26

83 15 0
                                    

Halilintar berpindah pindah tempat dengan gerakan cepat, ia semakin menjauh dari Blaze dan yang lainnya.

Semakin jauh juga ia semakin sering melangkah ke belakang untuk mengecek keadaan. Meskipun sudah dalam jarak sejauh itu ia masih bisa melihat keadaan dengan jelas.

Ia tak bisa menahan diri untuk menangis.

Halilintar yang terkenal selalu berwajah datar sekarang menangis berdiri sendirian di belakang pilar pagar kerajaan yang sudah setengah Hancur.

" Apa yang harus ku lakukan? " Tanya Halilintar pada Dirinya sendiri.

Ia berkali kali menyeka air matanya sendiri dengan kedua tangan bergantian.

Dengan bibir bergetar ia terus mengucapkan kata kata kutukan. " Dunia sialan.. "

" Halilintar ? " Suara seorang perempuan bertubuh tinggi di dekatnya.

Halilintar menoleh dengan mendelik tajam. Bersiap untuk menyerang.

" benar kau Halilintar 'kan? " Perempuan itu terlihat tidak menunjukkan ketakutan. Ia lebih bersikap berwibawa dan mengayomi.

Pertanyaan halus nya malah semakin membuat Halilintar curiga.

Tipuan macam apa lagi yang akan perempuan ini keluarkan untuk membodohi Halilintar?

" maafkan aku jika membuatmu takut nak.. " perempuan itu memanggil Halilintar dengan panggilan yang cukup menggelikan.

Padahal Jelas saja perempuan itu tidak memiliki perbedaan umur yang jauh dengan Halilintar.  

Halilintar menggenggam erat pedang di tangannya.

" ...kau kenal dengan ice ? "

Melihat sikap waspada Halilintar, si perempuan asing itu bertanya dengan lugas.

Halilintar menjadi lebih marah. Selama ia berada di sini ia belum bertemu Ice. Ia sudah mengambil pendapat bahwa ice di sandera di tempat lain.

Skrang Halilintar bertemu dengan orang yang bertanggung jawab untuk itu. " Di mana kau mengurungnya ? "

" Hah? " Bukannya menjawab. Perempuan di hadapannya malah memiringkan kepalanya seperti tidak mengerti.

Halilintar berdecak tidak percaya dengan sikap berpura pura tidak tahu. " Ck, cepat katakan dimana kau mengurung ice "

Halilintar tanpa ragu menodongkan pedang ke dekat leher perempuan itu.

Keringat dingin mulai muncul di pelipis perempuan berambut panjang bergelombang itu. Ia dengan hati hati mundur dari Hadapan Halilintar.

Setelah beberapa detik berlalu dengan kesunyian. Perempuan itu kembali berucap dengan lembut. " Ikutlah denganku "

Pernyataan itu menjawab pertanyaan Halilintar. Halilintar menurut dan pergi bersama dengan perempuan itu.

" Blaze sekarang bukanlah dirinya sendiri. Dia telah dikendalikan oleh Roh Api yang agung " jelas perempuan itu sambil memimpin jalan.

Halilintar berhenti mengikutinya. Ia berfikir, bagaimana perempuan ini bisa tau? Pasti itu karena ia sudah mengintai dari awal.

Bodohnya halilintar tadi mengikutinya tanpa rencana yang matang. Bisa saja setelah dibawa jauh ia akan dibunuh dengan ganas oleh banyak orang.

" Bagaimana kamu bisa tahu? " Tanya Halilintar.

" Yah.. " perempuan itu terlihat berfikir untuk sejenak. " Dia berbeda dari saat terakhir aku melihatnya. "

" Kamu pernah bertemu dengan Blaze sebelum ini ? "

In The Another LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang