" Ergh... " Solar terbangun di pagi hari berikutnya.
Dapat ia rasakan kulit wajahnya membeku, dengan bau amis kering yang diciumnya, ia yakin mukanya berlumuran darah sekarang.
Solar sadar posisinya terbaring telengkup di lantai. Bahkan pipinya terasa lengket dengan keramik, ia menoleh melihat disana ada bercak darahnya sendiri.
Ketika mencoba untuk bangkit, ia mendapati kedua tangannya terikat rantai besi yang kuat.
Ia jadi tak bisa bergerak leluasa dengan itu. Ia melihat sekeliling. Ia masih berada di perpustakaan villa. Namun dengan pencahayaan yang lebih redup, atau mungkin perasaan tidak nyamannya saja yang membuatnya merasa seperti itu.
Mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya, Solar duduk menunduk ke lantai.
Ia ingat, saat terakhir ia merasakan Gempa bumi yang kuat mengguncangkan lantai yang dipijaknya. Ia berlari keluar tetapi tak sampai ke pintu.
Begitulah juga posisinya saat ini. Tak jauh dari pintu, namun dengan sedikit perubah di tangannya.
Rantai yang mengikatnya tertambang erat ke pilar tengah ruangan itu, sebelum kejadian, Solar sama sekali tidak melihat ada rantai disekitar sini. Lalu siapa yang memasangkan itu padanya?
Ah bodo amat. Solar bisa melepaskan diri dengan kuasanya.
Ketika Solar mencoba menggunakan kuasa itu, ia mendengar suara derapan langkah dari arah luar ruangan.
Secara naluri ia segera mengambil kembali posisinya tadi, berpura pura pingsan.
" Wah wah wah.. nampaknya rakyat jelata ini sudah tidak bernyawa ya.. sudah dua hari dia belum juga bangun " salah seorang dari mereka berbicara dengan tinggi hati.
" Kalau begini bisa bisa kita mendapat hukuman dari yang mulia.. " jawab yang lainnya.
Yang mulia?
Terdengar konyol. Mereka seperti sedang dalam suatu kerajaan saja.
" Ku rasa dia baik baik saja. Di pasti akan sadar Nanti "
" Aku tidak yakin tapi semoga saja begitu "
" Yah, mau bagaimana lagi. Pangeran Yang asli sudah Kabur dan kita seharusnya membawanya ke hadapan yang mulia."
.
Siapa yang mereka maksud Pangeran?
.
Begitu batin Solar. Ia terus mendengarkan pembicaraan sambil terus berpura pura pingsan di lantai.
" Rakyat jelata ini sangat mirip dengan pangeran kan? "
" Ya, para prajuritnya pun sangat mirip dengannya "
Mirip dengan Solar, artinya pangeran adalah salah satu dari saudaranya. Mungkin Halilintar, atau Gempa. Itu tidak masuk akal tentu saja, tapi begitulah tanggapan Solar untuk saat ini.
Tidak penting hal itu bagi Solar sekarang, yang paling ia tidak mengerti adalah
.
.MENGAPA MEREKA TEGA MENINGGALKAN SOLAR DISINI ?!
Solar mengepalkan tangannya memikirkan kemungkinan kemungkinan itu. Ia terus diam mendengarkan pembicaraan orang orang di dekatnya, menunggu mereka pergi lagi. Ralat, berharap mereka pergi lagi.
..
Beginilah kejadian itu akan ku ceritakan...Dua hari sebelum sekarang, sebelum Solar meletakkan kunci pada tempatnya Saat pendar cahaya menghilang berganti Gempa Bumi. Jauh dari tempat Solar berada, di kamar yang ditempati oleh Blaze semuanya kembali berkumpul.

KAMU SEDANG MEMBACA
In The Another Life
FanfictionHari Minggu ini, Ke tujuh saudara elemental menghadiri pesta perayaan di vila mewah pulau terpencil. Di akhir pesta salah satu dari mereka tak sengaja membuka gerbang dimensi lain, membuat mereka bertujuh terlempar ke dalamnya dan harus hidup dalam...