Selena tiduran di atas kasur, memikirkan topik apa yang harus dia bawakan untuk calon pacarnya itu. Kadang, Azriel itu mengabaikan pesannya, bahkan tak melihat sedikit pun.
"Gue bikin salah, ya, Azriel?" gumam Selena bertanya-tanya.
"Gimana kalo gue teror? Misal gue kasih makanan, neror chat, atau gue datengin tuh cinta manis gue itu ke sekolahnya? Eh? Itu nggak obsesikan namanya? Ya, kan?" Selena berpikir macam-macam.
Entah sudah berapa kali Selena berpikir untuk mendapatkan pujaan hatinya itu, tetap saja yang terlintas hanyalah menculik Azriel dan mengurungnya di kosan.
Mencintai secara ugal-ugalan dalam konteks kriminal.
Selena menghela napas panjang, lebih baik dirinya makan terlebih dahulu daripada berpikir untuk menculik anak orang.
Selesai makan dan bersih-bersih, cewek manis itu kembali tidur terlentang di kasur. Dia tak memiliki minat untuk fangirl atau streaming brutal akun biasnya sepertiga biasa. Hanya ingin merayu Azriel saja sudah cukup untuk hari ini.
"Devan! Van! Yuhuu! Gue mau traktir lo mie ayam!"
Selena bangkit, terkejut akan kedatangan Zain yang tiba-tiba. Selena menatap penjuru kos panik. Masalahnya, banyak barang cewek di kosan ini, sedangkan Zain tahu dirinya cowok tulen terkeren di sekolahnya.
"Woy, bujang! Buka pintunya! Gue pen rebahan!" teriak Zain histeris sambil menggedor-gedor pintu kos.
"Shut up your fucking mouth, bastard! Gue lagi pakek baju!" balas Selena ikutan histeris.
"PAKEK YA TINGGAL PAKEK AJA, GILA! TOH SAMA-SAMA COWOK KITA!"
"DIAM ANJENG!"
Selagi berteriak, Selena dengan cepat membereskan semua barang mencurigakan, tak lupa mengganti pakaiannya yang terbuka dengan lebih tertutup. Karena, sebelumnya dia cuma memakai celana sepaha dengan tanktop saja.
Menatap penampilannya di kaca, Selena merapikan rambut lalu menutup lemari berisi skincare dengan cepat. Cewek itu membuka pintu kos dengan wajah galak.
"Ribut lo depan kos gue, sialan!" maki Selena sinis.
Zain tertawa meledek. "Ya, maap! Namanya juga orang dadakan ke sini, sekalian lewat aja gitu, kan, gue udah janji buat traktir mie ayam."
"Gue ganti baju dulu, lo duduk di dalem."
Zain mengangguk, cowok itu melanggeng masuk dan rebahan di kasur dengan sangat nyaman. Tak memperhatikan Selena yang tengah memilih baju agar terlihat manly dan anggun sekaligus. Entahlah, Selena terlalu memperhatikan dirinya.
Selesai mengganti, keduanya langsung melarikan diri ke kaki lima. Sesuai janji, Zain benar-benar memberikan mie ayam secara cuma-cuma pada Selena, bahkan lemon tea pun juga dibelikan Zain.
"Angkat gue jadi anak lo, Zain," ucap Selena tersenyum jahil.
"Jangankan anak, bini aja kagak punya, nasib-nasib," balas Zain menggelengkan kepalanya. "Lagian masih sekolah, kriteria cewek yang gue pengen belum keliatan."
"Emang gimana orang yang lo suka? Macem tante-tante?"
Zain menggeleng. "Yah ... cewek tinggi, ramah, suka senyum, rada tomboy bolehlah itu."
Selena menatap Zain horor, didengar dari ciri-cirinya saja sudah sangat mencerminkan dirinya. Selena sedikit menjaga jarak, berpikir kalau seandainya Zain tahu dirinya cewek, pasti cowok itu menyukainya saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) a Boy
Teen FictionDevan Reliaz. Siapa bilang dia cowok? Dia adalah cewek tulen yang menyamar sebagai cowok di SMA Starlight, memiliki paras manis, tinggi, jago berkelahi, suka tebar pesona, bahkan sikapnya sudah persis seperti cowok pada umumnya. Tidak ada yang tahu...