5. Malam Minggu 2 Cowok!

587 60 6
                                    

"Baju apa yang harus gue pakai?!"

"GUE NGGAK PUNYA BAJU!"

"KENAPA JUGA GUE JADI COWOK, SIH?!"

Devan tak tahu harus memakai apa malam ini. Di lemarinya hanya ada baju cowok keren, topi, dan pakaian kaum Adam yang cocok di tubuhnya.

Dia berteriak frustasi, menangisi keadaannya sendiri. Seharusnya dia tak mengajak Azriel malam Minggu. Penampilannya saja tak pernah feminim sejak kelas 6 SD, selalu memakai celana, rambut pendek, bahkan mengabaikan semua hal bersifat cewek.

Hanya satu yang tidak Devan tinggalkan. Perawatan. Dia selalu perawatan walaupun bersikap selayaknya cowok tulen.

Tunggu, memangnya Azriel menganggapnya cewek?

"Aaaa! Mama, andai Mama masih hidup. Kayaknya Selena nggak bakal kayak cowok deh," curhatnya itu bersandar di tepi kasur.

Devan itu piatu, Mamanya sudah meninggal lama dan hanya hidup berdua bersama Papanya. Saat ini, orangtua itu tengah bekerja di luar kota, dan rumah mereka tinggal begitu saja karena Devan memilih sekolah di luar kota juga.

Pada akhirnya, Devan mengambil pakaian yang menurutnya pas malam Minggu. Topi, anting bintang di sebelah kiri, baju kaus selengan, lalu celana putih dan sepatu. Dia menatap pantulan dirinya sendiri.

"Ini ... cowok," gumam Devan putus asa.

"Ah, bodo amat. Yang penting malming bareng ayang! Yuhuu, Azriel! Tunggu aku sayang!"

Devan mengambil kunci motor dan mengunci kos dengan sangat teliti. Dia naik ke atas motor, mengikuti petunjuk arah yang ada di hpnya menuju ke rumah Azriel. Begitu sampai di titik lokasi, Devan melepas helm dan menelan salivanya susah payah.

"Ntar kalo gue ketemu camer gimana? Nama gue siapa anjir?!" Devan panik bukan main.

Panik melanda, tapi Devan tetap merasionalkan dirinya sendiri. Setelah membuang dan menarik napas berulang kali, dirinya turun dan mengetuk pintu rumah Azriel.

"Azriel! Main yuk!"

Apa cara salam yang benar seperti itu, ya? Ah, tidak tahu! Pokoknya Devan sudah memanggil Azriel dengan antusias.

Tiba-tiba Devan berubah ciut ketika bertemu dengan seorang pria paruh baya, pria itu menatap Devan dari atas hingga bawah.

"Siapa?" tanya pria itu menyelidik.

"H-halo, Om! Saya temannya Azriel, nama saya Sele—— ehem! Devan Reliaz, Om," ucap Devan tersenyum kecut.

"Oh! Temannya Azel, ayo masuk, Nak!"

Ramah! Pria itu berubah ramah begitu tahu Devan adalah teman Azriel. Dirinya ditarik ke dalam rumah dan disuruh duduk di ruang tamu sambil mendengar jokes bapak-bapak.

"Azriel ... gawat! Gue mulai ketawa gara-gara jokes bapak lo!"

✨✨✨

"Baru kali ini gue malming," gumam Azriel di depan lemari.

Sedari tadi dia sudah tahu kalau Devan tengah berada di ruang tamu, dia sempat melihat kekhawatiran Devan di depan rumahnya, tantrum tak jelas, lalu berakhir menghela napas panjang sambil berteriak seperti tadi.

Menurut Azriel, Devan sangat lucu! Tentu saja sebagai teman baik.

Mengingat Devan memakai style santai, sepertinya Azriel harus menyamakan outfitnya juga. Bedanya, cowok itu memakai jaket warna merah maroon, dengan topi, kaus putih dan celana putih. Entah style macam apa itu, yang jelas dia cuma menyamakannya dengan Devan.

I'm (not) a BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang