23

65 13 0
                                    

" hentikan langkah mereka, duri! " Perintah Solar. Ia mengarahkan  tangan ke pasukan prajurit yang sudah selangkah lagi akan menggapai mereka.

Diantara kerumunan massa ini. Alinea sudah menepi dan siap melihat bagaimana jalannya perang saat ini.

Dengan banyaknya jumlah prajurit ini tentu raja pyrapi sudah mempertimbangkan dengan baik juga waktu meledaknya ruangan.

Atau kemungkinan yang lebih baik lagi raja pyrapi sudah bisa menekan kekuatan roh api.

Mengingat kembali bahwa raja pyrapi sudah menyerap kekuatan elemen api dari pangeran api sebelumnya. Kekuatan itu adalah tingkat dua. Kekuatan Raja pyrapi pasti sudah bisa setara dengan roh api!

Alinea menghela nafas lega dan menutup matanya dengan tenang untuk sesaat.

Setelah ia membuka kembali matanya ia melihat.

Sebagian besar pasukan prajurit di hadapannya sudah terjerat akar akar pohon yang kuat.

sisanya masih berusaha mendekati pihak lawan, tapi mereka tumbang begitu saja setelah terkena sebatan pedang Halilintar.

Alinea berlari hendak keluar dari tempat itu.

Alinea bisa merasakan getaran tanah yang dipijakinya. Sebelum ruangan bawah tanah itu runtuh lagi ia harus keluar!

" Hendak ke mana kamu? " Halilintar berdiri tepat dihadapannya.

Alinea menabrak dada bidang pria bermata merah itu. Kakinya menjadi kaku dan tubuhnya seketika bergetar ketakutan.

Meskipun begitu ia tetap menunjukkan wajah angkuh dan mencoba untuk menggertak " meninggalkan kalian mati disini! "

" Bukankah kamu berkata ingin mati disini bersama kami? " Halilintar berkata dengan pelan di dekat telinganya.

Alinea bahkan tidak bisa bernafas dengan normal. Ia merasa terintimidasi dengan energi elemen Halilintar.

" Mati saja disini dengan para prajurit payahmu.. " Halilintar kembali berbisik.

Alinea menyadari, kedua kakinya sudah terlilit akar pohon.

Akar akar itu perlahan menyelimuti seluruh tubuhnya. Menahannya tetap di tempatnya berdiri.

Ketika melihat kembali ke arah halilintar di depannya. Matanya membelalak kaget.

Halilintar tanpa aba aba mundur beberapa langkah darinya sambil bersiap dengan pedang merah di tangannya.

Jleb!

Pedang itu ditusukkan langsung ke perut Alinea.

Ia terbatuk untuk beberapa detik pertamanya. Bercak darah segar mengalir ke dagunya. " Aku tidak akan lupa.. "

" ini.. " Alinea mengumumkan kata kata itu sebelum ia terkulai lemas di atas tanah. Tubuhnya lepas dari jeratan akar akar pohon elemen Duri.

Halilintar menghela nafas berat setelah melihat penampakan di depannya. Sebenarnya ia pun tidak akan begitu tega membunuh seseorang.

Terlebih lagi orang yang dibunuhnya ini adalah perempuan. Berat baginya untuk tidak menunjukkan ekspresi terbebani.

Dahinya mengerut masam. Tidak kuat mencium bau amis darah.

Suasana di sana seketika menjadi sunyi kembali untuk detik detik selanjutnya.

" Kalian akan membayar mahal karena telah membunuh dua bawahan ku.. "

Desisan pelan datang dari arah masuk

Raja Pyrapi berjalan sambil menyeret pedang panjang. Ketika ia sudah berada di jarak yang tepat dengan Halilintar, ia mengayunkan pedang itu ke depan.

In The Another LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang