Tiga Belas

1K 40 0
                                    

kepala Alfa berdenyut sakit.  ingin memijit tapi sayangnya memeluk tubuh mungil dihadapannya yang terus memberontak ingin dilepas sejak 20 menit lalu lebih menarik  perhatiannya.

" Lepas !" Luna kembali bersuara.. dia ingin lepas. dan kemudian pergi dari kamarnya. itu lebih baik dari pada terjebak dengan Alfa disini.

" Emm" Terus saja gumaman Alfa yang dia dengar. 

"Lepas!. kenapa kamu tidak paham Hah?"

Luna memukul dadanya kasar. Alfa membiarkan saja. Saat-saat Luna menjadi kasar padanya. Ingin menghentikannya Tapi denyut dikepalanya membuatnya hanya bisa diam.

Tubuhnya yang mulai memanas. bahkan tidak sedikitpun menarik perhatian Luna untuk khawatir padanya.

Apa dia sejahat itu. apa dia seburuk itu. sampai Luna bahkan menutup mata dengan kesakitan yang dia rasakan Sekarang.

"Sakit sayang!" Luna menulikan telinganya. Tidak mau mendengar sedikitpun rengekan Alfa dengan mata sayu menatapnya memohon.

Kalau memang dia bisa menyakiti Alfa dekarang. dia tidak sebodoh itu melewatkan momen langka ini.

"Sayang mual" Alfa kembali mengeluh. kali ini tangan Alfa yang memuluknya erat sedari tadi terlepas. Lelaki itu menutup mulutnya cepat  dengan tangan satunya lagi mengusab perutnya dari balik kaos putih polos yang dia kenakan.

tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Luna segera turun dari ranjang. tidak peduli dengan Alfa yang sempat menahannya dan ditepisnya kasar.

"Jangan pergi" Luna mengabaikan.

Alfa  memijit kepalanya sakit.  Luna segera melangkah keluar tidak peduli dia yang kesakitan sekalipun.

mungkin kalau dia matipun Lunanya akan bersikap sama.

"apa sebenci itu kamu sama aku sayang" Alfa berucap tidak tahu diri.

dengan semua yang telah dia lakukan dia masih bisa bertanya sebenci apa lunanya sekarang padanya.

apa Luna perlu menghitung kejahatannya.

luka fisik. mental bahkan mungkin hati Luna. sudah dia hancurkan sedemikian Rupa. pantaskah dia bertanya Sekarang.

Alfa tidak tahu. dia hanya ingin menahan Luna hanya untuknya.

Mengabaikan sakit di kepalanya. Alfa segera beranjak turun dari ranjang. dan melangkah pergi menuju kamarnya. dia tahu sangat tahu. Luna tidak akan memasuki kamar ini. kalau dia masih disini.

mungkin dengan tidur sebentar lagi. sakit dikepalanya akan hilang

***

Luna melangkah cepat menuruni Tangga. keras kepala. masih menutup mata dengan semua yang dilihatnya pagi ini.

Dia Tentu tidak lupa. Alfa  dan hujan adalah perpaduan yang buruk. dan Alfa menemaninya diterpa tetesan hujan semalam.

dia tidak salah disini. Alfa yang bersikap seolah peduli dengan kesehatan tubuhnya. padahal jelas tubuhnya lebih bisa mentolerir air hujan. tidak seperti Alfa.

apa dia harus peduli. dia tidak akan. tapi keluhan Alfa yang kesakitan sambil menyentuh perut lelaki itu tadi membuatnya sedikit terganggu. Apa Alfa benar-benar tidak makan semalam. dia memilih makan dikamar semalam. jadi dia tidak tahu.

  untuk sedikit saja . mungkin dia bisa peduli.

"Bik" Luna memanggil seorang wanita yang sedang meletakkan gelas berisikan susu  didepannya.

"Bawakan makanan ya kekamar Alfa" wanita paruh baya tersebut mengernyit heran. 

tidak biasanya Nonanya akan memanggil Alfa tanpa embel-embel kakak. tidak ingin dibilang ikut campur urusan majikannya. dia lebih memilih mengangguk paham. kemudian mulai menyajikan makanan untuk Tuan Mudanya.

Alfa & Luna (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang