12

62 11 0
                                    

Pagi hari berikutnya, Blaze terbangun dengan perasaan hangat, tangan kirinya ia naikkan untuk melindungi mata dari teriknya mentari, sinarnya begitu menyilaukan sekarang,namun dedauanan dan jerami yang ditempati oleh Blaze tidur masih berembun, artinya hari ini baru saja dimulai.

Ketika menengok ke kanan kiri, senyuman yang disinggung kan olehnya perlahan pudar, ia ingat dengan saudara saudaranya yang tengah menjadi sandera di kerajaan antah berantah jauh disana. 

Melihat sosok perempuan yang tidur di tumpukan jerami tak jauh darinya pun blaze semakin banyak berfikir tentang saudara saudaranya.

Jika yang dikatakan Ciel benar adanya blaze harus segera datang menyelamatkan mereka.

Bagaimana pun caranya blaze akan mendapatkan kembali mereka semua.

" Ciel ? " Panggil blaze menoleh ke arahnya.

Dengan pelan, Ciel membuka matanya, mengumpulkan kesadaran untuk menjawab panggilan yang ditujukan kepada dirinya.

Kemudian, setelah Blaze yakin Ciel sudah benar benar bisa diajak berbicara, blaze kembali melayangkan pertanyaan untuknya.

" Kau tau jalan menuju istana kan? "

Ciel terbelalak kaget mendengar pertanyaan tersebut. " Ya? Apa? "

  " Kau mendengarnya dengan jelas kan? "

" Ma- maksudku kenapa kau menanyakan hal seperti itu? Tentu saja aku tau tapi- "

" Sudahlah aku tidak mau membuang buang waktu lagi, ayo kita pergi kesana " blaze beranjak dari tempat duduknya.

" Tapi kemarin kamu sendiri yang mengatakan bahwa kamu tidak akan datang kesana tanpa rencana apa apa " Ciel mengikuti langkahnya menjauhi dari tempat mereka menginap.

Ciel menatap tempat itu dengan tatapan sangat berarti menapaki Langkah yang perlahan akan membawanya jauh dari sana.

Blaze hanya berdiam diri saja, sibuk melihat sekeliling seperti mencari jalan yang benar untuk dilalui.

  " Kamu sudah punya rencana ? " Ciel memiringkan kepala dan melihat muka blaze tepat dihadapannya.

" Tidak " jawab blaze dengan entengnya.

Ciel terdiam dan terpaku pada perasaan yang menjeratnya. Entah apa yang ada dipikiran Blaze sekarang, ia tak tau apa apa.

" Kita bisa memikirkan rencana setelah kau memberitahukan ku mana jalan yang harus kita tempuh untuk menuju kesana! " Blaze berbalik memberitahukannya.

" ..kenapa begitu ? " Tanya Ciel lagi.

" Astaga yang benar saja. Kau benar benar bodoh " ejek Blaze dengan sedikit memalingkan padangan miris dan suara kecil. 

" Aku mendengarnya kok " jawab Ciel.

" Sengaja " ucap Blaze.

"...? " Tatapan Ciel yang penuh tanda tanya itu sama sekali belum berubah sedari tadi.

" Dengan mengetahui pasti Tempat tujuan kita bisa menyusun rencana dengan efisien. " Jelas blaze kemudian. " Masa kita bikin rencana lompat masuk pagar kerajaan eh pas nyampe sana tentaranya udah siap dari abad lalu jagain pagermya " canda Blaze.

Ciel malah terlihat semakin memiringkan kepalanya. Bahkan alisnya ia. Naikkan sedikit untuk menambah kesan penasaran.

" Lupakan saja " Blaze menghela nafas dengan malas.

" Katakan saja cepat, di mana lokasi pasti kerajaan itu. "Tegur Blaze

Ciel menganggukkan kepalanya tanda ia faham. Ia berjongkok dan mengambil setangkai kayu yang sudah jatuh dari pohonnya. Ia menggambarkan sebuah peta di atas permukaan tanah untuk memberikan penjelasan kepada Blaze.

In The Another LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang