Duri akhirnya bisa melepaskan kekuatan elemen tingkat tiga yang tadi berusaha keras ia kendalikan dengan baik.
Alpha Tumbusaurus menghilang dari Medan perang meninggalkan berkas berkas cahaya yang gemerlap.
Ia tersungkur ke tanah dan bertumpu tangan. Ia hampir tidak bisa duduk karena kehilangan keseimbangannya.
Solar menghampiri dan menopang tubuhnya. Solar duduk di belakangnya membaringkan ke pangkuannya.
Halilintar dan Taufan juga tidak jauh berbeda. Mereka menggunakan sebagian besar kekuatan mereka hingga saat ini.
Marsyal Hangkasa mendekati mereka dengan perasaan bersalah. Tidak ada yang bisa ia lakukan, ia tidak tau teknik pengobatan dengan kekuatan elemen tanah miliknya.
Melihat kondisi sekitar, semua prajurit sudah seperti tumpukan serangga mati. Mereka terkapar tak berdaya setelah menerima badai listrik hasil kombinasi kekuatan Taufan dan Halilintar.
Marsyal Hangkasa bisa menghela nafas lega untuk sesaat.
" Kita masih tidak bisa bersantai sekarang " ucap Solar.
" Raja Pyrapi pasti sedang merencanakan sesuatu di tempat tersembunyi" tambahnya.
" Benar, semenjak gelombang air itu datang ia tiba tiba saja menghilang. Kemana dia? " Taufan menimpali. Ia mendongak melihat sekeliling mencari keberadaan raja pyrapi.
" Apakah kalian belum juga lelah melawan kami? " Raja Pyrapi datang dari arah belakang mereka. Ia muncul di dekat kawah tanah yang sudah digenangi air.
Halilintar mengerutkan keningnya.
" Keluarkan semua pasukan mu, kami akan menghabisi semuanya sebelum kamu! " Taufan menggertak. Tentu Ia merasa hebat sudah bisa mengalahkan ribuan orang tadi.
" Sombong sekali... " Raja Pyrapi berdecak kesal, ia menggelengkan kepala beberapa kali.
" Aku yakin kekuatan kalian sudah terkuras banyak setelah bertarung dengan pasukan prajurit ku "
" Kalian akan mati dengan satu kali seranganku "
" Jangan memandang rendah kepada kami! " Duri berteriak mendengarnya mengoceh.
" Kalian juga tidak bisa memandang rendah kepadaku! " Raja Pyrapi melambaikan tangannya.
Semburan api dengan suhu tinggi langsung menyambar ke arah Duri.
Marsyal Hangkasa mengambil tempat di depannya. Menghalangi serangan api dengan dinding tanah.
" Cepat! Pergi dan pulihkan kekuatan kalian dulu " titah Marsyal Hangkasa.
Halilintar mengangguk faham dan segera menarik Duri ke atas pundaknya. Ia hendak menggendong adeknya itu untuk mencari tempat persembunyian.
Belum cukup satu langkah Halilintar pijaki, seorang perempuan bertubuh pendek berdiri di hadapannya.
Perempuan itu menghalangi jalan.
" kak Ciel.. " Duri melihatnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Ia ingin marah, tetapi ia juga masih berharap kakak cantik itu akan membantunya saat ini.
" Jangan mencoba mencari cara untuk kabur dari sini " Ciel dengan angkuh menatap Halilintar.
Matanya beradu pandang cukup lama dengan pemilik kekuatan elemen Petir yang dingin itu. Untuk beberapa saat ia terdiam. Lantaran Halilintar tidkk berniat menjawab pernyataannya sama sekali.
Halilintar melenggang pergi dengan melewatinya. Ia bahkan sengaja menabrak bahu kanan perempuan itu seperti mendorongnya.
" Tetap lah disini " Michael juga datang dan menghalangi jalan Halilintar.

KAMU SEDANG MEMBACA
In The Another Life
FanfictionHari Minggu ini, Ke tujuh saudara elemental menghadiri pesta perayaan di vila mewah pulau terpencil. Di akhir pesta salah satu dari mereka tak sengaja membuka gerbang dimensi lain, membuat mereka bertujuh terlempar ke dalamnya dan harus hidup dalam...