30

100 10 3
                                    

Halilintar, Ice dan Aquarine berhasil memberikan obat kepada Blaze dengan arahan dari tabib kerajaan. Ratu Kerajaan  Air juga sudah sadar dari pingsan dan merasa lebih baik untuk masa sekarang.

Mereka semua yang berada di kerajaan air bisa bernafas dengan lega.

Ratu Kerajaan Air mengatakan bahwa efek obat itu akan berfungsi paling cepat esok hari. Mereka harus menunggu lagi untuk bertemu dengan Blaze.

Aquarine menyarankan kepada Halilintar dan Ice untuk tidur di kamar yang berada di lantai dua istana. Mereka bisa mendapatkan tempat tidur yang nyaman disana.

Namun Halilintar dan Ice menolak. Mereka memilih untuk bermalam di aula ini bersama saudara yang lain. Membantu para tabib berjaga sepanjang malam dan mengawasi Alinea yang belum juga sadar.

Tabib mengatakan bahwa kondisi Alinea memang sangat parah, jika ia belum bisa sadar sampai esok hari sudah bisa dipastikan nyawanya tidak bisa diselamatkan. Darahnya yang terkuras itu cukup banyak. Cedera organ dalamnya juga parah.

Berbeda dengannya, Gempa, Solar, Taufan dan Duri diperkirakan akan segera sadar sebentar lagi. Karena alasan itu jugalah Halilintar dan Ice menolak keras untuk meninggalkan mereka.

Sementara itu. Marsyal Hangkasa sudah dipindahkan ke ruangan lain yang lebih privat. Beberapa prajurit dari kerajaan tanah juga datang untuk menjaga kamarnya dan tidak ada seorangpun yang boleh memasuki kamar itu selain petinggi kerajaan air atau tabib yang menanganinya.

Pukul tujuh malam hari. Ice berdiri di dekat tempat tidur Gempa. Ia mengamati setiap lapisan perban yang menyelimuti kulit Gempa.

Sepertinya perban itu akan meninggalkan rasa sakit luar biasa saat ia dilepaskan. Ice meringis ngeri memikirkannya. Dalam ingatannya, Gempa adalah sosok yang tidak pernah mengeluh atas apapun yang menimpanya, tetapi sekarang Ice tidak yakin apakah gempa masih akan bertahan dengan prinsip itu?

" Ice ? " Gempa memanggilnya tanpa membuka mata. Tangannya bergerak memegang pergelangan tangan Ice.

" Kak Gempa! " Ice sontak berucap dengan sumringah. Membuat Halilintar juga langsung mendekatinya.

" Aku juga disini " figur Halilintar menarik tangan Gempa yang satunya lagi. " Apa kau membutuhkan sesuatu? Apakah terasa sakit? "

Gempa terkekeh kecil tetapi tetap tidak membuka matanya. Ia melepaskan tangan Halilintar dan berusaha bangun dari tempat tidurnya.

Halilintar dan Ice bekerja sama membantunya duduk dengan baik. Sebuah bantal empuk ditempatkan di belakangnya untuk disandari.

" Aku baik baik saja.. " jawab Gempa terhadap pertanyaan Halilintar barusan.

" kakak sudah lama sadar? "  Tanya ice seraya mengelus rambut Gempa yang mengeriting karena terbakar api. Rambut itu rupanya terasa sangat kasar saat disentuh. Ice menjadi semakin sedih ketika mengetahuinya. Muka datarnya berubah cemberut.

" Tidak perlu mengkhawatirkanku, aku baik baik saja ice " seakan melihat ekspresi Ice, Gempa menasehatinya.

" Bagaimana kakak bisa melihatku ? " Ice bertanya lagi setelah menyadari Gempa bisa mengetahui segalanya tanpa melihat apa apa.

" Hanya perasaan " Gempa mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh.

" Apa yang terjadi setelah aku pingsan? Bagaimana kita semua bisa berakhir di tempat ini? " Tanya Gempa.

Halilintar dan ice saling bertukar pandang. Menurut mereka, aneh Gempa bisa mengetahui mereka berada di tempat yang sama dengan Taufan duri dan yang lainnya disini.

" Ice Berhasil Menyelamatkan kita semua " Jawab Halilintar.

" Benarkah? Apa kau terluka parah Ice? " Gempa menarik tangan ice seraya mengeceknya.

In The Another LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang