Lima Belas

1K 39 0
                                        

Suana  Hiruk pikuk para siswa akhir SMA tempat Luna menuntut IlMu menambah rasa dekdekan di hatinya. hari ini dia sedikit terlambat. padahal pengumuman kelulusan sudah ditempelkan sejak tadi malam. karena itu sekolahnya sudah penuh-penuh pagi-pagi begini.

"Selamat ya. "
"Aaa Lulus juga"
"Akhirnya keinginan gue untuk kuliah di jerman kesampaian ni. Nilai gue bagus YAAAA GUE.SENANG"

Luna menatap Lempeng segerombolan Siswa Siswi yang sedang berangkulan menyuwarakan kebahagian mereka

salah satu dari mereka. dia mengenalnya. itu primadona sekolah. Celsy namanya. ingin kuliah di jerman dengan jurusan Disainer. dan juga punya keinginan membangun karir model nya disana

dari mana dia tahu?

Tentu saja karena Celsy yang terus saja mengatakan itu setiap saat kalau ada yang menanyakan keinginan gadis cantik itu.

tidak ingin tertangkap sedang memperhatian para primadona sekolah. Luna berjalan cepat ke papan pengumuman. mencari namanya dari Banyaknya nama yang tertera disana.

Terus keatas. Luna belum menemukan namanya. dia sengaja mencari namanya dari bawah. hanya karena tidak ingin kecewa kalau nanti semua dugaannya selama ini ternyata hanya khayalanya saja.

Sampai akhirnya matanya melotot sempurna saat menemukan namanya di deretan peringkat  sepuluh besar dengan nilai Yang tinggi.

Sepuluh

Sepuluh

"Sepuluh"

Luna menatap tak percaya.  dia beneran masuk sepuluh besar. Rasanya ini bagaikan mimpi. akhirnya keinginannya. keinginan terbesarnya.

Jurusan kedokteran yang selalu dia impikan.

Tidak bisa ditahan lagi. Luna segera berlari pergi dari sekolahnya. dia akan segera memberitahukan semua ini pada  kedua orangtuanya yang akan kembali hari ini dari kanada.

Dia akan mengumumkan didepan wajah Angkuh Alfa. kalau dia mampu. dia akan jadi dokter yang hebat. dia percaya itu
dengan begini. Alfa tidak akan punya alasan apapun lagi untuk menahannya.

Dengan cepat Luna Memasuki mobil yang mengantarnya tadi. yang dikendarai Mang Asep sopir dadynya.

"Mang langsung pulang ya"

"Iya non" Jawab mang Asep cepat dengan tangan yang langsung bergerak lincah menghidupkan mobil.

" cepat mang!. Saya mau cepat-cepat sampai rumah"

Mang Asep mengangguk cepat dengan senyum tipis menghiasi wajahnya. sangat jarang sekali melihat nona mudanya ini bisa tersenyum sebahagia ini.

biasanya juga pasti senyum tipis dengan tatapan dingin. yang sering kali membuat nya berpikir kalau nonanya ini sedang banyak masalah.

tidak lama kemudian akhirnya mobil yang dikemudikan sopir keluarganya memasuki kawasan rumahnya.

Luna tersenyum semakin lebar membayangkan wajah bahagia  Kedua orang tuanya dan wajah Pias Alfa yang akhirnya kalah dari nya.

"Non. hati-hati" Mang Asep menggeleng pelan melihat Nonanya yang langsung berlari masuk kedalam rumah dengan semangat.

"ehmm!"  Suara deheman keras dibelakang mang Asep
membuat lelaki berumur 46 tahun itu segera berbalik badan. didepannya kini tuan mudanya berdiri angkuh dalam balutan  jas kerja dengan dasi yang sedikit longgar dan wajah yang terlihat sedikit pucat tapi tatapan tuannya seperti menyimpan seribu amarah yang siap meledak kapan saja

"Eh tuan. " Mang asep menyapa gugup.

"kenapa dengan Luna" Mang Asep berdiri tidak nyaman di tatap sedemian rupa oleh Alfa. dengan tangan yang saling bertautan didepan perut. Mang Asep menjawab

Alfa & Luna (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang