6

171 20 0
                                    

" Kakak lupa dengannya?! " Teriak Duri. Ia berdiri tegap di hadapan Gempa sembari menunjuk nunjuknya marah.

" Pas ninggalin kakak disana aku pikir kakak nggak mau ikut karena ingin menjemput solar dulu! " Lanjut Duri.

" Ternyata kakak lupa dengannya?! "

" Tenanglah, Duri " ucap Halilintar berusaha menjauhkannya dari Gempa.

Halilintar lihat Gempa sudah sangat merasa bersalah. Bahkan sedari tadi dibentak bentak oleh Duri, Gempa sama sekali tidak merespon satu huruf pun.

Selain itu sepertinya Gempa sudah berusaha keras keluar dari villa. Meskipun tidak terluka parah, nafasnya terasa lemah.

" Ini sudah berapa lama!? Kakak mau kita tenang tenang saja pas Solar masih hilang, dimana dan dengan siapa, tidak tau masih hidup ataukah tidaknya?! " Panik Duri berjalan kesana kemari menjelaskan kerisauannya.

" Solar adalah yang terkuat dari kita, tidak ada alasan untuk mencemaskannya " imbuh Ice.

" Gue sih nggak setuju ya " Blaze mengangkat bahu seakan acuh tidak acuh.

" Kenapa ? " Tanya ice menoleh kepadanya.

" Biarpun dia yang paling kuat, kalau kalah jumlah kek mana ? " Teori blaze ada benarnya.

" Kalau begitu ayo kita kembali ke sana dan mencarinya " Gempa melanjutkan.

" Harus! Dan sekarang juga! Jangan membuang buang waktu ayo kita pergi " Duri sudah berlari terlebih dahulu ke pinggir papan rumah pohon, ia bersiap untuk meloncat

" Tidak semua dari kita harus ikut " Kata Halilintar.

" Kenapa lagiiiii?! " Duri berbalik dan menghentak hentakkan kakinya ke papan, ia sudah muak dengan mereka.

" Kalo kita semua pergi, nggak bakal ada yang jagain mereka noh " ucap Taufan menunjuk pada Ying dan Gopal.

" gue bisa  " seseorang dari atas terdengar suaranya.

Blaze Taufan dan ice membentuk lingkaran. Melindungi Ying dan Gopal. Sementara halilintar dan Gempa menengok ke atas sana. Duri berdiam diri melipat tangan di depan dada, menunggu saudara saudaranya di pinggir papan rumah pohon.

" Siapa kau ?! " tanya Blaze menengok ke atas sana.

.
.

Fang meloncat turun ke papan rumah pohon itu, sayap hitam yang dikepakkannya lenyap setelah kakinya menyentuh pijakan.

" Fang..? "  Halilintar menatapnya datar. Sedikit nada pertanyaan sama sekali tidak berpengaruh untuk setingan muka nya.

" lah. Kakak kenal dia ? " Tanya Blaze penuh keheranan.

" CK! Ceritanya nanti saja ! " Duri menarik tangan Blaze dan Taufan pergi dari tempat itu.

Ia bahkan membawa keduanya meloncat turun dari rumah pohon. Halilintar melihatnya pergi dengan tatapan capek. Entah bagaimana bisa menasihati Duri.

Ice kemudian meloncat mengikuti mereka.

Halilintar berbalik menatap Fang.

" Go with them. We'll talk about this later " Fang mengerti dengan tatapan itu. Ia menghampiri Ying dan Gempa, berjongkok melihat kondisi keduanya. " And i Will stay hare "

" Thanks " Halilintar kemudian mengikuti Duri dan yang lainnya.

Gempa ikut di belakangnya.

Duri, Taufan dan Blaze sekarang bersembunyi di balik batang pohon di pinggir hutan. Mereka menghindari beberapa orang yang terlihat mondar mandir di pekarangan belakang Villa.

In The Another LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang