27. Latihan Tanding

394 55 8
                                    

Hey, Yo!
I'm back!
UAS telah selesai, update Devan harus lancar.

Bagaimana kabar kalian?

✨✨✨

Bang Ben (pelatih) : Van, beritahu anggota lain, tim kita ada latihan tanding sama Aphrodite. Kamis depan.

Tanpa membuang waktu, Devan meneruskan pesan itu ke grup basket, lalu dibalas ok oleh mereka semua. Anehnya, dari sebanyak itu tim basket  SMA di kota mereka, hanya Aphrodite yang berani meminta latihan tanding.

Devan malas study banding. Yang jelas Ben sebagai pelatih mengatakan kalau SMA lain tidak bisa menandingi tim Starlight. Hanya tim Aphrodite yang mampu, itu pun selisih poin sangat tipis kalau mencurahkan semua kekuatan. Sayang sekali, beberapa minggu lalu mereka kalah karena Devan mendadak sakit.

Manik hitam itu menatap handphonenya lama, satu kontak teratas yang tersemat khusus di sana, masih saja menampakkan profil kosong. Pemilik nomor masih memblokir nomornya. Devan menghela napas, lalu terduduk di kantin sambil menatap langit sore.

"Devan, kenapa masih di sini?" tanya Zain begitu datang dari arah lapangan upacara bendera.

Entah hanya perasaan Devan saja atau Zain berbicara sedikit lembut padanya? Devan tidak risih, malah dia suka dengan sikap seperti itu. Zain berubah jauh sejak latihan kemarin, dengan senyum kecil cowok gadungan itu membalas.

"Lagi pengen, lo sendiri kenapa masih di sini?" 

"Nungguin lo," balas Zain singkat.

"Buat apa?"

"Pengen aja, siapa tau lo butuh bantuan gue. Btw, Azriel masih nggak ngehubungin lo, ya?" Zain berpangku tangan, menatap Devan dengan alis menekuk.

"Nggak usah bahas dia deh, gue udah males. Apa gue cari cowok lain aja, ya? Gimana kalo lo aja yang jadi pacar gue?" tanya Devan dengan senyum jahil.

Zain membulatkan matanya, benarkah? Cowok itu mengusap lehernya canggung, lalu tersenyum tipis tanpa berkata apa-apa. Dia tahu kalau Devan hanya bercanda, tapi Zain berusaha bersikap biasa. Devan itu cewek, bukan cowok.

Sepertinya Zain harus mengingat itu terus, paras Devan bukan main sebagai penyamar. Dia bisa mengimbangi semua hal yang dimiliki seorang cowok pada umumnya.

Devan mampu berkelahi, jago basket, tidak rewel, bahkan naik motor kopling pun bisa. Apa yang tidak dia bisa? Tanpa sadar Zain memikirkan itu semua.

'Gawat, lama-lama bisa suka gue sama nih cowok gadungan,' batin Zain gusar.

"Zain?" Devan melambaikan tangannya di muka cowok itu.

"Oh, kenapa?" balas Zain kikuk, cowok itu menatap Devan dengan manik cokelat gelapnya.

"Tipe cewek lo yang kayak gimana, Zain? Gue pengen tau," ucap Devan sambil memeluk kedua lututnya, dia bersandar di sana dengan manik hitam yang berkilau kala diterpa matahari.

"Jago basket, bisa berantem, bisa ngeliat situasi, orangnya easy going, pengertian, manis," balas Zain dengan senyum tipis.

Devan menyerngit dalam. Dia membatin, 'kok kayak ciri-ciri gue, ya? Apa perasaan gue aja?'

"Gue rasa cewek yang lo suka bakal beruntung banget sama lo, Zain."

"Kenapa gitu?"

"Dia nggak bakal ngerasa feeling lonely. Dia bakal ngerasa dicinta banget sama orang kayak lo."

I'm (not) a BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang