia dapatkan. tidak ada lagi usapan sayang. yang ada hanya jambakan keras yang akan selalu lelaki didepannya ini layangkan saat Alfa marah.

Bahkan tatapan Alfa tidak pernah lagi sehangat dulu.

"Al, kamu antar Luna ya" Alfa mengangguk semangat. membuat Luna semakin menunduk dalam. menatap sarapannya. yang entah sejak kapan selalu terasa setawar ini.

"Papa mau pakai supir. mau ke bandung lihat perkebunan kita" Alfa membalas Raka dengan senyum hangatnya.

"iya Pa. Papa tidak perlu khawatir. ada Alfa yang mengurus semua nya disini" Raka tersenyum bangga. Putranya memang selalu bisa diandalkan. Bahkan Alfa sudah Dia bebankan masalah perusahaan mereka mulai dari pertama lelaki itu menginjakkan kaki diperkuliyahan sampai akhirnya Alfa luluspun. putranya tidak pernah mengeluhkan apapun. Alfanya putra kebanggaannya.

"Kamu memang selalu bisa Papa andalkan Al" Alfa tersenyum bangga. ya Dia memang selalu bisa diandalkan. Dia itu absolut. seseorang yang keputusan dan tindakanya pasti. tidak mungkin tidak bisa diandalkan , bukan.

"Mama juga akan ikut Papa kamu. kamu jaga adik kamu ya" Luna tersentak kaget. kenapa dia harus ditinggal lagi. bagaimana kalau kali ini kakaknya menamparnya lagi. bagaimana kalau kali ini kakaknya memukulnya lagi. bagaimana kalau kali ini semuanya semakin parah. dia, dia tidak bisa.

"Ya sudah kalau begitu kami berangkat ya, ma pa" Luna tersentak keget. saat Alfa sudah berdiri disampingnya. dengan tangan lelaki itu mengusab kepalanya pelan. sangat pelan. seperti siksaan yang selama ini Alfa berikan.

Alfa mendengus jengkel. mendapati Luna yang masih diam ditempat. dengan kasar di tekannya kepala Luna sampai akhirnya gadis itu reflek berdiri menatapnya takut. Alfa menyeringai keji. membuat Luna akhirnya melangkah mendekati ana dan raka. menyalami keduanya. sebelum akhirnya pamitan untuk pergi.

"Lelet banget" Luna berusaha menyeimbangi langkah Alfa yang lebar. lelaki itu bahkan tidak peduli kalau Luna akan tersandung kakinya sendiri. hanya karena mengejar langkah kakinya. .

"Masuk cepat!" Luna mengangguk patuh. tidak usah berfikir Alfa akan membukakan pintu untuknya. kalau tidak ingin berakhir dengan kepala yang lelaki itu jedotkan ke atap mobil. Dia tidak ingin merasakannya lagi. itu menyakitkan. dan sayangnya. dia tidak bisa mengadukannya kepada Ana maupun raka. Alfa selalu saja memberi alasan yang selalu diterima oleh kedua orang tua nya. tidak peduli seaneh apapun alasan itu.

Mungkin kalau Alfa mengatakan Dia bunuh diri pun. Ana dan Raka akan mempercayai lelaki itu. Dia tidak mengerti. kenapa semuanya mempercayai Alfa. kenapa Dia tidak. kenapa semuanya seolah memang berpihak pada Alfa. Hanya Alfa.

Alfa tersenyum remeh. pada gadis disampingnya yang bahkan tidak sadar kalau mereka sudah sampai kesekolah gadis itu. kalau seperti ini. mana mungkin Dia akan melepaskan Luna ke dunia luar. adiknya itu terlalu polos. sangat mudah dibodohi oleh orang lain. adiknya itu terlalu lemah sangat mudah disakiti oleh orang jahat diluar sana.

karena itu hanya Dia yang boleh menyakiti Luna. Hanya Dia seorang.

"Hn" Luna tersentak keget. merasakan usapan lembut di pahanya dengan rok sudah tersingkap setengah paha.

"tidak ingin turun eh" Luna menggeleng cepat. dengan cepat di bukanya pintu mobil sebelum tangan Alfa kembali menahannya.

"Mau kemana eh" Luna menunduk takut.

"sekolah kak" Alfa terkekeh pelan. membuat Luna semakin merapat ke pintu mobil.

"siapa suruh kamu sekolah" Luna menunduk diam. tidak ada gunanya menjawab. kalau memang dari awal dia tidak diberikan hak untuk berbicara.

"Jawab" Alfa mengeram marah. tangannya yang tadi mengusab paha Luna. kini sudah berpindah mencengkram erat rahang gadis didepannya.

"lo bisu apa tuli hah" Luna sudah bergetar hebat. kenapa Alfa harus selalu kasar padanya. .

"Siapa yang suruh lo seKolah HAH" Luna menggerakkan bibirnya kaku. dengan tangan Alfa dirahangnya membuatnya semakin kualahan.

"Mama dan Papa kak" Alfa menyeringai bengis. namun sedetik kemudian lelaki itu malah tertawa keras sambil melepaskan cengkramannya di Rahang Luna.

"Orang tua ku eh" Luna mengangguk mengiyakan. Alfa tersenyum hangat. tangannya mengusab pelan surai coklat didepannya.

"Sekolah yang rajin sayang. jangan kelayapan ok" Luna mengangguk cepat. tidak begitu heran dengan perubahan sikap Alfa yang bagaikan bom waktu itu.

"Pulang sekolah kakak jemput!" Luna mengangguk cepat.

"Mana ucapan terimakasihnya sayang" Luna menegang seketika. didepannya Alfa sudah tersenyum manis menunggu hadiah darinya. .

"Tapi-"

"Kamu mau membantah kakak lagi?" Luna menggeleng cepat. pastrah akhirnya luna mendekatkan tubuhnya pada alfa. Mendekatkan wajahnya memberi apa yang lelaki itu inginkan.

Cup.

Akhirnya benda kenyal itu bertemu. hanya bertemu membuat Alfa menggeram kesal. dengan kasar dilumatnya bibir sexy Luna. sampai gadis itu mencengkram erat rok sekolah nya. merasakan bagaimana pasokan udara diparu-parunya menipis. bagaimana Alfa menyecap habis isi mulutnya. membuatnya semakin sadar seberapa rendahnya dia dimata Alfa.

hadiah eh.

bahkan Dia harus memberikannya. setelah Alfa menyiksanya.

kenapa?
kenapa?

Alfa memperlakukan nya serendah ini.

"Karena kamu milikku sayang" selalu. selalu begitu. Alfa seolah tahu apa yang dia pikirkan.

"Sekolahlah yang rajin. Nanti kakak akan ajarkan kamu bagaimana caranya menjadi gadisnya Alfa" Luna ingin menggeleng keras. tapi tidak. Dia tidak akan melakukannya kalau tidak ingin berakhir kembali pulang dan dikurung dirumah oleh lelaki didepannya. Dia ingin bebas. paling tidak hanya sekolah yang akan membuatnya bisa tersenyum lepas.

Luna segera membuka pintu mobil kakaknya. setelah mobil itu pergi. Luna berjalan pelan menuju gerbang sekolahnya yang tidak terlalu jauh dari tempat Alfa menurunkannya. bahkan demi hanya untuk menyiksanya. ALFA akan rela mencari tempat terbaik agar tidak ada siapapun yang berani mengganggu lelaki itu.

Sebenarnya siapa dia dimata Alfa. Dia menyayangi lelaki itu. tapi kenapa dia malah dibenci.

***

Alfa & Luna (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang