10

120 13 0
                                    

" disini aku kehilangan semuanya. Ibuku, ayahku, teman temanku. Tapi Aku memilihnya sendiri. Aku kabur dari dunia ini. "

" aku datang ke dunia itu untuk mengikutimu " ucap Ciel padaku setelah ia selesai dengan semua ceritanya.

Aku menunduk ragu, semua cerita itu tidak bisa dicerna oleh akal sehat. Tetapi melihat semua kejadian sebelumnya, cerita itu akan menjadi penjelasan yang lebih dari cukup.

Jikalau benar bahwa aku adalah putra dari raja kerajaan ini, tidak mengherankan para prajurit itu mengejarku. Mereka mungkin sudah mencariku bertahun tahun sampai menemukan cara agar dapat bertemu denganku melewati gerbang ruang dan waktu. Namun..

" Dari cerita Lo, gue bisa faham kenapa Lu susah susah nyariin gue ke dunia sebelah. Tapi kenapa para prajurit kerajaan ini juga mencari dan mengincar ku ? " Ku singkirkan gengsi SE jauh jauhnya untuk bertanya pada Ciel. Meskipun bagiku pertanyaan ini konyol, setidaknya mungkin Aku bisa menggali informasi.

Lain dariku yang tak tau sama sekali jalan keluar dari kehidupan ini, Ciel sepertinya tahu betul tentang itu.

Biar sebenci apapun aku padanya, se tidak masuk akal apapun ceritanya, dia bilang dia tau di mana ice dan yang lainnya, maka aku harus berteman dengannya.

" Tentu saja mereka mencarimu atas perintah Baginda raja. Ia hendak menghukummu atas kejadian yang lalu "

" Yang benar aje, salah gue apaan ? " gumamku.

" Membuat portal menuju dunia lain itu sudah tentu hal yang tidak baik, kan?? " Ciel menjawabnya seakan mendengar jelas apa yang ku katakan. " kau benar, Seandainya aku tau akhirnya akan seperti ini aku tidak akan kabur dari kerajaan dan menyusul ke dunia itu "

Lirihnya terdengar sangat memprihatikan. Jujur aku sedikit iba terhadapnya. Jika semua yang ia katakan benar, artinya ia sudah melewati hal hal buruk itu sendirian.

Ia mungkin sudah melewati beberapa hukuman sendirian sebelum akhirnya kabur ke duniaku. Ia pastinya sudah kehilangan sosok ayah, keluarga dan teman temannya di sini.

Tidak ada yang merangkulnya ketika sedih, seperti Taufan kepadaku. tidak ada yang merawatnya ketika sakit, Seperti apa yang dilakukan gempa kepada ku jika aku sakit.

Setahuku, orang orang yang melakukan sesuatu yang baik kepada orang lain, menginginkan perlakuan yang sama untuk dirinya. Misalnya dia yang menjagaku saat tak sadarkan diri, ia pasti sangat membutuhkan teman saat ini.

" Ga usah lu pikirin " ucapku padanya ketika kulihat ia mulai menatap kosong sekeliling kami.

Ia menoleh ke arahku seakan bertanya apa yang aku maksudkan.

" Maksud gue, kata kata gue buat lu sebelumnya gak usah di pikirin. Gue cuma kebakar emosi pas itu " jelasku untuknya.

Ku lihat raut wajahnya sudah hampir menangis, pelupuk matanya sudah penuh dengan senyawa cair yang sebening kristal. ku sadari aku sudah menjadi orang yang sangat jahat dengan mengatainya seperti itu sebelumnya.

" Aku tau kau mengatakannya hanya untuk menghiburku "

Kata Gempa, perempuan itu bukannya cengeng, mereka hanya lebih banyak memakai hati daripada logika, sehingga biarpun hanya secuil masalah yang melukai perasaannya ia bisa menangis tersedu-sedu.

Aku pernah melihat narziel menangis karena melihatku berfoto dengan salah satu kakak kelasku. Kalau di fikir fikir, di bandingkan dengan apa yang dialami Ciel saat ini, konyol sekali aku menenangkan narziel dengan menghapus air mata di pipinya saat itu.

In The Another LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang