Tiga Puluh Dua

829 42 2
                                        

Karena semuanya butuh solusi, dan disini kita butuh solusi sayang!!
~~
~~
~

Dimas menatap heran Alfa yang pagi-pagi sudah duduk manis di depanya.

Menatapnya tajam. Dengan tangan bersidekap angkuh. Padahal ini di tempatnya tapi tetap saja Alfa seangkuh ini.

"Apa perlu ku usir" tawar Dimas. Sudah siap dengan kata-kata manis yang siap dia lontarkan pada pengganggu pagi nya

Bukankah Alfa masih dalam masa bulan madunya dengan Luna, mengapa lelaki ini punya waktu kemari.

Dan kemana Luna

"Dia dirumah" seolah tahu apa yang dia pikirkan. Alfa menjawab sinis.

Memangnya mengapa harus sesinis itu, padahal dia tidak berniat untuk merebut.

"Jadi?" Dimas mengambil posisi nyaman di atas kursinya. Setelah sebelumnya melepaskan jas kebesaran nya. Dan meletakkan nya digantungan.

Takut. Kalau-kalau Alfa akan mengajaknya ribut, dan jas dokter nya harus kotor hanya karena ulah menjijikkan Alfa.

"Gue butuh obat pengontrol emosi" Dimas mengernyit heran, Alfa memang emosian. Emosi lelaki itu paling sulit dikendalikan. Apalagi berhubungan dengan Luna.

Tapi kali ini mengapa, sampai Alfa mendatanginya yang jelas bukan dokter jiwa hanya untuk meminta obat seperti itu.

"Lo tahu, Lo gak bisa sembarangan ngesomsi obat laknat itu" Alfa mengangguk paham.

Suasana semakin terasa berat, Dia tahu ada masalah yang begitu berat yang membuat Alfa sampai berani mengatakan itu.

"Gue sudah mencoba memberi solusi" Dimas melanjutkan.

Alfa mengangguk mengerti, dia juga tidak tahu mengapa dia meminta obat seperti itu.

"Lo mendapatkan apa yang Lo mau itu solusinya, dan Luna sudah Lo dapatkan" dan sekarang masalahnya lebih besar dari itu

Semakin dia sadar dia sudah mendapatkan Luna. Ada sisi lain dari dirinya yang menginginkan Luna selalu tunduk dibawah kuasanya.
.
Mengingat janji yang pernah dia berikan untuk Luna. Kebebasan mutlak untuk gadisnya setelah Luna melahirkan anaknya.

Luna boleh kuliah. Luna boleh kembali berbaur dengan dunia luar, berjumpa dengan banyak orang. Yang membuatnya yakin. Semakin Pula Luna menjauh Darinya

Dan Keikut sertaan Raka dalam mengawasinya. Semakin membuatnya khawatir, kapan pun itu. Raka bisa saja membawa Luna pergi darinya.

Karena itu. Luna tidak boleh terluka. Karena itu dia harus bisa menjamin Luna baik-baik saja dalam kuasanya.

Sebelum Raka bertindak.

"Lo gak perlu dokter" Alfa langsung menatap tajam.

Dimas menghela nafas jengkel. Mendapati tatapan setajam itu. Dia ingin mencolok mata Alfa sekarang juga.

"Lo mau mati" dan perkataan setajam itu dari Alfa. Dia yakin. Dialah yang paling sabar dalam menghadapi Alfa

"Yang Lo butuh itu, keterbukaan, bukan obat, alergi aneh Lo yang gue gak tahu bagaimana cara mengobatinya itu_"Dimas berucap jengkel, menarik nafas dalam-dalam dia mencoba mengontrol emosinya yang bergejolak.

Banyangan Alfa yang sekarat hanya karena terlalu lama berada dibawah guyuran hujan saat itu, membuatnya harus berpikir keras. Bagaimana cara mengatasinya.

Dan sampai sekarang bahkan Alfa tidak mengatakan apapun padanya. Kenapa Alfa bisa mendapatkan penyakit seaneh itu.

"Sudah cukup membuatmu hampir merenggang Nyawa, tetasan hujan tidak seberbahaya itu. Tapi aku tidak tahu, sebenarnya apa yang membuatmu setakut itu"

Alfa & Luna (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang