29

72 16 0
                                    

" Yang Mulia Ratu! " Seorang pelayan berlari mendekati Ratu kerajaan air yang masih terus mencoba menstabilkan detak jantung Blaze.

" Yang Mulia Ratu, anda belum makan sejak anda datang kemari. Kami khawatir anda akan sakit jika terus seperti ini " ucap sang pelayan.

Ratu Kerajaan Air menoleh dan menjawabnya dengan suara gemetar " aku baik baik saja "

" Yang Mulia.. " sang pelayan semakin khawatir. Ia tidak pernah bisa membantah perkataan Ratunya itu. Jika sang ratu berkata A maka ia akan melakukan A selamanya. Tidak ada yang bisa menghentikannya.

" Bagaimana kalau anda serahkan ia kepada kami saja Yang Mulia ? " Seorang tabib yang tadinya mengurus Ciel datang ke dekat Ratu kerajaan air. Ia mengajukan diri dengan tulus sambil memberi hormat.

" Aku tidak bisa.. " Ratu kerajaan air menjawab dengan lirih.

" Aku tidak akan membiarkan anak ini mati.. " sambungnya. Tubuhnya mulai bergetar hebat dan ia akan kehilangan keseimbangannya.

Di usianya sekarang, ia sudah tidak bisa menggunakan begitu banyak energi elemen air. Akan berbahaya bagi fisiknya.

" Yang Mulia! " Pelayan bergegas menopang tubuhnya.

" Aku baik baik saja.. " jawab Ratu dengan kata yang sama seperti sebelumnya. Tangannya masih dengan cekatan mengeluarkan kekuatan penyembuhan dasar elemen air untuk menjaga detak jantung Blaze.

" Beritahukan kepada prajurit yang ku minta mencari obat itu untuk segera kembali.. dapatkan obat itu secepatnya.. " dengan suara serak Sang Ratu kembali berbicara kepada pelayannya.

" Tentu! Tentu Yang Mulia " pelayan itu menjawab dengan hormat. Ia menoleh dan memberitahukan kepada tabib di dekatnya untuk mencarikan obat itu.

" Ku katakan Dengan jelas beritahukan kepada para prajurit.. bukan pada para tabib.. " tutur Ratu kepada pelayannya.

" Maafkan saya yang mulia, saya tidak bisa melepaskan anda dan pergi keluar dari ruangan ini. " Jawab pelayan itu dengan sigap.

" Saya juga tidak keberatan membantu anda Yang Mulia. Anda tidak seharusnya begitu segan dengan saya! " Tabib itu protes sebelum berlari keluar dari ruangan. Ia dengan ikhlas menggantikan posisi pelayan kerajaan untuk berlari sepanjang koridor mencari prajurit lain yang kiranya bisa membantu ia menyampaikan pesan.

Berselang beberapa saat kemudian para pelayan mulai berkumpul di luar pintu aula kerajaan, mereka sudah siap bergerak jika Sang Ratu kenapa kenapa.

Mereka mulai heboh. Mereka berbisik bisik menggaungkan banyak pendapat yang berbeda beda.

Tabib yang tadi sudah berkeliling kerajaan mencari prajurit yang bertugas untuk menemukan tanaman obat yang Ratu maksudkan. Usahanya tidak sia sia dan ia akhirnya kembali ke aula dengan memegang kabar penting.

" Yang Mulia! Ini tidak bagus yang Mulia " sang tabib berujar kepada Ratunya. Dengan paras khawatir ia berlutut penuh penyesalan.

Ratu kerajaan air dengan lemah langsung menoleh melihatnya. Tatapannya hanya bisa diartikan ' bagaimana? '

Ia tidak sanggup berucap biarpun hanya sepatah kata itu.

" Pasukan yang dikerahkan khusus untuk mencari Tanaman obat itu sudah menyebar ke berbagai negara tapi mereka belum juga menemukannya! " Jelas sang tabib.

Ratu seperti kehilangan jiwanya. Ia terkulai lemas bersandar pada pelayan di belakangnya.

Puluhan pelayan yang tadinya berdiri di ambang pintu, sekarang mereka berhamburan memasuki ruangan. Tidak ada yang ingin melewatkan kesempatan untuk membantu Ratu mereka yang sangat bijaksana.

In The Another LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang