Dengarkan lagu DREAM dari BOL4.
Lagu lama Korea.✨✨✨
Sore harinya.
Di lapangan basket Starlight, kini para pemain basket tengah berkumpul sambil bergosip. Selain keberadaan Zain dan Devan yang menghilang, ada Rafly dan Haikal yang tengah beradu pandang. Keduanya saling menyikut ketika melihat Azriel di pintu masuk Starlight.
"Temen Devan, bukan?" tanya Haikal sambil berbisik halus.
Rafly mengangguk. "Anak Bluemoon, ngapain tuh orang ke sini? Ngajak tanding voli? Tapi, Devan bukan anak voli."
"Nyari Devan buat ngajak main kali."
"Main apaan?"
"Kuda-kudaan."
"Goblok!" Rafly memukup kepala Haikal gemas. Kadang kala otak Haikal tak berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. "Lo bisa nggak, sih, mikir sesuai umur lo?"
Haikal menatap Rafly kesal.
"Tapi--"
"Lo bisa nggak, sih, perhatiin kondisi? Jangan bokep doang isi otak lo."
Haikal cemberut. Dia memutar duduknya membelakangi Rafly, dia hanya ingin bercanda dan mencairkan suasana. Tapi, entah kenapa Rafly terlihat amat serius memperhatikan ke mana arah Azriel berjalan.
"Yeee, puqi! Gue mau nyamperin Azriel dulu," ucap Rafly sambil memukul punggung Haikal.
"Bang? Bangsat!" maki Haikal jengah.
Azriel yang dari kejauhan melihat Rafly keluar dari lapangan basket, lantas menghampiri dengan lari-lari kecil. Rafly menghela napas, hampir beberapa minggu tidak bertemu, visual Azriel makin tidak masuk akal. Tubuhnya bagus. Sayang sekali dengan sifatnya yang ... boti.
"Hai, Rafly."
Hai? Rafly merinding sampai jiwa raga. Seperti bertemu dengan cewek saja. Padahal mereka sesama cowok, kecuali Rafly cewek. Baru cowok itu menormalisasikannya.
"Ada apa?" tanya Rafly normal.
"Lo ada liat Devan?"
"Devan?" tanya Rafly, lalu dia menggeleng. Terakhir kali dia lihat Devan saat pengintaian di markas milik Pastian, itu pun di sekolah ini dia selalu menghilang bersama Zain.
"Ngapain lo nyari Devan? Dia ada salah sama lo?" Rafly melipat kedua lengannya di depan dada.
"Bukan Devan, tapi gue yang salah. Jawab pertanyaan gue, Devannya mana?"
Rafly menghela napas jengkel. "Nggak tau, pulang kali."
Tanpa Azriel tahu, Rafly diam-diam mengirimi Devan pesan soal Azriel yang mencari-cari dirinya.
DI sisi lain.
Zain diam saja begitu cerita Selena selesai, walaupun dia sudah tahu bahwa cewek di depannya ini menyamar jadi cowok. Namun yang melatar belakangi tindakan penyamaran itu adalah Papanya sendiri beserta ancaman atas kekerasan pada anak.
"Apa yang sudah kamu perbuat sejauh ini, Nak?" tanya Nata khawatir.
Bagaimana pun, tindakan Selena sangat beresiko. Jika ketahuan oleh sekolah, dia pasti akan langsung di DO secara permanen karena telah menipu instansi pendidikan. Tapi, sepertinya Arkan melindungi dari jauh tanpa Selena sadari, itulah yang dipikirkan Nata.
Di sisi lain, Selena hanya diam dengan senyum andalannya. Apa yang telah dia perbuat sejauh ini? Apakah dia harus bilang bahwa dia selalu membeli perban demi terlihat seperti cowok? Tentu saja tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) a Boy
Teen FictionDevan Reliaz. Siapa bilang dia cowok? Dia adalah cewek tulen yang menyamar sebagai cowok di SMA Starlight, memiliki paras manis, tinggi, jago berkelahi, suka tebar pesona, bahkan sikapnya sudah persis seperti cowok pada umumnya. Tidak ada yang tahu...