4

212 20 0
                                    

" Solar lihat nih! " Duri menunjukkan sepiring kue ulang tahun kecil yang di dapatnya dari meja bundar di dekat sana.

Solar tidak menggubrisnya, ia sibuk menatap sekeliling menikmati keindahan ruangan ini. Plafon yang tertata indah dengan lampu lampunya, cat dinding yang berpadu warnanya disana dan disini, furniture minimalis modern terbaru dari perusahaan infrastruktur ternama internasional.

Dari semua itu solar sudah menerka nerka biaya sewa villa ini.

" Ini enak Weh " setelah bosan di acuhkan, Duri main menyuapi paksa saudaranya dengan sepotong kue.

" Weh?! " Solar kaget dan tersedak. Namun ia tetap mencoba mengunyah kue itu juga. Dengan tisu yang di ambilnya dari meja, ia menyeka krim kue yang berlepotan di pipinya sendiri.

" Nggak di kek gituin, Lo kagak bakal makan kan ? " Ucap Duri.

Solar menghela nafas. Duri ada benarnya sih...

" Pidato kak Ciel tadi keren kan? " Tanya Duri. Sambil mengunyah sesendok demi sesendok kue, ia duduk ke kursi di dekat meja bundar.

" Nggak " jawab Solar.

" Afa iya ? "

" Biarpun keliatannya pede, sebenarnya dia juga bingung di atas panggung itu "

" Kok lu tau? "

" Gue gituloh "

" Serius lar "

" Tangan kirinya mengepal erat, sementara jari tangan kanannya yang memegang mic juga tidak berjarak. Ia menekan mic itu dalam dalam "

" Terus ? "

" Yah, artinya dia lagi nyembunyiin sesuatu "

" Sesuatu? Apa? "

" Grogi "

" Ooooo gitu " Duri mengangguk anggukkan kepalanya faham.

Solar ikut mengangguk pelan dan menutup matanya. Kacamata yang ia pakai hendak ia lepaskan untuk di bersihkan sedikit.

Tanpa kacamata itu Solar tidak bisa melihat jelas sekelilingnya, dan itu membuat kepalanya sakit. Jadi ketika melepaskan kacamata ia akan selalu menutup mata terlebih dahulu.

" Duri! " Seseorang entah dari arah mana datangnya menghampiri mereka, tanpa sengaja orang itu menyenggol tangan Solar, mengakibatkan kacamata yang dipegangnya terjatuh ke lantai.

Solar tidak protes sama sekali, ia berjongkok dan mencari ke lantai kacamatanya Yang terjatuh itu.

" Maaf! Maafkan saya- " Ciel yang tadi telah menjatuhkannya sekarang membantu mengambilkannya. dengan tergesa gesa kacamata itu dia berikan kembali kepada Solar.

" Ada apa? Kok kak Ciel kayak panik banget ? " tanya Duri.

Sementara mereka berbincang, Solar sibuk menyeka dan memakai kembali kacamatanya.
.

" Kak Blaze, Duri- " Ciel menjawab pertanyaan Duri dengan nafas tersengal-sengal.

" Kak Blaze? Kak blaze kenapa? Kakak tenangkan diri dulu baru bicara "

" Kak Blaze nggak sadarkan diri disana- " Ciel menunjuk arah orang orang berkumpul.

Solar menoleh melihat keramaian itu, ia bertanya tanya apakah karena ia terlalu sibuk melihat detail ruangan ini sampai sampai ia tak menyadarinya?

Duri menatap keramaian itu dengan kekhawatiran. Dengan ekspresi Ciel tadi juga, ia takut Blaze kenapa kenapa disana.

Mereka bertiga akhirnya pergi bersama ke sana. Di mana Blaze sedang di tangani oleh beberapa orang yang mengaku sebagai dokter.

In The Another LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang