Huru hara besar terjadi di Kerajaan Air. Putri Kerajaan Air satu satunya telah meninggal dunia di depan menara kerajaan. Merupakan berita yang sangat menyayat hati mengingat bahwa baru setahun yang lalu putra mahkota kerajaan ini meninggal dunia.
Mereka semua berduka atas kematian putri kerajaan. Berita itu telah sampai bagai angin kencang hingga keluar kerajaan air.
Orang orang dari kerajaan lain pun berdatangan ke kerajaan air untuk menunjukkan bela sungkawa.
Marsyal angkasa yang baru sadar dari koma pun sudah berada di pemakaman sang putri.
Ice menatap datar pada makam yang terpampang jelas dihadapannya. Semuanya terjadi begitu cepat, ia masih belum bisa percaya pada semuanya.
" Di mana Blaze? " Tanya Duri kepada Taufan berbisik bisik.
Mereka semua hadir di pemakaman ini terkecuali Blaze. " Dia pergi sendiri ke pemakaman Ciel " jawab Taufan.
" Jangan berbincang di depan pemakaman" tegur Gempa kepada mereka.
.
.
Blaze berdiri sendirian di depan makam Ciel. Tempat di sekitarnya juga sudah penuh dengan nisan. Tempat ini adalah pemakaman umum di kota kerajaan.Untuk kemari dibutuhkan waktu berjam jam dari kerajaan. Blaze pergi kemari bersama para prajurit yang memakamkan jenazah Ciel, kemudian ia berjanji akan kembali ke kerajaan segera. Ia memerintahkan para prajurit itu untuk kembali ke kerajaan terlebih dahulu.
Di tangan Blaze ia menggenggam secarik kain. Kain bertuliskan darah yang sebelumnya Ciel genggam sampai akhir hidupnya.
Blaze mengambil kain itu dari para pelayan yang mengurus jenazah. Mereka tidak mengerti dengan tulisan yang tertera pada kain sehingga mereka tidak terlalu mempermasalahkannya.
" Blaze ? " Terdengar suara seorang perempuan dari belakang Blaze memanggilnya dengan lirih.
Blaze membalikkan badan melihat siapa gerangan perempuan itu.
" kau? Alinea ? " tanyanya ketika melihat dengan jelas Alinea berdiri tak jauh darinya.
" Rupanya kau sudah membunuh Ciel " tegur Alinea melihat makam di belakang Blaze. Suaranya agak teredam karena pakaian yang dikenakannya.
Alinea menggunakan tudung panjang lengkap dengan penutup wajah.
Blaze tidak menjawab sepatah katapun. Ia hendak menyangkal tetapi terlalu malas berdebat dengan siapapun.
" Aku menemuimu karena kebetulan melihatmu disekitar ini. " Jelas Alinea melihat blaze terdiam.
" Aku sudah membukakan gerbang untuk kembali ke dunia kalian, ku harap ini setimpal untuk kalian memaafkan tindakanku sebelumnya " sambungnya tanpa menunggu jawaban Blaze. Ia terdengar tulus. Tidak ada keraguan yang terpancar dari matanya.
" Berapa lama waktu yang tersisa untuk kami bisa menggunakan gerbang itu ? " tanya Blaze.
" Satu setengah jam dari sekarang. Lokasinya berada di hutan perbatasan kerajaan tempatmu dulu bersama Ciel. "
" Apakah aku bisa mempercayaimu ? " Blaze mengernyitkan dahi setelah mendengar pernyataan itu. Keraguan mulai muncul kembali di hatinya setelah alinea mengingatkan Blaze tentang masalah sebelumnya.
" Percaya kepadaku atau tinggal saja di dunia ini selamanya, itu terserah kepadamu " alinea berbalik meninggalkannya setelah berkata demikian.
Blaze kembali melihat arah makam Ciel. " Aku akan mengingat janjimu "
.
Blaze kembali ke kerajaan menemui saudara saudaranya. Disana mereka sedang berbincang dengan Ratu Kerajaan Air.
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Another Life
FanfictionHari Minggu ini, Ke tujuh saudara elemental menghadiri pesta perayaan di vila mewah pulau terpencil. Di akhir pesta salah satu dari mereka tak sengaja membuka gerbang dimensi lain, membuat mereka bertujuh terlempar ke dalamnya dan harus hidup dalam...