21

62 10 0
                                    

" apa yang telah kulakukan! " Marsyal Hangkasa memaki dirinya sendiri.

Ia secara sadar telah menimbun Gempa dan Blaze di bawah bangunan.

Melihat bagaimana kondisi di atas permukaan lantai. Dimana semua prajurit sudah terkapar bersimbah darah dengan reruntuhan dinding dan atap, sepertinya Gempa dan Blaze juga mengalami hal yang sama di ruangan bawah tanah di sana.

Marsyal Hangkasa segera memerintahkan Golem besar kristal untuk membersihkan puing puing bangunan secara perlahan.

Marsyal hangkasa tidak bisa menjadi gegabah dan menggunakan kekuatan elemennya untuk memuntahkan tubuh gempa dan blaze dari dalam tanah.

Resikonya akan membuat kedua orang itu terluka parah. Jika mereka masih hidup mereka akan mati setelah Marsyal Hangkasa menggunakan teknik itu.

Marsyal Hangkasa tidak mau menganggap mereka sudah mati!

Terlebih lagi salah satu dari orang itu adalah Gempa. Ia juga pengendali elemen tanah. Setidaknya ia bisa memperkecil kemungkinan kematiannya kan?

" Anda Tenang saja, Kak Gempa pasti menjaga Blaze di bawah sana! " Duri menepuk pundak Marsyal Hangkasa.

Dengan sedikit perasaan kaget, Marsyal Hangkasa berbalik mendapati ke empat orang di belakangnya.

Duri dengan senyum ramahnya.

Solar yang sedang menatap reruntuhan dengan tatapan mengerikan.

Halilintar yang berwajah datar serta Taufan yang masih terlihat linglung melihat sekeliling.

" Aku rasa akan tetap berbahaya membiarkan mereka tetap berada di bawah sana, Duri " jawab Marsyal Hangkasa khawatir.

" Kalau begitu ayo cari mereka " Taufan menyahut kemudian berjalan ke arah reruntuhan bangunan.

Halilintar dan Solar mengikut di belakangnya.

" Aku akan berjaga di sini saja! " Duri berkeras tetap tak tau ke sana.

" Ayolah Duri, darah para prajurit disini tidak akan membuatmu kesakitan! " Solar menoleh menegurnya.

Faham Duri hanya membuat alasan karena takut dengan banyaknya darah berceceran di atas lantai.

Duri melemparkan tatapan horor. Bukannya ia takut, hanya saja darah sebanyak itu berbau amis!

" Aku akan berjaga di sini saja! " Tukas Duri.

" Aduh, ayo pergi bertiga saja! " Taufan kembali untuk menarik tangan Solar meninggalkan Duri.

Jika dibiarkan, keduanya akan tetap berdiri di pinggiran bangunan sambil beradu mulut.

" kalian mau Pergi ke mana ? " terdengar pertanyaan seseorang dari jarak jauh. Suara Seorang perempuan yang sangat tidak asing bagi Solar.

" Alinea! "

Solar segera mendapat sumber suara. Perempuan dengan rambut pirang panjang itu sedang berdiri di pilar bangunan sebelah, mengamati pergerakan mereka.

" Jangan mengira kalian bisa menyelamatkan pangeran api! " Michael berjalan mendekat juga dari sana.

Halilintar menatap datar pada puluhan pasukan prajurit yang mulai mengelilingi mereka. Taufan sudah mempersiapkan Hoverboardnya.

Duri berjalan mundur mendekati teman temannya.

Marsyal Hangkasa berseru " terlambat! Aku bisa memastikan roh api sudah memberikan kekuatannya untuk Blaze sekarang! "

" Dasar penghianat! " Michael menghentakkan pedangnya ke tanah dengan murka.

In The Another LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang