3. Cowok manis!

616 57 8
                                    

Devan kehilangan jejak si cowok manis itu, dia berubah murung, tak semangat latihan basket, bahkan mencetak three points saja tak berselera. Padahal masih dalam Minggu pertandingan, Devan sudah tak semangat menjalani hari.

"Buset, Van, segitunya lo suka sama cowok kemarin?" tanya Zain sedikit aneh.

"Devan lagi suka cewek?" tanya Iqbal, tiba-tiba nimbrung di samping Devan.

"Siapa, tuh? Jarang-jarang ada yang bisa bikin kapten basket kita ini jatuh cintrong," goda Haikal sambil menyikut-nyikut lengan Devan.

"Cantik nggak? Kalo nggak cantik kayaknya kami semua nggak bakal setuju, secara lo itu ...," ucap Farel menggantung lalu menatap Devan dari atas ke bawah, "... bot-- manis dan bersih banget orangnya."

Devan menyipitkan matanya curiga, apa itu tadi? Dia yakin Farel mengucapkan kata boti, cuman cowok itu mengubah kalimatnya jadi lebih halus agar dirinya tak marah. Devan mendengus sebal.

"Argh ... frustasi!" Devan mengacak-acak rambutnya kesal.

"Oh! Ada cowok manis yang datang sebagai perwakilan SMA Bluemoon!"

Mendengar teriakkan seorang siswi, Devan langsung menoleh cepat. Setahunya tidak ada cowok manis di SMA menakutkan itu, hanya ada para siswa dan siswi yang berwajah sangar dan tidak berperikemanusiaan. Tidak! Devan harus memastikannya.

"Oi! Tunggu, Devan!" teriak Zain membahana melihat Devan melarikan diri.

Devan lari dengan sekuat tenaga, dia berhenti di tepi lapangan voli dengan napas ngos-ngosan, bulir keringat mengalir dan menetes, menambah pesonanya yang menyamar sebagai cowok tulen.

Para penonton cewek salah fokus karena kehadiran Devan yang tiba-tiba, mereka yang awalnya memuji dan berteriak menyemangati tim lawan, kini beralih pada Devan yang tak melakukan apa-apa.

"Devan! Calon pacar gue!"

"Kak! Kita ketemu lagi! Gue yang ngasih lo roti kemarin!"

"Nikmat Tuhan mana yang engkau dustakan! Woy! Ganteng banget lo, kiw kiw, cowok!"

"Mubazir kalo nggak digodain, kiw! Cowok cantik!"

Devan merinding, dia fokus mencari objek yang dia cari. Lalu, tersenyum lebar kala melihat cowok yang dia sukai! Tentu saja, si cowok manis yang pernah dia goda di cafe Dejavu. Cowok itu sedang jadi bloker di tim voli.

"Van, sini!"

Ghibran--teman sekelas Devan-- menariknya agar mendekat ke bangku penonton voli. Dengan senang hati Devan duduk di sana, menatap dengan tatapan binar, tak lupa dengan keantusiasan yang dia punya, cowok penyamar itu mendukung penuh tim lawan tanpa pandang bulu.

"Semangat SMA Bluemoon!" teriak Devan heboh.

"Buset! Kok malah tim lawan yang lo dukung, Van!" tegur Ghibran.

"Suka-suka gue, sibuk," balas Devan jengkel.

Ghibran menghela napas, yah, semerdeka Devan sajalah. Tapi, ada yang aneh, entah kenapa suara Devan sedikit ... lembut dari biasanya? Biasanya terdengar berat dan kasar, tapi sekarang lebih mirip cewek yang sengaja memberatkan suaranya.

"Eh, Ran, lo tau nama tuh cowok?" tanya Devan menyikut pinggang Ghibran.

"Gue denger-denger dari tetangga sebelah, namanya Azriel," balas Ghibran datar. "Napa? Lo suka sama tuh cowok boti?"

Tidak mendengar kalimat terakhir. Mata Devan berbinar sekilas, lalu berubah biasa karena tak ingin ketahuan menyukai cowok manis itu. Cukup Zain saja yang menganggapnya aneh menyukai cowok, jangan yang lain, dia bisa dicap sebagai boti, omega x omega, atau BL drama terkenal itu.

I'm (not) a BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang