16

73 14 0
                                    

Suasana menjadi hening setelah kedatangan Marsyal hangkasa.

Blaze mengira ngira, mungkin Marsyal hangkasa ini memiliki jabatan yang lebih tinggi daripada ketiga orang di belakangnya. Ciel, Michael dan jenderal baya.

" Di mana kamu mengurung saudara saudara ku? " Tanya Blaze kepada Michael.

" Kamu bisa diam sebentar tidak sih? " Ciel menjawabnya duluan.

" Aku tidak sebodoh kamu sampai akan memberitahukan hal sepenting itu haha! " Michael menimpali.

" mengapa kalian membiarkannya bisa bicara begini? " Masryal jangka angkat bicara.

Dengan angkuh, manik hijau dedaunannya menatap Blaze merendahkannya. " Mulutnya benar benar berisik sampai aku bisa mendengar dari bangunan utama! "

" Maafkan kami masyal hangkasa, merupakan perintah dari raja pyrapi untuk tidak melukainya sama sekali " jawab jenderal baya.

" Aku tidak berkata kalian harus melukainya " Marsyal hangkasa mengeluarkan sebuah gulungan kertas hitam dari tas pinggangnya. Ia menutup mulut blaze dengan kertas ber lem itu. Lakban hitam biasa kita menyebutnya.

" lekas bawa ia ke bangunan utama " titah Marsyal hangkasa kemudian berbalik keluar ruangan terlebih dahulu.

" Tapi tuan- " Ciel membantah.

" Aku telah berbicara dengan raja pyrapi, ia menyetujui permintaanku untuk melakukan pemindahan kekuatan elemen di hadapan seluruh anggota kerajaan. " Jelas Marsyal hangkasa tanpa menoleh sesaat pun.

" Ah! Dasar tua Bangka! " Ciel menggerutu melihat punggung Marsyal hangkasa menjauh. " Suatu hari kamu pasti akan mati sengsara karena telah berani memerintahku! "

" Sudahlah Ciel, ayo kita membawa anak ini ke hadapan raja " ucap Michael. " Kita bisa meminta jabatan yang lebih tinggi setelah menunjukkan buruan bagus sepertinya "

*

Blaze menatap geram orang orang yang berjalan di depannya sambil membawa rantai besi yang mengikat tangannya.

Empat orang prajurit juga turut serta membawakan pemberat di kaki blaze agar ia tidak terlalu lamban dalam berjalan.

Sekitar dua puluh orang prajurit juga berjaga di barisan belakang. Takut blaze akan memberontak dan kabur seperti sebelumnya.

Tak lama berjalan, Mereka sampai di bangunan utama kerajaan.

Blaze melihat banyaknya pasukan prajurit yang berjaga, bahkan beberapa bangsawan yang tidak bisa blaze hitung jumlahnya.

Para prajurit menatap patuh, sementara itu para bangsawan menatap Blaze dengan mata penasaran mereka.

Para perempuan dengan gaun indah mulai membicarakan blaze secara sembunyi sembunyi, mereka menutupi mulut dengan kipas tangan. 

" Lihatlah wajah tak berdosanya.. "

" Padahal ia sudah mengacaukan keseimbangan dua dunia! Berani sekali dia mendongak dengan angkuh begitu "

" Sudah ku duga diantara para pangeran, dialah yang paling bodoh! "

" Aku penasaran bagaimana bisa ia tertangkap? "

" Ku dengar mereka menjebaknya dengan mengirim putri Ciel! "

" Astaga! "

" Hihihi, benar benar bodoh! "

Telinga blaze sampai panas mendengarkan pembicaraan itu.

Meskipun suaranya sangat kecil, blaze bisa mendengarnya dengan jelas!

In The Another LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang