Sorry, agak lama. Terlalu banyak kegiatan di luar, jadinya jatuh sakit. Parahnya lagi, ide tuh nggak muncul ke permukaan.
I want to say sorry again, kalo chapter ini agak lain.
Happy reading my love.
✨✨✨
Hampir selama satu Minggu Devan tak mendapati pesan apa pun dari Azriel. Bukan hanya itu saja, cowok yang dia sukai itu, tak membalas pesannya, hanya melihat sebagai tanda formalitas.
Devan salah apa?
"Ugh, kepala gue sakit," keluh Devan sambil mengacak-acak rambutnya kesal.
Saat ini Devan berada di teras kos bersama Syena, entah apa yang membuat cewek itu selalu datang ke kosnya dan merusuh sambil membujuk untuk membeli pakaian baru.
Masalahnya itu pakaian cewek, bukan cowok!
Lalu ... Syena membujuknya untuk melupakan Azriel.
"Ahh, Selena, harusnya lo lupain Azriel, cowok gemulai kayak dia nggak pantes buat lo," ucap Syena dengan nada kesal.
Di mana salahnya? Devan tidak mengerti, padahal awalnya Syena tampak mendukung dirinya dengan cowok pilihannya. Tapi, kenapa? Kenapa sekarang menyuruhnya menjauh?
"Kenapa nggak nyari cowok lain? Gue punya kenalan, loh," lanjut Syena sambil membuka handphone.
Cewek itu menunjukkan beberapa cowok yang dia kenal di aplikasi dating. Mereka tampak gagah, manis, dan gentleman daripada Azriel.
"Gue nggak tertarik," balas Devan melempar handphone Syena ke sofa.
"Ah, hp gue!" jerit Syena, lalu menghela napas lelah. "Trus, siapa? Jangan Azriel, deh. Dia nggak bisa lindungin lo dari masalah, jangankan masalah. Ngehibur lo aja dia kagak bisa!"
"Gue bilangin sama lo, Selena Aurelia. Lo pantes dapet cowok kayak tim basket sekarang, mereka baik, peduli sama lo, bahkan rela nyusulin lo ke kos buluk ini!"
"Buluk? Gue sakit hati, loh, Sye. Jaga omongan lo."
"Terserah," balas Syena mengangkat bahu tak peduli.
Devan mendelik. Apa maksudnya itu? Dari semua perkataan Syena, semua juga mengarah pada Azriel. Cowok itu juga melakukan hal itu, apa lagi saat di UKS Bluemoon.
"Azriel tuh——"
"Syena, bisa diam? Lo ada masalah sama Azriel?" tanya Devan serius.
Syena menggeleng, lalu mengangguk sedetik kemudian. "Gue nggak bisa liat sepupu gue menderita kayak gini. Punya cowok tapi nggak guna sama sekali, buang aja dah tuh boti!"
Mendadak, Devan tertawa kecil. Rautnya yang jahil itu berubah serius, manik hitam itu menatap Syena begitu tajam, sampai-sampai cewek itu sedikit takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) a Boy
Teen FictionDevan Reliaz. Siapa bilang dia cowok? Dia adalah cewek tulen yang menyamar sebagai cowok di SMA Starlight, memiliki paras manis, tinggi, jago berkelahi, suka tebar pesona, bahkan sikapnya sudah persis seperti cowok pada umumnya. Tidak ada yang tahu...