Halilintar mendekati Duri, Taufan dan Solar.
" Ayo kita susul Marsyal Hangkasa ke dalam sana " ajak Solar seraya menunjuk jalan ke ruangan bawah tanah yang sebelumnya telah Marsyal Hangkasa bersihkan kembali.
Halilintar mengangguk mengikuti langkahnya.
" Ruangan ini terlihat sangat tidak baik, kak hali " gumam Duri melihat sekelilingnya. Tangga ini sudah tidak terbentuk lagi.
" Bukannya tadi kau bersikeras Bahwa gempa baik baik saja di bawah sini? " cibir Taufan setelah mendengar nada menye menye itu.
" Aku tidak tau akan se-parah ini " jawab Duri.
" Sudahlah, jangan banyak bicara " solar menegur mereka berdua.
" Kita perlu mendengarkan suara dari dalam sini untuk mengetahui jalan mana yang akan kita ambil " Solar menghela nafas panjang melihat banyaknya terowongan bawah tanah di hadapan mereka.
Sepertinya ini dampak dari kekuatan elemen tanah. Terowongan ini agak tidak terbentuk dan seperti muncul secara alami.
" Ada lima terowongan disini, kita berpencar dan periksa satu satu saja dulu " usul Taufan.
" Kalau salah satunya labil dan kalian terjebak di dalam? " Solar menimpali.
" Benar juga " gumam Taufan memikirkan kembali idenya.
" Bagaimana kalau ku coba telusuri dengan akar menjalar? " Duri ikut mengusulkan.
" Akar itu bisa menembus tanah, Duri.. " Solar menggeleng geleng mendengar ide yang jauh lebih tidak masuk akal itu.
" Iyaa! Kalau pun akar akar itu menabrak lapisan tanah di dalam sana pasti kau tidak akan bisa merasakannya kan? " Taufan mengejek adeknya dengan tatapan remeh.
" Jangan mencibir, idemu juga buruk kok tadi! " Duri membela diri.
" Diam.. " Halilintar melayangkan tatapan tajam kepada mereka bertiga.
Iris merahnya terlihat bercahaya di dalam ruangan bawah tanah yang gelap itu.
" Ada sumber cahaya! " Solar menunjuk ke arah terowongan di kiri Halilintar.
Pantulan Cahaya dari terowongan itu yang membuat mata Halilintar tampak mengilat.
Halilintar membalikkan tubuhnya untuk melihat arah yang ditunjukkan oleh Solar.
" Ayo kita ke arah sana saja ? " Ajak Duri.
Selanjutnya merekapun segera mengambil langkah mendekati terowongan bawah tanah yang gelap itu.
Di atas permukaan tanah, diantara ratusan prajurit yang sudah terkapar di lantai dengan reruntuhan bangunan.
" Di mana mereka semua..? " Alinea menatap kekosongan di hadapnnya.
Taufan, Halilintar, Duri dan Solar sama sekali tidak terlihat berada di sekitar sini.
Michael pun sama. Ia tidak ada lagi di tempat ini.
Ciel menggigit tangannya risau. " Bagaimana kalau kakakku sudah dibunuh dan di kubur..? "
" Sembarangan saja. Mereka tidak mungkin melakukan hal se-keji itu " Alinea mendengus dingin.
" Mungkin mereka sudah masuk ke sana " lanjut alinea sambil menunjuk jalan ke ruangan bawah tanah.
Setelah itu mereka menyusuri terowongan bawah tanah yang sebelumnya juga di lewati oleh Halilintar dan yang lainnya.
Jika di lihat dari atas, mereka semua sebenarnya berada di satu jalan yang sama, Marsyal Hangkasa berada di posisi paling depan, ia sudah dekat dengan ruangan roh api.
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Another Life
FanficHari Minggu ini, Ke tujuh saudara elemental menghadiri pesta perayaan di vila mewah pulau terpencil. Di akhir pesta salah satu dari mereka tak sengaja membuka gerbang dimensi lain, membuat mereka bertujuh terlempar ke dalamnya dan harus hidup dalam...