2

280 21 0
                                    

" Gw balik " Blaze berjalan dengan penat kedalam ruang tengah rumahnya. Ice mengikutinya dengan santai.

Hari kedua dia terlambat pulang ke rumah. Tentu saja si Gempa datang menceramahi.  Ada pula Solar yang memberikan bahan bakar, alhasil api ocehan Gempa semakin besar. Cukup membuat Blaze ingin pingsan.

" Hadeh kak. Sehari nggak marah marah bisa kagak sih ? "

" Kamu sehari nggak bikin marah bisa kagak ?! " Balas Gempa.

" salah gw dimana dah kak? Kan gw cuma pulang terlambat, bukan habis ngebunuh orang " Bela Blaze.

" Bisa jadi kamu habis gelud sama orang lagi di luar sana "

" Emang gw pernah gelud sama orang? "

" Nggak usah pura pura lupa. Pas kamu gelud sama mantan pacar si bocil tu apaan? " serang Gempa.

" Bocil bocil bocil! Perasaan dari kemarin selalu aja ada pembicaraan yang libatin dia! " Bentak Blaze kemudian. " Gw udah jelasin gw udah nggak ada hubungan lagi sama dia! "

" Udah berani kamu ngelawan?! "

" Ya emang! Gue kagak suka kakak selalu aja ngomongin soal dia. Kek dunia ini nggak ada artinya tanpa dia. " Blaze berjalan ke kamarnya dengan menghentak hentakkan kaki. " Kalo kakak suka Ama dia tu ngomong aja, bukan malah sangkut pautin dia sama gue terus! " Ia membanting pintu kamar.

" Heh! Blaze! "

Panggilan Gempa sudah tidak di dengarnya lagi. Beberapa kali pun Gempa meneriakinya seakan cuma jadi angin berlalu di Indra pendengarnya. Ia terus berjalan marah ke arah tempat tidur. Kemudian ia menjatuhkan tubuh di atas kasur empuk itu.

Melelahkan sekali.

Bukan karena apa dia terlambat pulang. Ia hanya melaksanakan tugas- hukumannya untuk membersihkan kelas. Lagi.

awalnya dia hanya beradu argumen sedikit dengan salah satu teman sekelasnya. Tapi Dari hal sepele begitu juga harus di besar besarkan sampai di sangkut pautkan lagi dengan mantan pacarnya.

Mantan pacar?

Yah, kurasa kita bisa menganggapnya begitu.

Si bocil kalau Blaze yang memanggilnya dahulu.

" kak Blaze kenapa tuh ? " Duri datang menanyai Gempa.

" Habis ku marahi karena pulang terlambat lagi "

" Terus kenapa dia yang banting pintu? Harusnya kan kak Gempa ? "

" Itu artinya dia juga marah Duri " ice menyambung.

" Wih hebat kak Blaze bisa lawan kak Gempa ya ? " Duri bertepuk tangan sedikit.

" Yah, ku rasa memang aku keterlaluan tadi " gumam Gempa menghela nafas panjang. Ia meninggalkan ice dan Duri.

" Blaze? " Panggil Gempa sambil mengetuk pintu kamarnya.

Tiada jawaban yang terdengar. Gempa mencoba membuka pintu. Nihil, Pintu itu sepertinya telah di kunci.

" Blaze aku minta maaf " Gempa kembali mencoba mengetuk pintu.

Tidak ada juga jawaban sekarang.

" Permisi " Ice menghampiri. Ia membuka pintu dengan kunci cadangan kemudian masuk terlebih dahulu.

Gempa melangkah hendak memasuki ruangan juga, Namun dihentikan dengan tangan ice. Gempa menatapnya tidak faham.

" Pintu ini hanya terbuka untuk ku " ice membungkukkan badan seraya hormat main main untuk mengejek Gempa. Ditutupnya daun pintu dan meninggalkan Gempa dengan ke-heran-an nya.

In The Another LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang